A4

196 13 0
                                    

Kepanikan terjadi di sekolahku, murid-murid berhamburan keluar, guru, dan para staff sekolah kebingungan.

Aku masih bersama Arsya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Tapi,saat kami hendak keluar mendatangi suara itu, aku dan Arsya dihadang seseorang berperawakan tinggi, bertubuh kekar, Dia mencoba merampas tasku.

"Berikan batu itu nak, jika kau tak ingin kekerasan," orang itu tetap ingin merampas tasku.

"Lepaskan !" Aku melawan.

Arsya disebelahku pun ikut membantu merebut tas yang dirampas oleh orang itu. Tapi orang itu terlalu besar dan kuat, aku dan Arsya tidak sanggup melawannya.

"Serang perutnya Ka !" Teriak Arsya kepadaku.

Aku melompat kebelakang, mengumpulkan tenaga dan memnembakkan api tepat ke perutnya. Orang itu tumbang.

"Yess, berhasil !" Seraya tanganku kukepalkan ke udara.

"Tidak ada waktu, ayo pergi dari sini" Arsya memegangi tanganku, Dan Plop ! Kami pindah ke Gudang sekolah.

"Kau juga bisa teleportasi ?" Tanyaku.

"Ya begitulah, tapi tidak terlalu jauh, aku sering melatihnya akhir-akhir ini" Arsya menyombongkan dirinya.

Di Gudang Sekolah kami bersembunyi dari orang-orang itu. Dan ternyata tidak hanya kami yang bersembunyi disini, ada tiga anak lain kulihat dari kejauhan.

"Hana ?" Aku memastikan itu benar-benar Hana.

"Ya, ini aku. Kamu juga ada disini Ka, kok bisa?" Jawab Hana.

Kemudian kujelaskan semuanya kepada Hana, bagaiman aku bisa kesini dan apa yang membuatku kesini.

"Kalian juga punya kekuatan?" Celetuk seseorang disebelah Hana.

"Maksudmu juga?" Arsya mendekati orang itu.

"Oh, maaf aku lupa memperkenalkan diri, perkenalkan namaku Fikri dan ini temanku Erza," dia menunjuk orang disebelahnya sambil mengulurkan tangan kepada Arsya

"Aku Arsya, ini temanku Raka, salam kenal" Arsya menyambut uluran tangan Fikri.

Percakapan dilanjutkan, berbagi pengalaman. Dan Aku mendapat teman lagi yang memiliki kekuatan. Erza, dia anak bertubuh besar dan tinggi. Dia bisa memanipulasi benda-benda disekitarnya, seperti batu, kayu, besi dan benda lainnya. Saat dia memegang benda itu badannya akan menyesuaikan. Kekuatan yang hebat !

Dan satunya bernama Fikri, katanya dia tidak mau menunjukkan kekuatannya. jika tidak mau, biarkan saja. toh, aku tidak harus mengetahui kekuatan mereka kan. Kami melanjutkan obrolan kami.

"Lalu bagaimana kalian bisa kesini?" tanyaku.

"Tadi kami mendengar ada suara dentuman keras disekolah, jadi kami mencari tahu apa yang terjadi. Namun saat kami menuju keluar, aku melihat Hana sedang diserang oleh seseorang berpostur tinggi dan kekar, berpakaian gelap." kata Fikri.

"aku dan Erza langsung membantunya, Erza mengubah tubuhnya sekeras tembok kelas dan aku melempar orang itu dengan kursi, Erza loncat, memukulnya dan Gubrak ! orang itu tumbang setelah menerima pukulan Dari Erza dan kutimpa dengan kursi," lanjutnya.

"Kemudian aku dan Fikri berlari membawa Hana kesini, Hana mungkin shock dan panik karena orang itu, entah apa yang diinginkan orang itu dari Hana" Erza menjelaskan kembali.

beberapa detik lengang.

"ada yang datang," Fikri berkata patah-patah.

"ada yang datang? siapa?" Arsya bertanya cemas.

Fikri menempelkan telinganya ke lantai gudang.

"Astaga, banyak sekali yang datang!" Fikri berseru panik.

Kami menatap wajah Fikri, tidak mengerti.

"orang- orang yang menyerang Hana, mereka mendatangi kita, Aku mendengar langkah kaki mereka, berjumlah sekitar sepuluh orang" Fikri mencoba mejelaskan.

"Lalu bagaimana ini? apakah kita akan keluar? Arsya kan bisa teleportasi keluar dari sini." aku bingung.

"Tidak bisa, Aku tidak mampu membawa kalian semua sekaligus"

"jika satu persatu kau pindahkan Sya?"

"Tidak ada waktu Ka, hanya satu caranya..." potong Fikri.

"kita lawan, aku punya rencana," lanjutnya.

"Raka kau bersiap di pintu itu, keluarkan apimu sekuat yang kamu bisa buat, saat kuminta tembak, tembaklah," Aku menangguk.

"Kemudian, Hana kau bisa mengendalikan Batu kan? Leburkan bebatuan itu, setelah Raka menyerang, kaburkan pandangan mereka dengan pasirmu" tangannya menunjuk ke bebatuan dekat taman.

"Kemudian saat pandangan mereka buram, aku, Arsya dan Erza akan menyerang mereka, serangan jarak dekat" Dia menatap kedua temannya.

"Siap Kapten !" Arsya dan Erza menjawab serentak.

Aku bersiap ke posisiku, konsentrasi. Lalu menyatukan tanganku, membuat bola api. Menunggu aba-aba Fikri untuk menyerang.

Langkah mereka semakin keras. Kemudian, Jder ! Pintu gudang ditendang seseorang, orang-orang itu merangsek masuk.

"Tembak Ka !" Teriak Fikri.

Dhar ! Tembakanku mengenai mereka, lima orang terpelanting kebelakang, aku pastikan mereka tidak bangun lagi. Tapi, mereka tidak sedikit, setelah yang kutembak masih ada orang lagi yang mencoba masuk.

"Hana sekarang!"

Tak perlu disuruh, Hana langsung menerbangkan "pasir"nya ke arah mereka, disusul Arsya dan Erza yang sudah dalam mode besi Gawang usang. Ya, itu kekuatan Erza, tubunya sudah sekeras besi gawang hanya dengan menyentuhnya. Arsya dengan kecepatan, menghilang, dan teleportasinya mudah menumbangkan orang-orang itu. Fikri? dari tadi dia meraung raung padahal tidak ada yang menyerangnya, Yah, dia sekarang tidak bisa diandalkan.

peretmpuran jarak dekat terjadi. Erza menyerang mereka, memukulnya dengan tangannya yang sudah sekeras besi, sekali pukul tumbang. Erza dan Arsya bahu-membahu menyerang mereka. Arsya teleportasi, Plop ! membawa Erza kebelakang musuh dan Eza memukulnya. aku pun ikut membantu sesekali menembakkan api ke mereka, karena tenagaku tidak banyak.

lima menit berlalu. kami memenangkan pertarungan itu, masih dengan napas tersengal-sengal. Hanya Fikri yang tidak terlalu lelah, karena memang dia dari tadi hanya meraung raung seperti kesurupan.

"Yes, Akhirnya selesai" Arsya berseru, masih dengan napas tersengal.

Erza dan Hana tersenyum.

Tapi, itu semua belum berakhir. Tiba-tiba dari balik pintu terdapat seseorang berperawakan tinggi, berwajah tirus. Bertepuk tangan kepada kami.

"Pertunjukan yang bagus, Aku menikmatinya" dia tersenyum dan bertepuk tangan.

"Siapa kau?" Bentakku.

Api.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang