Anneta benar-benar melamar pekerjaan itu. Dan sepertinya Tuhan juga melancarkan segala urusannya. Mungkin karena memang niatnya baik. Apa yang sekarang Anneta lakukan, semata-mata karena dia ingin menolong Naira. Semoga dia benar-benar mendapatkan hasil dari tempat ini. Jangan sampai apa yang ia korbankan menjadi sia-sia.
Untuk urusan toko bunga ia sudah minta tolong pada Riska untuk mengurusnya. Dan ia bersyukur tantenya atau mama Tara, juga mau membantu mengurusi toko tersebut saat Anneta bercerita ingin fokus pada kegagalan skripsinya. Yah, walaupun alasan sebenarnya bukan itu. Tapi setidaknya Anneta tidak benar-benar berbohong. Karena memang dia juga akan mengurus sidang ulangnya sembari bekerja paruh waktu sebagai office girl. Walaupun dia belum tahu bagaimana nanti, yang terpenting ada niatnya dulu.
Gue nggak kenal lo Nay, tapi nggak tahu kenapa gue harus mau ngelakuin ini semua.
Anneta mengembuskan napas untuk menetralkan jantungnya yang perlahan berdentum hebat saat melihat tempatnya bekerja. Sebelum akhirnya memberanikan diri masuk ke tempat itu. Semoga ke depannya semuanya lancar. Yah, semoga!
Anneta mulai bekerja hari ini. Ah, dia benar-benar tabu dengan pekerjaan seperti ini. Jangankan mengepel, mencuci piring di rumah pun dia tidak pernah. Gadis itu menyesal karena tidak mau mendengarkan kata-kata mamanya untuk belajar mengerjakan pekerjaan rumah. Ternyata inilah efek dari terlalu manja dan bergantung pada orang lain.
"Kamu anak baru?" tanya seorang laki-laki yang memakai seragam sama dengan Anneta. Masih muda, ia pikir teman-temannya adalah bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah berumur, ternyata tidak.
"Iya, Mas," kata Anneta canggung. Dia harus bersikap manis, karena mau bagaimana pun dia adalah seorang junior di tempat ini.
"Panggil aja, Faris. Nggak usah pakai Mas-masan," katanya sembari tersenyum. Matanya terus memindai wajah cantik Anneta. Mungkin dia juga berpikir, gadis ini rasanya kurang pantas jika harus menjadi seorang office girl. Lihat saja rambut panjang Anneta yang sangat terawat, meski kini diikat menjadi satu ke belakang.
"Oke, aku Anneta," katanya sembari menyambut tangan Faris, lalu datang dua orang lainnya, namanya Ira dan juga Wawan. Mereka semua ramah dan tidak memperlakukan Anneta seperti seorang junior.
***
"Ta! Sekalian kamu yang antar, ya? Biar tahu Pak Bos kita yang mana," kata Wawan, dia sepertinya yang paling tua di sini. Anneta hanya mengangguk sembari meracik dua kopi ke dalam cangkir.
"Siapkan hati ya, Ta!" Entah apa arti dari kata-kata yang baru saja Wawan katakan. Anneta hanya menggerdikkan bahu lalu melangkah keluar dengan nampan di tangannya.
Anneta mengetuk pintu ruangan direktur utama kantor itu, yang letaknya ada di lantai paling atas. Lalu melangkah masuk saat terdengar sahutan suara berat dari dalam. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar sedikit cepat. Bukan karena perkataan Wawan tadi, tapi dia bingung bagaimana caranya ia mengenali apakah orang di dalam itu adalah Alfian. Dan jika benar bosnya tersebut bernama Alfian, bagaimana caranya memastikan bahwa Alfian yang sedang ia cari itu sama dengan Alfiannya Naira. Sementara foto yang ia punya tidak membantu sama sekali. Karena di foto, wajah alfian tidak terlalu jelas.
"Silahkan, Pak," kata Anneta ramah sembari menatap sekilas wajah kedua laki-laki yang kini duduk saling berhadapan.
Yang satu memakai kacamata, dan wajahnya sedikit oriental. Sementara yang satu lagi laki-laki dengan postur tubuh lebih tinggi dan lumayan gagah. Kulitnya tidak terlalu putih, wajahnya tampan, tapi terkesan sangat dingin. Dia memakai dasi berwarna merah yang cukup mencolok.
"Tunggu!" kata salah satu dari mereka. Kalau Anneta boleh menebak, laki-laki yang memakai dasi merah itu yang bersuara. Sementara laki-laki yang memakai kacamata terus menatap Anneta dengan senyuman manis di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNETA (LENGKAP)
Romance💜Pindah ke Dreame/Innovel💜 Kehidupan Anneta terasa jungkir balik semenjak menemukan sebuah buku Diary. Dia yang selalu merasa tidak beruntung dalam kehidupannya. Bahkan sering menyalahkan Tuhan, dan merasa Dia tidak adil. Akhirnya merasa lebih be...