Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

08 - Kedatangan Kabiru

51.9K 6.4K 114
                                    

Hampir tiga puluh menit lebih, baru Fani sampai di apartemennya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam lewat. Besok hari Sabtu, pekerjaannya untuk minggu ini tidak perlu dilanjutkan besok saat hari libur. Dia bisa bersantai. Hingga saat di koridor yang menuju pintu unitnya, Fani hanya berjalan santai dengan langkah ringan.

Dia sudah memikirkan banyak hal untuk akhir pekan. Minggu depan pekerjaannya akan sangat padat mengingat klien baru yang harus ditangani, jadi akhir minggu ini harus dimanfaatkan dengan sangat baik.

Fani sedang asyik membayangkan betapa nikmatnya nanti saat dia berendam air hangat, ketika pikirannya harus terusik dengan keberadaan seseorang yang menyandarkan punggung tepat di depan pintu unitnya.

Kurang dari sepuluh meter, Fani menghentikan langkah. Memperhatikan Kabiru yang juga sudah menyadari kedatangannya. Pria itu menegakkan posisi berdirinya, membalas tatapan Fani.

Fani diam saja. Dia memindai penampilan Kabiru. Pria itu mengenakan celana jeans hitam dengan atasan kaus di balik jaket denimnya. Rambut yang biasanya tertata rapi juga tampak berantakan, seakan baru saja bangun tidur. Tapi Fani tahu, begitulah tatanan asli rambut Kabiru kalau sedang tidak bekerja, acak-acakan.

Dia tersenyum kecil. Penampilan santai Kabiru saat ini membuatnya terlihat jauh lebih muda dari biasanya. Mengingatkan Fani akan sosok pria itu saat masa remaja mereka. Agak berantakan dan apa adanya.

"Ngebut, ya, tadi ke sininya?" tanya Fani, kembali melangkah menuju pintu.

Kabiru tidak menyahut. Matanya tidak putus menatap Fani, meneliti riak di mata wanita itu. Ingin mencari tahu kebenaran dari pesan yang telah dikirimkan kepadanya sekitar setengah jam lalu.

Fani sudah berdiri tepat di depan Kabiru. Kedua tangannya memegang tas kerja di depan tubuh. Jarak tinggi badan mereka yang tidak begitu jauh memudahkan Fani menikmati sorot mata Kabiru yang sedang serius memperhatikannya.

Sekian detik saling menatap, sampai akhirnya Kabiru merasa telah berhasil mendapatkan apa yang ingin dipastikannya. Dia mengerjap sekali, menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan perlahan. Tatapannya juga melunak.

Fani refleks mengulum senyum mendapati gestur lega Kabiru. Dia sudah akan berkomentar, namun keduluan Kabiru yang bergerak cepat mendekatinya hingga membuat kaget. Kabiru membawa tubuh Fani masuk ke dalam pelukannya. Salah satu tangannya memegangi kepala bagian belakang milik Fani agar menempel di sisi kepalanya.

Dia mengerjap kaget. Sepanjang mereka saling mengenal, tidak pernah Kabiru seberani ini dalam interaksi mereka.

"Terima kasih."

Bisikan pelan di dekat telinganya membuat Fani memahami keagresifan Kabiru saat ini. Pria itu sedang menunjukkan kelegaan atas kesediaan untuk bersamanya.

"Terima kasih, Fani," ulang Kabiru, semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Fani agar tetap berada dalam dekapannya.

Kekagetan Fani berangsur menghilang. Dia tidak membalas pelukan Kabiru, memilih diam saja, membiarkan Kabiru memuaskan rasa leganya.

Beberapa saat, Kabiru menjauhkan tubuhnya, melepas pelukan. "Jadi, besok ikut gue pulang ke rumah, kan?" tanyanya, menatap bolak-balik pada kedua mata Fani.

Fani mengernyit. "Harus besok, ya?" balasnya dengan nada enggan yang tidak ditutupi.

Kabiru mengangguk tegas, lalu mundur untuk membiarkan Fani berbalik lalu membuka pintu apartemennya. "Kalau bisa cepat, buat apa ditunda-tunda? Lagian kalau hari biasa, pasti lo nggak bakal bisa saking sibuknya sama kerjaan."

Fani tidak langsung menjawab. Dia sudah membuka pintu saat berbalik untuk kembali menatap Kabiru.

"Lo nggak akan bikin gue nyesel atas keputusan yang udah gue ambil, kan?"

Raut wajah Kabiru tenang-tenang saja ketika mendengar pertanyaan Fani. Dia menggeleng dengan tegas.

"Dan lo nggak bakal nyesel sama pilihan lo, kan?" tanya Fani lagi, ingin memperjelas semuanya malam ini juga.

Lagi, Kabiru menggeleng kepala tanpa ragu.

Cukup dua gelengan tersebut, maka Fani kembali akan mengabulkan permintaan Kabiru.

"Besok agak siangan aja jemputnya. Biar paginya gue sempet bikin brownies dulu," ucapnya, sebelum memasuki pintu dan menutupnya, meninggalkan Kabiru yang berdiri sambil tersenyum, tepat di depan pintu unitnya.

KABIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang