Note:
Ini cerita yang udah lama banget idenya tapi gak pernah punya mood buat nulisnya, penulisannya juga masih berantakan banget. So, kasih keritikan yang membangun ya, jangan judes-judes pliss masih belajar soalnya. Selamat membaca :*#Gray POV#
“kenapa harus dihapus, udah seharusnya nama kalian ada disini!” ucapku tegas menatap Aaron dan para anak buahnya, sambil menunjukkan blacklist siswa rusak ke mereka.
Salah satu anak buah Aaron membalas kata-kataku “ehh.. songong banget nih cowok culun! Gue hajar ju…”
Aaron menahan lengan anak buahnya yang sudah terangkat siap menghantamku. Aku tidak terkejut dengan tindakan pencegahan Aaron, itu bukan karena dia memiliki hati yang halus sehingga iba terhadap orang yang ingin di bully, tapi justru dia Cuma ingin menuntaskan kata-katanya sebelum ia sendirilah yang mengambil alih untuk mem-bully-ku.
“tunggu-tunggu.. lu tau siapa kami? Mau punya masalah?” ucap Aaron tegas sambil menatap tajam kearahku.
Aku menarik nafas sejenak, “yahh.. justru aku tau siapa kalian, karna itu aku gak bisa buang nama kalian dari list”
Aku bangkit dari kursi yang aku duduki, berniat untuk pergi meninggalkan para siswa rusak yang sepertinya dilihat dari tatapannya mulai mengancam keselamatanku.
Awalnya salah satu dari mereka
hendak menjawab kata-kataku, tapi urung karna melihat aku bangkit dan hendak meninggalkan mereka.“eh..!!! mau kemana lu… Hah?” Aaron menahanku.
“udah ron, hajar aja!” ucap siswa yang ada di samping kanan Aaron.
“iya ron, kalo udah bonyok kan dia bakal nurut ama kita” sambung siswa di belakang Aaron.
“iya bener tuh, bener-bener” para anak buah Aaron yang lain ikut menyetujui apa yang baru saja di katakan oleh salah satu dari mereka.
Aaron menatapku tajam, “jadi lu mau kami bantai disini?”“udahlah ron, gak usah banyak cincong, hajar guys…!!” perintah siswa yang ada di samping kanan Aaron.
Dengan sigap, belasan siswa rusak tersebut langsung mengerumuni ku, satu persatu mereka bersiap dengan serangan mereka masing-masing.
Otakku segera merespon segala ancaman yang terjadi, walaupun pada dasarnya aku tidak bisa terlalu banyak berfikir, yang aku fikirkan hanyalah bagaimana cara melepaskan cengkraman di kerah baju dan genggaman di kedua tanganku.
“hey hey hey, sedang apa kalian?!”
Sebuah suara wanita mengalihkan segala kegiatan yang dilakaukan para siswa urakan yang mengerumuniku.“dasar anak-anak brandal, bisa-bisanya bikin ribut di perpustakaan, keluar kalian sekarang!”
Aku baru menyadari kalau itu adalah suara Miss Vera si penjaga perpustakaan.
Para siswa rusak tersebut saling bertatapan, kemudian satu-persatu beranjak pergi sambil melempar tatapan membunuh kearahku, orang yang tadi mencengkramku telah menghempaskan tubuhku cukup keras ke arah dinding. Rasanya sakit, tapi setidaknya aku bisa bersyukur sekarang berkat Miss Vera, nyawaku bisa selamat, setidaknnya untuk kali ini.
***
#Author POV#
Belasan siswa berjalan melewati setiap ruangan di sisi mereka, langkah mereka konstan tanpa hambatan yang memungkinkan mereka untuk berhenti. Mereka tau betul kalau dalam hitungan menit mereka yang berstatus sebagai siswa diharuskan untuk masuk dan ikut kegiatan belajar di dalam kelas, tapi itu hanya berlaku jika mereka merupakan siswa yang baik, namun sayangnya justru salah satu dari mereka tidak ada yang masuk dalam kategori siswa baik, semua dari mereka sudah sering keluar masuk ruang BK dan tentu nama-nama mereka selalu menghiasi buku-buku dosa sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Rasanya Beda
RomantiekPada dasarnya cinta bukan hal yang terkait dengan logika. Ada hal yang lebih penting agar mampu memahaminya