Chapter 2

1.6K 219 37
                                    

Taeyong berlari dengan perasaan cemas, sambungan teleponnya dengan Doyoung putus begitu saja tepat saat Doyoung berteriak di seberang sana.

Ia terus berlari, namun pandangannya tak lepas dari sekeliling kampus, untuk mencari Doyoung. Sampai pandangannya menangkap sosok yang ia cari-cari, Doyoung terduduk di lantai koridor dengan kepala menengadah ke atas, serta bulir air mata yang menghiasi pipinya. Dan juga sosok laki-laki yang berdiri di hadapan Doyoung, yang Taeyong tidak tahu itu siapa karena laki-laki tersebut membelakangi Taeyong.

"Doyoung-ah" Taeyong segera menghampiri Doyoung.

Panggilan Taeyong menyadarkan lamunan Doyoung, dan ketika ia melihat Taeyong yang menghampirinya, ia segera bangkit dan menghapus air matanya dan mengambil tas serta ponselnya yang terjatuh.

Dengan gerakan cepat Taeyong langsung menyentuh wajah Doyoung dengan kedua tangannya. Memandang Doyoung dengan raut wajah khawatir.

"apa yang terjadi padamu kenapa kau menangis hm?" ucap Taeyong cemas.

"ekhm... Maaf aku tadi tidak sengaja menabrak temanmu sampai dia terjatuh, ah lebih tepatnya kami saling menabrak karena tadi kami sama-sama sedang berlari dan tidak fokus, sekali lagi aku mohon maaf" laki-laki itu membungkuk di hadapan Taeyong dan Doyoung.

Taeyong menoleh dan mengalihkan pandangannya dari wajah Doyoung,  dan menatap laki-laki yang berbicara padanya barusan.

Taeyong terdiam sejenak, memperhatikan wajah laki-laki itu, kemudian ia menyadari wajah dihadapannya itu seperti tak asing banginya. Selanjutnya barulah ia menyadari orang dihadapannya ini begitu mirip dengan sang sahabat, Jung Jaehyun, walaupun tidak sama persis.

"ah tidak apa-apa, lain kali lebih berhati-hati lagi" ucap Taeyong menasehati.

"baiklah, sekali lagi aku minta maaf dan sepertinya temanmu begitu kesakitan sampai dia menangis, bisakah kau antarkan dia ke ruangan kesehatan? Aku sedang terburu-buru jadi mohon maaf aku tidak bis-"

"tidak apa-apa, aku akan mengantarkannya kau tidak perlu khawatir." potong Taeyong.

"kalau begitu aku permisi sampai jumpa" laki-laki itu membungkuk lagi dan segera berlari meninggalkan Taeyong dan Doyoung.

"Doyoung-ah" Taeyong memanggil Doyoung yang terus memandangi laki-laki itu, namun sepertinya Doyoung teralalu larut dalam fikirannya sehingga ia tak dapat mendengar suara Taeyong yang ada di hadapannya.

Taeyong menghela nafasnya, ia tahu apa yang ada di dalam pikiran Doyoung. Dengan sabar ia mencoba memanggil Doyoung kembali.

"Doyoung-ah"dan Doyoung pun akhirnya menoleh.

"ya?"

"ayo kita ke ruang kesehatan"

"tidak usah Taeyong-ah aku sudah tidak apa-apa" ucap Doyoung tersenyum lembut.

"tapi tadi kau menangis"

"ia, tapi aku sudah tidak apa-apa Lee Taeyong." ucap Doyoung.

Taeyong mengehela nafasnya, Doyoung itu keras kepala percuma saja memaksanya untuk menuruti perintahnya.

"lagi pula kenapa juga tadi kau berlari sambil menelfon seperti itu,  itu bahaya kau tahu? " ucap Taeyong tegas.

"ia aku minta maaf, lagi pula kan kau yang menelfon duluan, aku juga terburu-buru karena- Astaga Park Ssaem!, Ayo Taeyong-ah Park ssaem pasti sudah-"

"Park ssaem tidak datang hari ini" ucap Taeyong.

Doyoung menghela nafasnya lega ketakutannya mendapat hukuman mengelilingi lapangan sama seperti Kang Daniel minggu lalu pun sirna. Tapi tak lama kemudian ia pun menatap wajah Taeyong sinis.

Can I Got The Chance? (sequel of Another Chance) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang