2 Abimanyu

42 2 0
                                    

"Kenapa sih?" si gadis masih saja cemberut sambil memainkan ponselnya.

Si pria masih saja setia menunggu si gadis bicara, sebelum duduk si pria mengambil dua buah teh botol yang sedari tadi sudah dia bawa lalu membukanya bergiliran. Satu untuk si gadis dan satu untuknya sendiri.

Suasana disini terasa amat terik karena matahari tengah mencapai puncaknya tapi dengan adanya sebuah pohon puspa yang cukup besar dan rindang suasana dirasa cukup sejuk. Si pria mengedarkan pandangannya, mengamati sekeliling dan suasana masih saja sama, diam dan kaku.

"Vel...kenapa sih lo? Berantem lagi sama Dewa?"

Si gadis yang disapa Vella tersebut masih diam sambil menatap teduh tepat pada inti netra sang pria. Entah kenapa ditatap Vella seperti itu jantung sang pria berdegup gugup dan netranya ikut mengunci pandangan lembut sang gadis. Dan tanpa perlu sang gadis menjawab si pria sudah mengerti, si pria sudah paham apa yang sedang terjadi dengan hanya menatap kornea coklat terang sang gadis.

"Dewa....selingkuh."

Sudut bibir si pria tersenyum samar, keduanya masih saling menatap lekat.

"Untuk kesekian kalinya," lanjut si pria dengan nada bertanya, menuduh atau mungkin memperjelas.

"Kadang....gue mikir, kenapa bisa gue secinta ini sama anjing kaya Dewa," mata Vella menerawang jauh, di benaknya tergambar jelas memorinya bersama Dewa satu tahun ini.

"Tolol banget ya, kaya cowok yang bisa gue dapetin cuma si Dewa. Kaya mau mati kalo enggak sama Dewa. Bego banget gue!"

"Gue juga enggak nyangka, kalian bisa selanggeng ini."

Keduanya lantas tertawa. Vella menghela nafas panjang, melonggarkan sedikit rasa sesak yang menghimpit dalam hatinya. Kedua matanya terpejam tepat saat kepalanya menyandar pada bahu Abi, si pria.

Bibir Abi tertarik ke atas, menampilkan sebuah senyuman yang manis. Pandangannya turun, mengamati Vella yang masih terpejam dengan damai.

Suara gemerisik dedaunan dan hangat matahari terhalang pohon rindang. Ditambah Vella yang menyandar pada bahunya, niatnya berganti menjadi tekad. Bibirnya bergerak tanpa komando mengecup pucuk kepala Vella. Sontak mata Vella terbuka sempurna, dadanya berdegup dan terasa hangat.

Dewa

Kemana lo sama Abi
anjing
Kenapa harus Abi?
Terus apa selama ini?

Apa selama ini? Haha
Gokil ya lo, TERUS APA SELAMA INI WAKTU LO SELINGKUH
NGAPAIN AJA LO SELAMA INI SAMA DEDEK GEMES LO
KEMANA AJA LO SAMPAI NGGAK TAU KALO GUE JADI BENCI SAMA LO TERUS SUKA SAMA ABI,
Kenapa bisa gue suka sama Abi, bodo! Gue mau suka sama siapapun biar jadi urusan gue sama hati gue. Siapa lo?
jangan salahin Abi kita aja yang udah enggak cocok!
Kalo gue boleh nyalahin, yang salah jelas lo. Ngenalin Abi sama gue, kalo lo nggak ada kabar yang ngasih kabar ke gue tentang lo ya Abi kan! Jadi enggak usah merasa jadi yang paling tersakiti.
Maksudnya apa coba? Lo selingkuh juga selama ini Abi diem padahal tahu semua kelakuan lo,
Terus salah siapa kalo gue jadi suka sama yang selalu ada daripada bacot sayang doang.
Gue sayangnya sama Abi bukan sama lo lagi, sori.

🐣

"Abii..." Vella berlari menghampiri Abi yang sudah berdiri diparkiran. Abi tersenyum hangat memperhatikan polah Vella. Seminggu ini dia sudah merenung dan mempertimbangkan banyak hal, tentang Dewa dan dia, tentang Vella, tentang perasaannya sendiri dan tentang semua resiko atas pilihannya nanti. Abi sudah memikirkan masak-masak semuanya.

Vella sudah berdiri tepat didepan Abi dengan nafas memburu. Berlari girang dari koridor ke parkir ternyata lumayan menguras tenaga tapi tak apa, melihat pria didepannya tengah tersenyum semua rasa lelahnya hilang entah kemana. Mata Vella agak sembab, mata pandanya semakin berwarna gelap. Agaknya Vella tak baik-baik saja.

Untukmu (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang