September, 2018Suasana kota Jakarta hari ini tidak terlalu bersahabat. Rintik hujan sudah membahasi bumi sejak subuh tadi. Membuat bau pertichor tercium nyata dan basah terlihat di mana-mana. Tapi, itu tidak membuat perasaan Atana buruk karena setelah beres menyeselsaikan acara mengikat sepatu ketsnya, sebuah mobil hitam yang sudah di hafalnya berhenti di depan rumahnya sambil membunyikan klakson. Membuat senyumnya seketika mengembang.
Atana buru-buru meraih tas dan berlari kembali ke dalam rumah mencari mamanya di dapur. "Maaaa, Ana berangkat dulu, ya. Udah dijemput Ata," ujarnya ceria seperti biasa sambil mencium punggung tangan sang Mama.
"Hati-hati di jalan. Bilangin sama Delta supaya bawa mobilnya pelan-pelan aja ya," pesan sang Mama.
"Siap, Ma. Mama nggak bosen apa bilangnya gitu terus?"
"Kan kali Delta lupa. Nggak salah juga dong Mama ingetin. Itu tandanya Mama peduli sama kalian," katanya sambil mencubit pipi Atana gemas.
"Iya Mamaku sayang iya ...." Kemudian ia berlanjut menyalami Papanya yang masih asyik membaca koran di meja makan sambil menyesap kopi kesukaannya. Sepertinya belum berniat untuk pergi ke kantor. "Pa, Ana berangkat, ya."
"Iya. Deltanya mana?"
"Di depan, Pa. Mau langsung berangkat aja soalnya kalau siang dikit macet."
"Ya udah hati-hati. Salamin buat Delta, ya?"
"Oke, Pa!" timpal Atana sambil menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf O kemudian bergegas pergi menemui Delta.
Saat keluar dari rumah, Atana baru menyadari jika rintik hujan belum berhenti. Malas kembali ke dalam, ia berinisiatif menjadikan tasnya sebagai alas pelindung kepala dan berlari kecil melewati halaman rumah menuju mobil Delta.
Ia pun buru-buru membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. "Huh! Untung aja hujannya cuman rintik. Jadi nggak basah-basah amat," gumamnya sambil mengusap air di lengan.
"Ceroboh!" komentar Delta pendek.
Atana menoleh menatap Delta. Bukannya kesal karena disebut ceroboh, ia malah nyengir lebar. "Gue lupa kalau gerimis."
Delta menggeleng kemudian membuka jaket yang dikenakannya dan memberikannya pada Atana. "Pake."
"Eh? Baju gue gak basah kok, Ta. Gak usah deh. Lo aja yang pake."
"Udah pake aja, Na. Cuaca dingin."
Atana diam sesaat, memandang jaket abu-abu di hadapannya. Entah kenapa perasaannya selalu menghangat tiap kali Delta bersikap seperti sekarang. Membuat Atana semakin berani berharap akan sosok Delta. Namun, seolah sadar, dengan cepat ditepisnya perasaan yang seharusnya tak muncul itu lalu menerima jaket Delta. "Oke oke gue pake. Makasih ya Ata. Lo emang sahabat terbaik gue!" pujinya lalu segera memakai jaket kebesaran tersebut.
Delta tersenyum tipis lalu mengangguk. Tangannya refleks terulur dan mengacak-ngacak rambut Atana sesaat kemudian kembali memfokuskan diri pada stir mobil dan jalanan.
Atana meraih tas kemudian mengeluarkan ponsel. Entah apa yang dilakukannya, Delta hanya meliriknya sesekali sambil tersenyum kecil saat melihat Atana tertawa karena hal yang ditimbulkan oleh benda pipih berbentuk persegi panjang itu.
Jalanan terlihat cukup lenggang, padahal hari ini adalah senin. Hari yang sibuk untuk kebanyakan orang. Tapi mungkin cuaca pagi yang tidak mendukung membuat sebagian orang kembali menarik selimut dan menunda kegiatan rutinnya.
"Eh Ta, Ta, kalau kilogram itu di singkatnya apa sih?" tanya Atana tiba-tiba.
"Kg," jawab Delta super pendek. Tanpa embel-embel : 'Kg, kan?' atau 'Kg lah, Na. Apalagi emang?' atau lagi 'Kg, Na. Kenapa emangnya?'
"Kalau ditambah 'n' singkatannya jadi apa?" Atana kembali bertanya dengan wajah polosnya.
"Kgn."
"Cieee kangenn ... Kangen ya dua hari kemaren gak ketemu gue? Cieeee ... sudah kuduga," goda Atana sambil menowel pipi Delta beberapa kali dengan telunjuknya. Tawa bangga tercetak jelas di bibirnya karena lagi-lagi berhasil menggombali cowok di sampingnya.
"Miss you too, Ata!" kekehnya kemudian. Masih dengan wajah ceria yang selalu Delta suka.
Delta kembali tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Merasa konyol karena tertipu dengan pertanyaan Atana untuk yang kesekian kali.
Sekalipun iya, tetep aja gue gak bisa bilang di depan lo Na, ungkap Delta dalam hati. Tapi meski begitu, meski dirinya tidak berani mengatakan secara langsung, Delta tetap bahagia. Gak apa, baginya ... setiap orang punya caranya sendiri dalam bersikap, berekspresi, dan mengambil tindakan, bahkan melindungi. Dan yang terpenting untuk Delta bukan tentang perasaan yang tak tersampaikan dan lebih memilih untuk disimpan, tapi bagaimana membuat Atana selalu tertawa bahagia karena dirinya.
⚜⚜⚜
Hallo gaes ... akhirnya Prolog cerita Keep update juga. Gimana? Tertarik buat baca bab 1? Stay tune, ya. Karena cerita ini bakal update setiap hari Minggu! ❤
Jangan lupa vote dan komentar, ya.Sampai jumpa di bab 1. 😚
Cha Eun Woo’s Wife,
CHACHARAMEL
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep
RomanceDelta Fajarendra Addam, cowok Textrovert dengan aura cuek dan dingin, ternyata bisa menjadi pribadi berbeda jika sudah bersama Atanara. Perasaan ingin selalu melindungi Atanara membuatnya menjadi cowok yang begitu Possessive. Atanara Dandeliony, ce...