Hari ini ali mengajakku ke suatu tempat, ali tidak memberi tau ku kemana dia akan membawa aku pergi, ketika aku bertanya padanya, dia malah menutup mataku dengan sapu tangan. Sepanjang jalan mataku tertutupi sapu tangan, ali marah ketika aku mencoba membukanya, akhirnya dengan terpaksa aku mengikuti saja kemauannya. Hingga akhirnya ali menghentikan langkah kami, kufikir kami sudah sampai ditempat tujuan.
"kok berenti? Uda sampai?" tanyaku dengan mata masih bertutup sapu tangan.
"udah, sekarang lo boleh buka sapu tangannya" jawab ali.
Akupun membuka sapu tangannya. Dan apa yang aku lihat? Rumah pohon sederhana dihiasi lampu-lampu kecil yg membentuk namaku dan ali. Aku sungguh tidak bisa berkata-kata lagi."yaampun li, ini kamu yg bikin?"tanyaku haru.
"iyadong , elo harus nya bersyukur karena baru elo nih yang gue buatin beginian" ucapnya sedikit songong
"Ceilee, cowok nyebelin kok bisa romantis giniya" tawaku padanyaa.
"naik keatas yuk, elo harus liat langitnya indah banget dilihat dari sana" ali menuntunku naik keatas rumah pohon, memang benar langit terlihat sangat indah dari sini.
"Waaahhhh kamu benar li" ucapku sambil menatap mata ali, ia hanya menggangguk sambil tersenyum, aku terus menatap matanya. Menatap matanya sungguh membuat hati ini tenang dan membuat aku semakin takut akan kehilangan sosok dirinya, sosok yg saat ini mengisi hatiku dan sekarang berada dihadapanku. Kulihat sorotan cinta tulus disetiap tatapan mata indah nya. Apa dia merasakan hal sama seperti yang aku rasakan saat ini? Entahlah.
“gitu amat liatin gue nya, iya prill gue tau kok gue emang ganteng” candanya padaku. Tawanya sungguh membuat aku semakin ingin selalu berada didekatnya.
“ih geer bangetya, dasar nyebelin” ucapku manyun, ali hanya tertawa saja melihat polahku.
"Ohya pril aku mau ngomong sesuatu sama kamu" ucapnya seriuss.
"mau ngomong apaan sih Serius amat” jawabku sedikit acuh, padahal sungguh, jantungku terasa ingin pindah dari posisinya karena penasaran apa yang ingin ali katakan.
"elo itu mirip dengan adelia. Setiap gue samalo, gue ngerasa sangat dekat dengan adelia. Gue seperti menemukan lagi semangat hidup gue. Setiap kali gue tatap matalo, perasaan gue tenang." Curhatnyaa panjang, aku hanya tertegun saja mendengar nyaa. Rasa senang dan haru menjadi satu.
"Prill, andai gue bilang gue sayang sama lo gimana?" Ucapnya seketika dan tentu membuat aku terkejut mendengar ucapannya.
"Emmmm..." aku kehabisan kata-kata, ucapannya membuat aku tidak bisa berkutik.
"Lo mau gak menggantikan posisi adelia?" Kali ini ali benar-benar serius, terlihat dari wajahnya.
"maaf li, aku gakbisa" ucapku dengan wajah tertunduk. Sungguh itu bukan kata hatiku yang sebenarnya.
"tapi kenapa? Apa karena gue terlalu cepat ungkapin perasaan gue?" tanyanya serius sembari meraih wajahku dengan kedua tangannya, aku hanya diam.
"kenapa lo diem pril? Ayo jawab" dia menggoyahkan bahuku kuat.
"ali stop, bahu aku sakit. Berhenti bersikap bodoh seperti itu" aku menyigap kedua tangannya dari bahuku.
"maafin gue pril, gue emang pantes kok ditolak, dengan sikap gue barusan pasti semakin buatlo ilfeel kan sama gue" ucapnya dengan wajah merasa bersalah, aku tau ali refleks bersikap seperti itu.
"ali, aku bukan nolak kamu, aku cuma belum bisa nerima kamu sekarang. Aku gakmau kamu mencintai aku hanya karena aku mirip dengan adelia, karena aku adalah prilly, bukan adelia, kita itu dua orang yang berbeda li. Aku mau kamu mencintai aku sebagai prilly, bukan karena aku mirip dengan adelia. Jadi please, kasi aku waktu." aku memberi penjelasan pada ali, kemudian ali meraih tanganku dan Menatap wajahku sangat dalam
"Pril, gue cinta samalo, gue janji gak akan berhenti buatlo percaya kalo gue mencintailo tulus dan bukan karena lo mirip dengan adelia" kulihat dari sorotan matanya tidak ada kebohongan disana. Yg kulihat adalah sebuah ketulusan dan kejujuran.
Dan sejujurnya aku juga sangat mencintai ali, tapi cinta tidak hanya sekedar bilang cinta. Cinta juga butuh bukti, aku cuma ingin lihat sejauh mana ali memperjuangkan aku dan sesabar apa dia menanti jawaban dariku. Karena menurutku, wanita itu MAHAL. jadi untuk mendapatkan yg mahal, kita harus bekerja keras agar bisa mendapatkannya. Sudah menjadi kodrat pria untuk memperjuangkan, dan kodrat wanita untuk diperjuangkan. Jika dia benar cinta, dia pasti berusaha. Berjuang bagaimana caranya membuatku percaya. Sebagai seorang wanita, tugasku hanya diam di tempat. Menunggu sang pangeran datang membawa bukti perjuangannya.
***
haripun berganti, seperti biasa aku harus ke sekolah, entah kenapa perasaanku hari ini seperti ada keganjilan. Sesampainya disekolah, tidak kutemukan sosok ali. ini aneh, ali selalu sampai disekolah lebih dulu daripada aku. Namun ada apa dengannya hari ini? Ku tanya pada beberapa temanku namun mereka bilang belum ada melihat ali hari ini. Fikiranku pun mulai terganggu, apa ali marah padaku soal kemarin? Tapi bukankah aku sudah memberinya penjelasan bahwa aku hanya butuh waktu untuk menerima cintanya. Aku mulai bingung, pelajaran hari ini tidak ada yg masuk kedalam otakku. Fikiran ku hanya fokus pada satu nama yaitu ALI.
Bel pertanda jam pelajaran telah berakhirpun berbunyi, segera aku meninggalkan kelas, berjalan perlahan dan masih memikirkan ali. Tiba-tiba ponsel ku berdering, kulihat layar handponeku tertera nama ali disana, tanpa basa basi segera kuterima panggilan itu.
"Ali kamu dimana?" Tanyaku panik.
"Didepan sekolah, jemput kamu" ucapnya enteng, aku langsung menghentikan panggilan lalu berlari menuju depan sekolah menemui ali, dan benar saja dia sudah stand by disana.
"Kamu bolos?" Aku langsung bertanya.
"ayo naik, kita pulang" dia tidak menjawab pertanyaanku, aku hanya mengikuti perintahnya. Entah kenapa kali ini aku merasakan ada yang berbeda pada sosok ali, dari mulai cara dia memanggilku dengan sebutan "elo" kini menjadi "kamu". Sepanjang perjalanan ali hanya diam, tidak sepatah katapun diucapkannya. Entah mengapa perlahan tanganku, kulingkarkan di pinggangnya. Biasanya ali selalu menarik tanganku untuk memeluknya katanya agar aku tidak jatuh, tapi kali ini aku melakukan nya sendiri tanpa harus ali suruh.
"Sudah sampai" ali mengentikan laju motornya di halaman rumahku. Aku turun dari motornyaa, aku hanya diam memikirkan perubahan sifat ali.
"Kamu marah?" Aku menatap matanyaa
"Tidak prilly, masuklah bunda pasti menunggumu" ucapnyaa sembari tersenyum dan masih dalam pandangan yang berbeda
"kalau aku salah, aku minta maaf" aku masih menatap bola matanya.
"Kamu tidak salah, aku yang berharap" dia tertawa kecil, "kalau begitu aku pulang yaa, kamu istirahat" sambungnya, kemudian berlalu meninggalkan aku, aku masuk kedalam rumah dengan wajah lesuh. Kulihat bunda sedang duduk di ruang tv, kami saling senyum kemudian aku langsung menuju kamarku.