(Click the play button on the YouTube link 👆)
...
19 days ago.
Canggung sekali, pikir Eren. Beberapa hari belakangan, mereka tak sering menghabiskan waktu bersama. Sejak Levi memutuskan secara sepihak, menetap di tempat menggelikan. Sepertinya Eren sudah mengerti, keputusan Heichou-nya memang yang paling bijak untuk sekarang. Lagipula, ia cukup menikmati hari-hari di sini.
Eren menggigit roti perlahan, tak henti berpikir. Aneh. Mikasa masih berbicara dengannya seperti biasa. Menaruh lauk pauk ke piringnya, menyuruh makan banyak. Sedangkan Levi terkadang bertanya, kegiatan yang ia lakukan akhir-akhir ini. Tidak ada yang berubah. Mereka bertingkah seperti orang tuanya.
Lantas, apa penyebab suasana canggung di sekitar mereka?
"Permisi."
Ketiganya menoleh, Zeke menyapa setelah mengetuk pintu. "Ah, maaf mengganggu sarapan kalian. Aku hanya ingin memberitahu, nanti siang akan ada rapat di kerajaan."
Oh, sudah saatnya kembali ke kenyataan. Dunia baru yang mungkin akan menjadi tempat tinggal seumur hidup bagi mereka. Segalanya terjadi terlalu cepat, tidak membiarkan ketiganya berpikir panjang.
"Ya, kami akan ke sana tepat waktu," jawab Levi.
"Baguslah. Kalau begitu, silahkan lanjutkan saja sarapannya."
"Zeke—" panggil Eren, membuatnya berhenti melangkah. "Kalau belum sarapan, makanlah bersama kami."
Wajah Eren terlihat canggung. Setelah cukup mengenalnya secara singkat, Zeke tidak seburuk itu. Keduanya ber-ideologi jauh berbeda. Terpengaruh masa kecil masing-masing. Setelah semua, mereka tetaplah bersaudara. Terhubung oleh ikatan darah.
"Terimakasih atas tawaran mu, tapi aku sudah sarapan. Lain kali, dengan senang hati akan kuterima." Ia tersenyum ringan, kemudian kembali berpamitan.
Menawari hal kecil saja, Eren sampai harus menahan gengsinya mati-matian.
"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan tubuhmu, Eren?" Sejak ia keluar dari rumah sakit dan sering menghabiskan waktu bersama Annie, Mikasa tak sempat bertanya.
"Jauh lebih baik. Yang lebih penting, sebenarnya kalian berdua kenapa?"
Pertanyaannya membuat wajah kedua orang tersebut berekspresi canggung. Ternyata benar, merekalah penyebabnya.
"Um, a-aku akan cuci piring dulu." Mikasa beranjak, membawa piring-piring kotor menuju dapur, selepas mereka sarapan. Sedangkan Levi masih tak bersuara. Ia tak henti menyeruput teh hangat, minuman wajibnya.
Eren semakin tidak mengerti.
In The End
Chapter 7
KAMU SEDANG MEMBACA
In The End (HIATUS)
Fanfiction[RIVAMIKA] Out of the walls, Marley's part. Menjadi penanggung dosa, demi kedamaian semu. ... Dingin, malah beku. Hatiku tidak begitu penting saat itu. Lagipula bodoh sekali berharap pada seseorang yang jelas-jelas hanya mencintai satu wanita dalam...