Unique

54 1 0
                                    

"Bro, kalau mau nembak cewek, cara yang keren gimana?"

"Lo mau nembak siapa? Inceran lo cantik nggak? Kalau cantik sih nembaknya yang high class. Di restoran mahal, pasti diterima. Biasanya cewek-cewek kan matre," jelas seorang lelaki.

"Udah gitu doang? Nggak pakai bunga or something else? Boneka?" Tanya Jaewon, lelaki yang berniat menjadikan perempuan idamannya sebagai kekasihnya.

"It's too mainstream. Try something new. Make up, maybe?"

Duh, mau nembak cewek aja kelabakan. Pusing. Ribet. Harus di restoran mahal. Make up.
Masalah biaya, Jaewon punya banyak. Kelebihan malah. Yang jadi problematika disini adalah apa yang harus Jaewon katakan ketika menyatakan perasaannya kepada Jennie.

Jaewon bukan tipe lelaki yang mengumbar-umbarkan perasaannya. Dia lebih memilih memendamnya sendiri. Sama halnya ketika dirinya menyukai Jennie. Dia lebih memilih menyukai Jennie, dengan cara klise.

Meminjam buku catatan, kerja kelompok, tanya-tanya tentang pelajaran yang sebenarnya Jaewon sudah mengerti, mengiringi Jennie saat bernyanyi.

Entah Jennie yang terlalu polos, atau Jaewon yang memang pandai mendekatinya. Nyatanya sampai sekarang, Jennie seakan-akan tidak mengerti bahwa Jaewon sedang mendekatinya.

"Jennie, besok lo sibuk nggak?"

"Nope. Why?"

"Would you like to have dinner with me?"

"Emm.. sure, when?"

"Besok, jam 7 malam gue jemput ya."

"Okay. Cuma berdua doang atau ada yang lain?"

"Berdua. Kenapa? Lo mau ngajak yang lain juga? Tapi kalau lo mau ngajak yang lain, suruh bayar sendiri ya haha.."

"Haha, enggak. Deal ya? Besok jam 7 malam lo jemput gue. Dresscode?"

"Black and white."

Sambungan dimatikan sepihak oleh Jennie.

-

Jennie sudah siap sejak pukul setengah 7 malam. Dan kini ia sedang duduk di sofa apartemennya, asyik memainkan handphonenya—main game, sembari menunggu Jaewon datang.

Suara ketukan pintu menginterupsi Jennie yang sedang bermain game.

"Good evening, Ms. Jennie. Your dress looks good on you." Pujian terlontar dari mulut sang pengetuk pintu, alias Jaewon.

"I know. Let's go, I'm ready to go!"

Jaewon menggenggam tangan Jennie, berjalan bersama menuju parkiran mobil.

"Jadi, kita mau dinner dimana?" Tanya Jennie ketika mereka sudah di dalam mobil.

Shit man, "kita" katanya.

"Restoran. Lo bakal suka," jawab Jaewon.

Jennie hanya mengangguk-angguk, melanjutkan game yang sempat tertunda.

Jaewon berinisiatif menyetelkan musik, yang Jennie suka.

Classic. Jennie suka musik klasik. Bukan suka lagi, cinta mati. Dan kini ia senang sekali, karena Jaewon menyetel musik yang ia suka.

"Tahu darimana lo, kalau gue suka musik klasik?" Cecar Jennie.

Jaewon selalu tahu tentang lo, Jen.

[ J ] HistoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang