Hari ini saat pelajaran Biologi sedang berlangsung, penyakit yang selalu menggangguku kambuh lagi. Aku mulai kesulitan bernafas, tanganku sibuk mencari obat yang biasanya selalu ada dalam tasku, tapi kali ini aku tidak menemukannya.
"Kenapa Ris?" meli bertanya saat melihatku mengeluarkan seluruh isi tasku.
"Obatku gak ada Mel." aku mulai terbatuk dan sulit bernafas. Meli sangat panik saat melihat kondisiku dan langsung membantuku mencarinya.
"Permisi." aku mendengar ada yang datang, tetapi aku tidak melihatnya.
"Ini obatnya," ternyata Arga yang datang, ia memberikan obat itu padaku. tanpa mengatakan apa pun aku langsung mengambilnya, meli mengucapkan terimakasih pada arga. Arga keluar meninggalkan kelasku dan aku kembali melanjutkan pelajaran yang sempat terganggu.
Saat bel berbunyi aku mengajak meli untuk pergi ke perpustakaan. "Mel, mau ikut ke perpus gak, aku mau cari novel."
"Gak ah ris, aku lagi males ke luar kelas." meli menjawab sambil memasukkan buku biologinya ke dalam tas.
"Oke," aku berjalan keluar meninggalkan meli di dalam kelas.
Setelah menemukan novel yang kusuka, aku mengambil kartu perpustakaan dari dalam saku bajuku. tapi ternyata aku salah membawa kartu, aku justru membawa kartu pelajar bukan kartu perpustakaan. Terpaksa aku meletakkan novel itu kembali di rak buku, dan dengan kecewa aku meninggalkan perpustakaan itu.
"Trisa." saat aku berjalan keluar ada yang memanggil namaku.aku berbalik untuk melihatnya.
"Ini novelnya," Arga memberikan novel yang tadi ingin kupinjam.
Arga menatapku, "aku tau kamu sangat suka membaca novel, karena itu aku meminjamkannya untukmu." ia mengulurkan tangannya untuk memberikan novel itu.
Dengan sangat terpaksa aku mengambil novel dari tangannya, karena aku memang tidak bisa menjalani hariku tanpa novel. novel adalah sahabat terbaikku yang selalu menemaniku pada saat apapun.
"Kenapa obatku bisa ada padamu?" aku menanyakan tentang obat yang diberikan padaku.
"Waktu itu kamu meninggalkan obat itu di kantin." dia memandangku dengan tatapan yang telah aku mengerti apa maksud dari tatapan itu.
"Tolong menjauhlah dari kehidupanku." perkataanku membuat tatapan itu berubah.
"kenapa?" ia menanyakan alasan dari perkataanku.
"Karena aku tidak menyukaimu dan sangat membencimu." aku menatapnya dengan penuh kebencian.
"Tapi aku, aku mencintaimu tris." ia menggenggam tanganku dengan menatap kedua mataku.
"Dan aku tidak." aku melepaskan genggamannya lalu berlari menjauh dan meninggalkannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Luka
Teen FictionMaafkan Aku Yang Tidak Bisa Mengerti Niatmu Dan Maafkan Aku Yang Terlambat Menyadari Segalanya.