"Ayaa!!"
"Hai bi" aku berbalik dan melambai ke arah abi
"Ada apa? Sampai lari larian segala"."Nih dari bang ari,proposal buat acara komplek" aku mengambil proposal itu dan membolak-baliknya
"Kok di kasi ke aku? Bukannya ini tugas Alex ya?"
"Bang ari percayanya sama kamu,makanya dia suruh kamu yang revisi ulang proposal itu buat acara tahun ini"
"Tapi kan bi-"
"Uda ah aku buru buru ni,lusa aku ambil ya bye aya LOVE YOU!!"
Aku meremas proposal itu sampai menghentak hentakkan kaki ku kesal
"Aya?" Aku menghentikan kegiatan menghentakkan kaki ku di saat aku mendengar suara yang belakangan ini menghantui pikiran ku dan berbalik.
"Oh hai kio"
"Kamu kenapa? Kaki kamu sakit?" Rasanya aku ingin terjun bebas dari bukit bukit berbunga.
"Oh i-ini enggak kok,kaki aku gak papa ki"
"Beneran gak papa?" Aku mengangguk cepat mendengar ucapnnya
"Yauda kalau gitu aku lanjut jalan ya" aku mengangguk dan merutuki kebodohanku
"Idiot.....idiot" aku memukul pelan kepala ku sambil berjalan pulang.***
"Bi aya mana?"
"Lah ngapa pada nanyakin ke aku?"
"Kan kau yang sering barengan sama aya" abi menarik dalam nafas nya.
"Dirumahnya dia kali,kenapa lex?"
"Di suruh bang ari ngumpul di tempat biasa,soalnya ada yang mau di omongan sama dia"
"Yauda ntar aku ke sana sama aya" Alex mengangguk dan pergi.
***
Drrtt drrtttABI IS CALLING
"Halo"
"........."
"Iya ini mau turun"
"........"
"Iya sabar nyet"
Aku mengambil sembarang cardi dan memakai nya sambil berlari menuruni anak tangga
"Aya hati-hati, jangan lari gitu nanti kamu jatuh" aku menghentikan kegiatan berlari ku,karna kalau aku tetap lari bisa bisa mama tidak akan mengizinkan ku keluar.
"Iya ma,ini gak lari kok"
"Kamu mau kemana?"
"Mau keluar sama abi ma jumpain bang ari,aya keluar bentar ya ma, dahhh mama"
Aku berlari kecil keluar rumah dan mendapati abi yang sudah melotot ke arah ku.
"Lama banget ay, kalo tadi aku lagi hamil kurasa anak ku uda keburu keluarni"
"Lebay banget nyet,dan sayang nya kau gak bakal bisa hamil" ucap ku dan tertawa puas melihat wajah kesal abi.
"Uda cepat kau mau ku tinggal ni?" Aku berhenti tertawa dan langsung naik ke motor abi.
"Jangan dong, nanti betis aku gedek kayak pemain sepak bola lagi" abi hanya menggeleng mendengar ucapn ku dan mulai melajukan motor nya ke tempat biasa kami ngumpul.
Aku turun dari motor abi dan masuk ke warung makanan yang sudah di penuhi calon calon penerus kegiatan turun temurun yang sering di adakan di komplek kami.
"Aya sini" aku berjalan ke arah bang ari
"Ada apa bang?"
"Gimana proposalnya? Uda selesai?" Aku mengangguk "uda bang,tapi gak aya bawak"
"Yauda besok di bawa terus kasi langsung ke Abang ya"
"Oke bos"
"Oh iya dimas, kio gimana? Jadi gabung bareng kita buat acara ini?"
"Jadi bang,dia lagi dijalan"
"Kio ikut? Berarti bisa barengan dung" aku tersenyum dan mengembalikan raut wajah ku seperti semula.
"Kio sini" aku melihat kio yang berjalan ke arah dimas.
"Ohiya kenalan dia alkio sadewa, kio ini baru balik ke indo dan tinggal di sebelah rumah kia".
Aku melihat kio yang sudah mulai dekat dengan mereka,rasa iri mulai menjari perasaan ku,kenapa kio mudah akrab dengan mereka kenapa tidak dengan ku?
"Hai sori telat,belom selesai kan?" Satu lagi yang ku lupakan yaitu kiran.
"Lama banget kir,kita dah mau balek ni"
"Yah jangan gitu dong,aku baru aja datang,jahat banget sih langsung mau balik"
Kiran berjalan mendekati bang ari
"Bang, apa kegiatan besok?""Besok mereka mau beli baju buat kalian panitia nya,kau ikut kir?"
"Ikutttt tapi kiran sama siapa?" Kiran memperhatikan satu persatu wajah yang ada disini.
"Loh kio?" Aku kaget saat kiran menyebut nama kio,bagaimana kiran tau nama kio? Dan kio tersenyum mendengar ucapan kiran
"Aku kirain kamu lupa sama aku"
"Gak mungkin la aku lupa sama kamu" kio tertawa dan menampilkan deretan giginya
"Bang ari,kiran uda ada temen buat pergi besok" bang ari tersenyum melihat kiran yang sangat senang seperti anak kecil yang mendapatkan permen.
"Kiran bareng sama kio, boleh kan kio" ucap nya sambil melihat ke arah kio.
Mendengar ucapan kiran,kio mengangguk menyetujui permintaan kiran dan aku? Ntahlaa aku hanya bisa tersenyum melihat interaksi mereka.
Mulai dari hari ini aku tidak tahu ntah itu senyum palsu atau senyum kegembiraan yang akan terukir di bibir ku, mulai hari ini dia telah menggoreskan luka di hati ku,luka yang hanya bisa ku rasakan sendiri,luka yang diakibatkan oleh hati ku sendiri.
Apakah aku harus tetap berjuang atau menyerah?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Please! Look at me!!
Fiksi PenggemarAlkio Sadewa Sama sama berjuang dari bawah menuju sebuah puncak itu adalah sesuatu yang sangat berharga Ayana Adriani Aku bukan seperti dia yang berani menatapmu , Hanya melihat senyummu setiap bersamanya itu cukup membuatku yakin bahwa kau hanya b...