Hari minggu tiba, ini sudah minggu ke tiga aku kehilangan sosok ali yang ceria, sosok ali yang biasa ku panggil cowok nyebelin, sejak aku menolaknya, ali sungguh berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal. Apakah penjelasan aku waktu itu belum cukup buat dia mengerti bahwa aku bukan menolaknya, hanya saja aku butuh waktu untuk semua ini. Aku hanya tidak ingin setelah aku menerima nya dia akan menyamakan aku dengan sosok adelia. Sungguh aku tidak suka disamakan. Sampai disitu sajakah perjuangan dia? Kalau benar, sungguh itu bukanlah hal yang aku inginkan.
Aku pergi ke rumah pohon yang dibuatkan nya untukku waktu itu, aku harap disana aku bisa menenangkan hati dan fikiranku sembari mengingat kembali moment yang pernah aku dan ali ciptakan disini. Sungguh aku sangat rindu padanyaa. Kali ini, ku nikmati hembusan angin sendirian, tanpa ali. Langit kali ini mendung, seolah menggambarkan perasaanku.
"Ali.. apa kamu tidak merindukan aku?" Ucapku pada langit berharap dia menyampaikan nya pada ali.
Tiba-tiba langit berubah menjadi sangat gelap, petir pun menggelegar bersamaan dengan turunnya hujan yang sangat deras, aku terjebak disini, aku takut suara petir, aku berpindah di sudut rumah pohon, menutup mata dan kedua telingaku berharap petir dan hujan ini berakhir. "Bundaa.. prilly takut, ali...kamu dimana" hanya itu yang terucap di bibir ku berkali-kali. Aku berdiam diri disudut sana perlahan air mataku menetes, kudengar ada suara hentakan kaki yang perlahan mendekati aku, aku semakin takut. Aku semakin memejamkan mataku, namun suara hentakan itu terdengar semakin mendekat padaku.
"Aku disini" aku seperti mengenali suara itu, seketika aku membuka mataku, kulihat ali sudah berdiri disana dengan kondisinya yang basah kuyup. Kufikir ali kehujanan sewaktu dia menuju kesini.
"Ali.." aku berlari dan langsung memeluknya, seketika rasa takut ku hilang didalam dekapnyaa, dia membalas pelukan ku sambil mengusap lembut rambutku.
"Kamu baik-baik aja kan?" Ucapnya melepas pelukanku lalu jemarinya memegang kedua pipiku. Aku hanya mengangguk saja, ali paham dan memelukku sekali lagi kemudian kami berdua duduk di rumah pohon yang cukup untuk tempat kami berlindung dari derasnya hujan dan suara petir yang cukup membuat jantungku terasa ingin lepas saja.
kulihat ali dengan seluruh tubuhnya yang basah, sambil mengusap kedua tangannya, aku tau dia pasti kedinginan. Sesekali dia melirikku dengan senyuman lalu kembali diam, aku terus memandangnya.
"Kamu beda li" panggilku dengan nada pelan kemudian dia menoleh kearahku, aku hanya menunduk saja menahan air mataku yang dari tadi aku tahan.
"Tapi perasaanku masih sama pril" jawabnya yang berhasil membuat darahku terasa berhenti mengalir. Aku menghela nafas
"Dan kamu pasti tau kan li, aku juga cinta sama kamu" ucapku masih memandangnya.
"Dan aku cukup tau diri pril, cinta atau enggak nya kamu sama aku, itu gak akan ngebuat kamu nerima aku kan?" Ucapnya pelan namun tajam.
"Ali aku sudah bilang, aku bukan nolak kamu, aku cuma butuh waktu" aku mencoba menjelaskan
"Mau nunggu sampe berapa lama lagi pril? Kamu fikir aku gak sakit setiap hari harus nunggu jawaban dari kamu" suara ali terlihat tegas kali ini.
"Dan kamu fikir aku gak sakit, waktu kamu minta aku buat gantikan posisi adelia terus waktu nanti kita udah jadian dan aku gakbisa seperti adelia, dan pada akhirnya kamu akan pergi mencari wanita lain yg bisa seperti adelia? Apa seperti itu yang kamu mau li?" Air mata yang sedari kutahan kini tak dapat kubendung lagi.
"Maafkan aku prilly, aku tidak suka melihat kamu menangis" dia menyeka air mataku.
"Ali.. sampai kapanpun kamu tidak akan menemukan wanita manapun yang persis dengan adelia, setiap wanita itu punya caranya sendiri untuk mencintai pria nya" aku masih berbicara dengan suaraku yang parau.
"Aku faham sekarang, dan yg perlu kamu tau pril, Aku sama sekali tidak menginginkan kamu seperti adelia, aku hanya mengutarakan apa yang aku rasakan, aku cinta kamu pril" dia meraih tanganku.
"Aku juga cinta kamu li" aku memeluknya.
Aku bahagia, sekarang aku dan ali resmi berpacaran. Meski sempat saling berjauhan, kini kami berusaha menenangkan ego masing-masing untuk membuka sebuah lembaran baru yang mungkin akan banyak sekali godaan didalamnya. Apalagi dengan usia kami yang masih terbilang masih cinta monyet.
