"halo, dimana?" tanya Langit dari seberang sana.
"masih dirumah nih, aduh liptint yang biasa gue pake segala hilang" jawab Bulan yang masih kocar-kacir memeriksa tiap inci tas nya.
"di meja lo kali" tebak Langit.
Bulan segera bergerak ke arah meja lalu pada akhirnya menemukan liptint kesayangannya itu. Ia menatap dirinya di depan kaca, lalu memoleskan liptint itu dengan indahnya.
Bulan kembali ke arah kasur lalu memasukkan liptint yang tadi ia pakai ke dalam tasnya. Setelah itu ia mematikan mode loudspeaker pada handphonenya dan menempelkannya pada telinga kanannya. "udah dulu ya Lang, gue udah telat nih" tukasnya.
"iya, gue tunggu di sekolah ya" jawab Langit dan telfon pun terputus.
🍃
Langit berdiri dengan gelisah, pasalnya, para guru sudah mulai memanggil para murid untuk berbaris sementara Bulan belum menampakkan batang hidungnya juga.
tak lama, datang seorang gadis kecil dengan tas berwarna baby blue itu yang berlari kearah Langit.
Langit langsung memutar arah, meletakkan tas nya pada kursi yang berada di lobby sekolah dan berjalan menuju lapangan.
"Langit! tungguin dong!" teriak Bulan dari sisi koridor sekolah sambil berlari-lari dengan tas yang lebih besar dari tubuhnya itu.
Langit hanya tertawa melihat Bulan yang mulai ngos-ngosan, membuat aksen lucu pada gadis mungil itu.
iya, Langit dan Bulan memang tidak akan masuk kelas kalau salah satu dari mereka belum datang.
🍃
upacara dan pelajaran fisika yang berada di 2 jam pertama sudah selesai. Bulan meletakkan dahinya pada lengan yang ia lipat diatas meja.
"Lan, lo tau gak?"tanya Indira, teman sebangku Bulan.
"tau apa? lo aja belum ngomong" jawab Bulan lemas, ia mengantuk.
"besok mau ada anak baru" kata Indira. Bulan tetap tidak bergeming, "terus apa urusannya sama gue?" tanya Bulan.
"gue denger-denger sih, orangnya ganteng" kata Indira, Bulan masih tak acuh dia tetap memejamkan matanya. Jangan cowok ganteng, otak dia sudah dibuat mumet sama fisika.
tiba-tiba saja, muncul sesosok lelaki bertubuh tinggi di ambang pintu. Indira mengerti dan akhirnya pergi, membiarkan lelaki itu duduk di samping Bulan.
Bulan yang merasakan pergerakan dari sisi kanannya pun terbangun dan melihat seseorang ber-nametag 'Reihan Angkasa'.
"duh, lo lagi-lo lagi" kata Bulan. Reihan hanya tersenyum.
"ngapain sih Rei?" tanya Bulan ketus, Bulan kurang suka didekatnya.
"mau liatin lo lah" jawab Reihan dengan tanpa dosa.
"Bulan, kantin yuk!" ajak Langit yang muncul dari sisi belakang.
Reihan berdiri "kok ada lo mulu sih, gue mau deketin Bulan juga, lo mulu yang gangguin" kata Reihan emosi
"maaf ya masnya, tapi Bulannya enggak suka sama situ" jawab Langit dengan tenang.
"heh, dimana-dimana juga nih ya, bulan itu adanya di angkasa bukan dilangit" jawab Reihan lengkap dengan perumpamaannya.
"adanya nih ya 'dilangiiittt bulaann benderaangg' bukan diangkasa kan?" jawab Langit sambil melampirkan satu bait lirik lagu 'Ambilkan Bulan Bu' lalu membawa Bulan pergi.
🍃
"lo udah gila ya, asli, segala pake nyanyi hahahaha" kata Bulan sambil menyuap bakso ke dalam mulutnya.
Langit hanya tersenyum, "lagian mau adu argumen sama gue" cibir Langit sambil berlagak sombong karena berhasil membuat Reihan terdiam tadi.
"tapi ada benernya juga sih dia, bulan itu kan adanya di angkasa bukan di langit".
"tapi manusia bisa liat bulan karena adanya langit, manusia enggak bisa melihat benda angkasa yang sejauh itu kalau enggak ada langit"
"jadi, bulan itu ada dimana?"
YOU ARE READING
Story of Us
Teen FictionBulan, Bintang, Langit, dan Pelangi. Keempatnya sama-sama berada diatas dan menjadi pamandangan yang elok dipandang. Tapi keduanya memiliki jarak jauh sekian kilometer.