(05) strange[r]

143 20 0
                                    


Hari pertama Jimin menjadi instruktur telah tiba. Jimin serasa kembali seperti mahasiswa lagi begitu ia masuk ke area kampusnya. Tapi sekarang ia bukan mahasiswa lagi, kali ini ia adalah seorang pengajar.

Dengan diterimanya Jimin sebagai instruktur, ia mesti rela meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai pelatih di sanggar tari. Ya, sebelum Jimin berniat menjadi instruktur di kampus, ia bekerja menjadi pelatih di sanggar di mana ia berlatih sewaktu masih sekolah. Dahulu, sanggar tersebut bisa dibilang masih baru dan belum banyak orang yang tertarik belajar tari di sana. Tapi seiringnya waktu, tempat itu berkembang menjadi salah satu sanggar tari ternama yang ada di Seoul dan Jimin bangga telah menjadi bagian dari perkembangan sanggar tersebut.

Kembali menjadi bagian dari sanggar, Jimin juga kembali bertemu dengan teman-temannya sewaktu latihan dulu. Jung Hoseok salah satunya. Kawannya yang satu ini juga menjadi pelatih, mengabdi untuk almamater, katanya. Tapi tidak cuma itu, sang kawan yang dipanggil hyung—karena lebih tua setahun darinya—tersebut merangkap menjadi koreografer dan sering mendapat banyak panggilan job dimana-mana. Karena itulah Jung Hoseok sangat disegani berkat kemampuan tarinya yang luar biasa.

Jimin beruntung bisa dekat dengan Hoseok. Selain sebagai partner tari menari, Hoseok sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Jimin merasa nyaman jika ia menceritakan keluh kesahnya kepada Hoseok, dan yang bersangkutan juga selalu mendengarkan dan membantunya. Disaat Jimin mengutarakan niatnya untuk menjadi instruktur tari, Hoseok pun mendukung keputusannya.

Kenapa kau tidak coba saja? Siapa tahu peluangmu besar, apalagi kau juga lulusan dari kampusmu itu kan.

Tapi Hoseok-hyung, berarti aku tidak akan di sini lagi kan....

Aish, jangan khawatir! Kau masih bisa menjadi pelatih di sini, Jimin-ah. Tapi ya... mungkin paruh waktu karena harus menyesuaikan dengan jadwal kampus.

Padahal aku belum tentu diterima tapi hyung sudah berpikir sejauh itu.

Aku punya firasat kau akan diterima, jadi ya... aku akan mendukungmu!

Benar saja kata Hoseok. Permintaannya terkabul. Jimin yang awalnya meragukan kemampuan cenayang Hoseok, langsung bersorak riang ketika memberitahukan berita tersebut pada hyung-nya. Kemudian ia menelepon Taehyung untuk memberitahu kabar yang sama, berhubung ia juga mendapat dukungan dari sahabat sejatinya tersebut.

Tetapi, Jimin merasakan ada yang ganjal dengan Taehyung. Lagi-lagi sahabatnya itu bicara yang aneh-aneh. Meskipun Taehyung bilang karena kelelahan akibat lembur, tetap tidak membuat prasangka Jimin hilang begitu saja. Entah sudah keberapa kali Taehyung bicara melantur kepadanya.

Aku rindu padamu.

Harusnya kau sadar tentang perasaanku.

Jangan dekat-dekat dengan siapapun. Cukup aku saja.

Kau cuma milikku seorang, Jimin.

Dan masih banyak perkataan Taehyung yang membuat bulu kuduknya merinding. Tidak cuma aneh, Jimin merasakan suara Taehyung berbeda pula ketika mengucapkan kalimat itu. Seperti bukan Taehyung, ia merasa seperti bicara dengan orang lain.

"Aduh, apa yang kupikirkan sih?! Fokus, Jimin. Fokus!" hardiknya pada diri sendiri sambil menepuk kedua pipi. Setelah fokusnya kembali, Jimin langsung bergerak menuju gedung fakultas seni untuk briefing di ruang dosen.

Begitu tiba di sana, Jimin disambut oleh para dosen dan instruktur yang pernah mengajarinya sewaktu kuliah dulu. Kelihatan sekali mereka bangga kepada anak didiknya, terlebih lagi Jimin adalah salah satu mahasiswa terbaik di jurusan Seni Tari. Subjek yang menjadi topik utama cuma bisa tersenyum ketika para pengajar mengenalkannya pada dosen-dosen lain dari jurusan yang berbeda. Jimin memberi hormat dan bersalaman kepada beberapa dosen yang ada di ruangan itu. Namun ketika ia hendak bersalaman dengan orang yang selanjutnya, Jimin terkejut.

"Y-Yoongi-hyung?!" 

Hidden VisageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang