A2

282 15 5
                                    

"Hei Raka !" Hana, teman sekelasku, berseru sambil mendatangiku.

"kamu sudah mengerjakan PR Pak Faris?" tanya Hana sambil memperbaiki kacamatanya.

Aku tertawa, "sudahlah,cari mati kalo aku nggak ngerjakan PR itu."

"oh syukurlah, berarti kau tidak akan meminjam bukuku" Hana bernafas lega. Tadi malam aku lupa kalau ada PR, karena kau terlalu sibuk bermain dengan "Api" ku hingga lupa apa saja yang harus kusiapkan untuk sekolah.


Ya, sejak aku menyadari kalau aku punya kekuatan seperti itu, aku sering berlatih menembak, melempar, dan yang dengan kekuatan itu. Entah apa akan berguna kekuatanku ini, tapi yang jelas, Ini hebat.


"Raka, malah melamun disitu, ayo masuk kelas" teriakan Hana membuyarkan lamunanku.


Aku berlari, menyejajari Hana.


Kami pun berjalan segera memasuki kelas, mencari kursi, dan anak-anak lain sudah membongkar tas sambil bercakap - cakap. Aku duduk ditengah, Hana duduk disampingku. Kami menyiapkan buku kami masing-masing.

Suara sepatu Pak Faris terdengar mendatangi kelas. Cerita dari kakak kelas, Pak Faris adalah guru paling disiplin di sekolah. Wajahnya yang berwibawa, suaranya tegas selalu membuat murid "jaga jarak" jika bertemu dengannya. Tapi itu bukan kabar buruk, aku tidak terlalu terbawa . Toh, dia juga seperti itu karena sayang dengan muridnya.

"Pagi anak- anak," suara Pak Faris memecah keramaian kelas.

Kami menjawab salam.

"Keluarkan PR nya !"kalimat datar, namun menakutkan.


Kelas bising, teman - teman sibuk mencari PR mereka. Aku tertegun, dimana bukuku? Bukankah tadi malam aku sudah memasukkannya? Firasatku hari ini tidak enak.

"Kenapa Ka?" tanya Hana

Aku tidak menggubris pertanyaan Hana, sibuk mencari buku Pkn ku ditas. Tadi malam setelah aku mengerjakan, kutaruh diatas meja. Tapi tadi pagi aku terlalu tergesa- gesa karena sudah sangat telat. Sialnya, bukuku lupa ku bawa.


"Yang tidak mengerjakan PR, Keluar !" Teriak pak Faris.


Bingung, Mau bagaimana lagi? Psrah saja, aku berjalan bergontai keluar kelas.


"Huh, seharusnya tadi malam langsung kumasukkan dalam tas Buku Pknnya," sesalku.

Diluar kelas, aku mencari tempat untuk menunggu selesai pelajaran menyebalkan ini. Nasib, padahal aku sudah susah payah mengerjakannya tapi malah tertinggal. Kulihat jam ku, rasanya sangat lama menunggu diluar kelas sendirian. Itu bukan hukuman yang menyenangkan karena aku lebih suka dihukum berdiri didepan kelas.

Tapi aku senang bisa sendiri diluar tanpa ada yang melihat aku sedang apa. Itu artinya, aku bisa bermain- main dengan kekuatanku tanpa diketahui. Mengasah kemampuanku seperti menylakannya, matikan lagi, aku tidak pernah bosan dengan kekuatanku, karena selalu ada yang bisa kulakulan dengan kekuatanku.

Saat itu aku belum menyadarinya. Bahwa kekuatan ini memegang pengaruh besar didalamnya, beberapa jam lagi, sesuatu itu akan tiba. Sebuah realita mengejutkan yang tidak hanya satu, melainkan susul menyusul. Seluruh hidupku mendadak berubah seratus delapan puluh derajat.



Perang Besar akan terjadi disini. Aku tidak bergurau.


Api.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang