1 Bulan tanpa Bintang

80 4 0
                                    

Gerak kaki ku sudah gusar bergerak ke kanan lalu ke kiri tanpa henti,sejak sepuluh menit bel berbunyi aku sudah duduk manis menunggunya disini. Kadang dia memang gitu,seenaknya saja. Sudah puluhan kali lebih teman-temanku lewat menyapa,mempertanyakan keberdaan ku sekarang ini. Dan akhirnya setelah lima menit berlalu,dia terlihat diujung koridor bersama teman-temannya saling berangkulan. Tertawa begitu riangnya, melambaikan tangan ke arahku tanpa dosa.

"lama deh" protesku saat ujung sepatu kami bertemu. Dia tertawa,tawanya begitu manis.

"enggak usah cemberut, jelek tau, " tangannya bergerak mengacak ujung kepalaku, memberantakan rambutku yang sudah berantakan.

"bodo amat, " dia lagi-lagi tertawa kemudian berlalu meninggalkanku begitu saja menuju parkiran di belakang pos satpam. Tuh kan udah ditungguin juga main tinggalin gitu aja,dasar Lintang.

"la pake belalang tempur,metiknya kemana? "

"lagi dicat,ayo naik" Aku naik ke boncengan motornya yang super tinggi itu,tentu saja dibantu satu tangannya.

"kenapa dicat? "

"pengen aja dek,bosen sama warnanya"

"kamu mah gitu,bosenan. Jangan-jangan sama aku juga gitu, cepet bosennya. "

"enggak dong,semoga yang terakhir. Aamin"

Aku juga mengamini ucapannya "eh...mas bisa enggak kalo ngajak pulang bareng aku pake motor yang lain aja. Pinggang aku pegel naik belalang tempur kamu"

Mas Lintang tertawa. Kami lewat di depan gerombolan kakak kelas dua belas dan itu gerombolan teman-temannya mas Luntang. Bisa dipastikan jika mukaku merah padam,karena mereka mengumandangkan cie...cie serempak.

"kamu enggak ikut kumpul mas? "

"enggak ah lagi males,lagi pengen sama kamu. Nanti malem mungkin"

"ish jangan pulang kemalaman,jangan lupa belajar pikirin UN"

"iya iya bawel banget sih"

"dibilangin palah ngatain,dasar twinkle twinkle Lintang star. " tanpa terasa kami berdua sampai didepan rumahku. Bergegas aku turun dengan berpegangan pada pundaknya.

"Terimakasih mas lintang,mau mampir dulu?"

"enggak deh dek,besok besok aja. Aku pulang dulu ya. "

"ya udah hati-hati ya,"

Tanganku melambai seiring motornya melaju,lalu meghilang diujung jalan. Meninggalkan suara bising yang terasa semakin jauh lalu senyap.

💞

Kami berjalan beriringan,menyusuri koridor demi koridor lalu sampai lapangan basket. Tanganku sibuk merapikan beberapa anak rambutku yang berantakan tertiup angin saat kami berboncengan berangkat sekolah. Sementra mas Lintang sibuk menyapa teman-temannya yang tengah berjemur ditepi lapangan,kadang mereka juga menyapaku dan aku membalas degan senyum. Mas Lintang itu posesif, dia pasti akan misuh misuh jika aku menanggapi sapaan teman-temanya itu terlalu akrab jadi alangkah baiknya aku membalas sapaan mereka dengan senyum atau melambai, cukup. Pagi ini memang dingin sekali dan memang pas jika digunakan untuk berjemur.

"udah sampai"

"ya udah sana masuk,belajar yang bener" kami berhadapan saat sampai didepan kelasku. Seperti biasa tangannya akan terulur lalu mengelus pucuk kepalaku,bukan lebih tepatnya memberantakan rambutku. Itu bisa dipastikan!

"mas Lintang! duh baru dirapiin juga. Rese banget deh. Udah sana huss"

Dia berlalu sambil tertawa,begitu sampai digerombolan temannya mereka bertos ria. Aku berbalik menuju kelas.

Untukmu (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang