JAN LUPA TEKEN BINTANG!!
○○○○
Mencintai sahabatku sendiri.
Itu adalah rahasiaku. Dalam suatu waktu aku merasa bahagia karena bisa selalu bersamanya tapi di waktu lain aku merasakan kepahitan di setiap aku melihatny dengan sang kekasih.
Sahabatku sejak kecil, seharusnya perasaanku tetap seperti seseorang yang mencintai sahabatnya tapi aku gagal. Aku mencintainya sebagaia seorang pria.
Jangan pernah jatuh cinta pada sahabatmu sendiri, karena itu sungguh menyiksa. Memang klise tapi apa jatuh cinta bisa ditentukan pada siapa kau ingin melabuhkan hatimu? Tentu saja tidak, seperti ungkapan cinta hadir karena terbiasa.
Ya, itu benar karena semua terjadi padaku aku mencintai seseorang yang berstatus sahabatku. Kau tahu rasa itu begitu menyiksa, membuatku kesulitan bernafas.
Ah, lupakan aku harus memeriksa kembali laporan ini jika tidak aku bisa diberhentikan dari pekerjaanku walaupun itu tidak mungkin terjadi. Tentu saja, siapa yang berani memecatku dari perusahaan ini?
"Yerin ...."
Suara menyebalkan itu mengusik fokusku, kenapa lagi dia memanggilku? Mengganggu saja. Dengan rasa malas yang bertegangan tinggi aku membalikan badan dan tersenyum penuh kepalsuan pada gadis yang memanggilku tadi.
"Ya, Eunha?" Tanyaku lembut, ya seperti biasa ia berdecak malas lalu menatapku jengkel.
Song Eunha, salah satu teman--ah bukan, dia sama sepertiku seorang karyawan diperusahaan ini rekan kerjaku tepatnya tapi kami tidak terlalu dekat layaknya teman yang sering menghabiskan waktu bersama.
Ia cantik dan berwajah imut, tak aku pungkiri dia termasuk dalam jajaran karyawan cantik diperusahaan ini. Aku serius, hanya saja sifatnya yang sombong membuat kesempurnaanya hancur dimataku.
Aku tidak iri, percayalah. Aku hanya tidak suka dengan seseorang yang sombong, diatas langit masih ada beberapa tingkatan langit lagi, tapi dia selalu merasa dialah langit tertinggi padahal bagiku masih ada Kim Sowon member girlgroup GFriend yang lebih cantik.
"Kau di panggil Presdir keruangannya. Sekarang!" Perintahnya ketus, lalu berlalu meninggalkan mejaku dan kembali kemejanya yang berada dibagian depan.
Hei bisakah dia tidak ketus denganku? Selalu seperti itu, apa dia memiliki masalah denganku? Tak apa, aku sudah biasa dengan sikap orang-orang seperti itu. Orang-orang yang menganggap dunia dalam genggamannya. Ck, sudahlah.
Sekarang presdir yang terhormat itu memanggilku. Masalah apa lagi yang di timbulkan oleh presdir satu itu?
Baiklah, aku tidak akan peduli untuk kali ini. Karena aku malas beranjak, aku kembali memfokuskan diri dengan pekerjaanku itu lebih baik demi masa depanku yang cerah dari pada menuju ruangan presdir menyebalkan itu.
Tenang saja ia tidak akan pernah berani memecatku karena aku adalah, Jung Yerin.
Aku bangga karena aku adalah seorang, Jung Yerin. Ah, aku kembali harus memfokuskan diri dalan menyelesaikan pekerjaanku.
"Aku sudah menunggumu dari sepuluh menit lalu, dengan beraninya kau tidak datang?" Suara presdir sialan itu sangat menggangguku.
Bisakah aku menenggelamkan diri sekarang juga? Jika setiap hari dia selalu menggangguku lalu kapan aku bisa menyelesaikan pekerjaanku?
Dengan kesal aku mengangkat wajahku menatap si sumber suara tetapi mataku malah tak sengaja beradu pandang dengan mata seseorang yang menatapku penuh dengan aura gelap, baiklah aku tahu sekarang, aku-ah tidak maksudku pria tinggi menjulang inilah yang menjadi pusat perhatian sedangkan aku menjadi objek kebencian dari semua karyawan wanita diruangan ini, eh tidak juga sih, ada beberapa yang menatapku dengan senyum menggoda seakan aku memiliki hubungan khusus dengan presdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
{2} Hoffnung ✔️
Fiksi PenggemarAku jatuh cinta pada sahabatku sendiri. Aku tahu ini sebuah kesalahan tapi bagaimana lagi aku sudah terlanjur jatuh dalam kesalahan itu. Aku tak bisa menghilangkan perasaanku, terlalu sulit dan ya begitulah. Aku teralu jatuh paling dalam pada hatiny...