Part 2

6K 500 33
                                    

Have a nice read !

"Pelan-pelan, Dobe. Ramen mu tak akan lari" tegur Sasuke seraya menggeleng kepala pelan melihat adik sahabatnya yang tak berubah meski setahun mereka tak bertemu. Tidak ada kesan anggun ataupun malu dengan cara makannya, adik sahabatnya ini benar-benar berbeda dengan gadis-gadis yang mencari perhatiannya. Maaf saja, Sasuke sudah terpesona dengan gadis kucel yang suka menjahilinya itu.

"Ramen kan tidak punya kaki, dasar Sasu-Teme-nii" balasnya setelah menandaskan 5 mangkuk ramen. Sasuke hanya mendengus seraya merotasi mata jelaga miliknya.

"Kalau sudah tau, makan pelan-pelan Dobe"

"Ish, berhenti memanggilku Dobe, Teme-nii. Nanti kalau ramennya keburu dinginkan tidak enak" balas gadis itu sambil merengut tak terima dikomentari.

"Uangku masih sangat cukup untuk membelikanmu 1000 porsi ramen, kalau perutmu masih kuat"

"Sombong"




Mendengar celotehan dan tawa riang Naruto saat berhasil menjahilinya adalah hal yang paling dirindukannya. Gadis yang terpaut usia lima tahun darinya itu benar-benar tau bagaimana cara melepas topeng Uchiha miliknya. Sasuke benar-benar tak rela berpisah sekarang, dia ingin lebih lama lagi dengan gadis itu, kalau perlu dia akan mengunci gadisnya ini dikamarnya. Ups, Kurama akan menyembelihnya jika tau pikiran gilanya itu.

"Terimakasih Sasu-nii, Sampai jumpa lagi"

CUP

Dan sebuah kecupan ringan dipipinya membuat Sasuke terdiam. Apa yang baru saja terjadi? Perlahan pipi seputih porselen itu merona, wajahnya menunduk sebelum menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangan dan stir mobilnya. Jantungnya berdetak tak karuan seperti selesai berlari mengelilingi Jepang. Sedangkan sang tersangka sudah keluar dari mobilnya dan berjalan riang memasuki kediaman orang tuanya. Mimpi apa dia semalam, sungguh hari yang indah~




"Naru pulang~" teriak gadis manis bersurai pirang seraya bersenandung kecil.

"Senang sekali sepertinya? Kenapa dengan wajah berseri-serimu itu hmm?" balas seorang wanita berambut merah yang duduk di shofa sambil membaca sebuah majalah.

"Mama !" seru gadis itu seraya memeluk sang Mama.

"Jadi?"

"Naru baru saja di traktir ramen oleh Sasu-nii" sahutnya riang tanpa menutupi perasaan senangnya.

"Sasuke-kun?" yang dibalas anggukan antusias gadis itu.

"Naru ke kamar dulu, Ma" dan sebuah kecupan dilayangkan pada pipi sang Mama sebelum berlalu dengan senandung kecilnya kembali.

Dilihat dari manapun, tidak ada raut tersipu atau malu dari gadis itu setelah mencium pipi sahabat baik kakaknya. Bahkan mengingat kelakuannya pada sahabat kakaknya itu saja dia hanya cengengesan.

"Hehehee pasti Sasu-nii belum pernah dicium gadis manis sepertiku"




Pagi yang tenang sebelum negara api menyerang. Begitulah semboyan keluarga Namikaze setiap paginya. Diisi dengan teriakan membangunkan sang Ratu Namikaze kemudian perdebatan antara putra Mahkota dan tuan putri kesayangan Kaisar Namikaze.

"Itu sosisku, Ku"

"Panggil aku Niisan, bocah"

"Tidak mau. Kau saja tidak memanggil Papa dan Mama dengan benar. Kembalikan Sosisku, Rubah buluk"

"Aku sudah memanggil dengan benar. Minato dan Kushina"

TAK

Ouch!

My Sweet DearestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang