3. Hidayah

12.9K 691 13
                                    

“Jangan menunggunya datang, tapi jemputlah dia dengan tangan terbuka.

Maka dengan mudah dia akan masuk ke hatimu atas seijin Allah.”

***

Semalaman Kayra tidak bisa tidur. Bukan memikirkan pertemuannya dengan cinta masa lalunya ataupun tentang jodoh yang tak kunjung datang. Pikiran Kayra tengah berkutat untuk meyakinkan diri atas apa yang dirasakannya tempo hari. Ada keinginan untuk hijrah dalam hatinya. Namun dia bingung harus menyambutnya atau malah mengabaikannya?

Tunggu, bukankah dengan mengabaikannya berarti dia sama saja menolak kebenaran yang sudah Allah sampaikan? Toh, bisa jadi ini adalah hidayah dari Allah, tinggal apa yang akan dia pilih. Menjemputnya dengan tangan terbuka atau malah memilih untuk mengabaikannya?

Kayra hanya perlu meyakinkan diri sendiri, “Ya Allah bantulah Kayra untuk bisa menjemput hidayah-Mu.”

“Kay, matamu kenapa sembab gitu? Habis nangis ya?”

Reni yang baru saja sampai di kantor langsung melontarkan pertanyaan saat melihat mata Kayra sedikit sembab. Entah apa yang sudah terjadi dengan rekan kerjanya itu.

“Diputusin pacar ya?” tanya Hendra ikut penasaran.

“Apa-apaan sih kalian? Salah semua tahu. Semalem cuma nggak bisa tidur aja, baru bisa tidur jam setengah dua,” jelas Kayra gamblang.

“Mikirin apa Kay? Jangan bilang kalau kamu mikirin aku ya?” Lagi-lagi Hendra nimbrung. Laki-laki yang satu ini memang termasuk laki-laki terkepo di kantornya. Terutama saat membahas makanan, bisa dipastikan dia akan langsung nimbrung.

“Hendra yang ganteng, daripada mikirin kamu mending aku….” Kayra tak melanjutkan kata-katanya saat melihat Hendra berjalan mendekat ke arahnya.

“Mending aku apa Kay?” tanyanya menggoda. Kini, Hendra sudah duduk tepat di samping Kayra dengan mata yang menatap intens.

“Mending aku pergi, kyaaa. Sana jauh-jauh, jangan deket-deket.Bukan mahram tahu.”

Hendra terbahak melihat Kayra yang langsung berdiri sambil berkata dengan sedikit teriak. “Iya iya, Bu Ustadzah. Pagi-pagi jangan teriak-teriak, cempreng banget.”

Deg!

Ada perasaan aneh yang memenuhi setiap rongga dada Kayra. Dipanggil Bu Ustadzah membuatnya bercermin pada dirinya sendiri seperti tempo hari. Dia masih mengenakan celana jeans ketat dan kemeja. Sebagai paduannya dia mengenakan hijab paris yang cenderung tipis.

Astaghfirullah, benar-benar pakaiannya ini nggak masuk kriteria yang Allah tetapkan untuk wanita muslimah.Akhirnya Kayra menyibukkandiri dengan benda canggih di tangannya, berharap perasaan aneh yang akhir-akhir ini sering muncul bisa terlupakan begitu saja. Dia tengah sibuk melihat instagram story akun-akun yang dia ikuti. Tiba-tiba saja dia melihat ada yang menarik perhatiannya.

Mau tau kisah hijrahku? Yuk join group WhatsApp. Langsung DM no kamu ya ukhty.

Tanpa berpikir panjang, Kayra segera mengirimkan direct message. Dalam sekejab dia langsung mendapat link untuk masuk ke group WhatsApp. Entah sejak kapan dia mulai mengikuti akun-akun dakwah. Nggak hanya itu, dia juga mengikuti akun-akun wanita bercadar. Dia merasakan ketenangan setiap kali melihat postingan dakwah ataupun foto wanita bercadar dengan caption yang mampu memotivasi dirinya.

***

Setelah selesai menunaikan shalat isyak berjamaah dengan ibunya, Kayra berbaring di kasurnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah bekerja selama hampir seharian. Duduk terlalu lama itu membuat punggungnya agak sedikit pegal. Bisa rebahan menjadi kenikmatan yang hakiki untuk saat ini.

Akhirnya Aku Menikah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang