Chapter 4

148 1 0
                                    

"Sebelum mulai test kita berdoa dulu ya, silahkan ketua kelas pimpin dulu untuk berdoa." Perintah ibu panitia.

Setelah berdoa dan mengisi data diri masing - masing, semua siswa diminta untuk menggambar seorang laki - laki dan perempuan di kertas yang disediakan. Dan disinilah awal mula pertemuan chelsea dengan Marcella Damayanti.

———

Marcella Damayanti. Seorang perempuan cantik, putih, namun bar - bar. Perempuan yang hampir mirip dengan chelsea, dari fisik hingga sikapnya. Mereka bertemu karena satu kelas yang sama.

Chelsea yang kesiangan membuatnya harus duduk disamping marcel. Memang tak ada penolakan, namun jelas terlihat sikap tidak ingin tahu marcel terhadap chelsea. Tapi chelsea tidak kehabisan akal untuk berusaha dekat dengan banyak orang.

Setelah test psikotes selesai, chelsea baru bisa membuka pembicaraan dengan marcel. Awalnya mendapat respon kurang baik, namun seiring berjalannya waktu, marcel menerima chelsea sebagai teman.

ChelseaPOV

Gue ragu. Mau ngajak kenalan tapi mukanya judes banget. Akhirnya gue nunggu sampai bel istirahat berbunyi.

"Hmmm.. marcel lo sebenernya mau masuk kelas ipa atau ips?" Great cey, lo ambil topik bagus.

Marcel yang awalnya nunduk langsung nengok ke arah gue dengan tatapan yang bingung.

"Gue apa aja boleh lahh, mau ipa oke tapi ips juga oke." Jawab marcel dengan malas

"Lahh ni orang kaga punya pendirian banget dahh." Kata gue yang cuma berani di dalam hati.

"Loh kenapa? Lo mau kuliah kan setelah lulus? Harus ditata dari sekarang loh cel" kata gue sok bijak

Marcel langsung tertarik sama topik yang lagi gue omongin.

"Chels, lo pernah ngerasa bingung gak sih? Atas apapun? Milih jurusan sekolah misalnya? Karena gue sendiri bingung bangett. Gue kalau masuk ipa ya seneng karena setelah lulus pasti bisa ambil kuliah jurusan apa aja tapi gue lemot di itung - itungannya. Dan kalau gue masuk ips, gue bebas dari itung - itungan dan sekolah sesuai keinginan orang tua gue." Begitulah pemikiran marcel saat itu.

"Marcel, gue pernah mengalami masa seperti ituu. Gue pernah mikir cita - cita gue sebenernya apa? Setelah lulus sekolah gue mau apa dan kerja apa? Dan menurut gue atas opini lo yang ngaco itu, beginiii. Lo kalau masuk ipa gak semua jurusan kuliah bisa lo ambil, karena ada batasannya gituu. Lo bisa ambil apa aja kalau nilai lo gede dan selalu stabil tapi kalau lo SBMPTN gimana? Harus testing dan materinya gak cuma dari kelas ipa tapi ips juga ada. Gitu juga sebaliknya, di ips lo gak akan bebas 100% dari itung - itungan. Ada ekonomi yang harus ngitung. Jadi menurut gue selamat berpikir dan merancang kembali masa depan lo." Kata gue panjang lebar, yang sebenernya gue terapin dalam hati buat diri gue sendiri juga.

Autor POV

Setelah perdebatan singkat di kelas, marcel dan chelsea jadi lebih dekat satu sama lain. Tidak ada unsur kepalsuan dan rasa iri dalam diri keduanya. Mereka menikmati masa pertemanan di awal masuk sekolah. Chelsea yang sudah memiliki pengalaman buruk tentang pertemanan jadi harus lebih hati - hati dalam berucap. Dia tidak ingin salah memilih teman untuk mencurahkan apa dan bagaimana chelsea sebenarnya. Mengingat bahwa ini masih awal masuk sekolah.

Marcel bukan tipe orang yang baperan, tapi dia paham mana teman yang tulus dan mana yang memiliki niat buruk. Chelsea bisa dijadikan sahabat menurut marcel, karena pembawaan yang tenang meskipun agak berani. Tapi itu yang menjadi poin utama kenapa marcel menyukai teman seperti chelsea. Bahkan saat bel pulang marcel yang lebih dulu mengajak chelsea untuk pulang bersama.

IPA & IPS (OUR LOVE STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang