Chapter 5

128 14 0
                                    

Jungkook sudah siap dengan penyiram tanaman di punggungnya saat pagi di Bulan Februari datang. Hari ini adalah waktu yang pas untuk menebar benih baru di awal musim selepas tiga bulan lamanya tandus oleh warna putih yang tebal, dingin, dan sendu. Beberapa menit yang lalu, ia sudah mengubur semua benihnya dan sekarang tinggal memberikan mereka minum, dan sampai saat ini, dirinya melakukan pekerjaan kebun seorang diri. "Hai, Bro!" sapa Jungkook tatkala melihat Yoongi keluar dari dapur. "Bisakah kau membantuku menyirami tanaman di sebelah sana." Serunya dengan sedikit memekik.

"Maafkan aku, Jeon1" ujarnya disela-sela langkahnya mendekat, "Kita harus pergi sekarang."

"Pergi kemana?" sahut Jungkook.

"Menyelamatkan pengurus Sunny Flowerz dan anak-anak lainnya."

"Wow-wow, Bro, ada apa denganmu? Itu tidak mungkin kita lakukan. Kau lupa dengan kekejian dan kebengisan mereka?"

"Jeon, kita tidak bisa membiarkan mereka bernasib malang."

"Itu sudah takdir mereka."

""Kenapa kau jadi seperti ini. Kau jadi egois, mementingkan dirimu sendiri." Dan perlahan, Yoongi mulai kehilangan kendalinya. "Kita harus pergi sekarang." Paksa Yoongi sembari meraih pergelangan sahabatnya.

"Tidak." Tampik Jungkook. "Kita tak bisa menyelamatkan mereka. Lagipula..., lagipula aku tidak bisa pergi dari sini."

"Apa yang kau bciarakan. Kenapa kau menajdi sangat pengecut begini?"

"Aku tak bisa pergi." Ujar Jungkook menegaskan, meski dengan frekuensi bicara yang sedikit lemah.

"Baik, aku akan pergi sendiri. Ternyata, aku tak cukup mengenalmu, Jungkook!" dan dengan perasaan kecewa, Yoongi memantapkan langkahnya meninggalkan ladang, menjauh dari kenyamanan rumah Petani Namjoon, dan menjauh dari sahabatnya, Jeon Jungkook.

***

Pada sebuah teras, dimana angin musim semi leluasa bertiup kesana-kemari, menerbangkan dahan dan dedaunan, tanpa bisa membawa pergi pikiran-pikiran Jungkook yang sedang kalut, seolah arak-arakan awan mendung di atasnya turut merasa iba. "Hujan pertama, ya!" gumamnya. Sejujurnya, ia lebih tidak bisa menerima apa yang terjadi. Sahabatnya sudah pergi meninggalkan Jungkook seorang diri. Namun, Jungkook tak sepenuhnya kesepian dalam jerat sedikit rasa bersalahnya, seseorang lah yang membuatnya memelih berpisah dengan Yoongi, karena ia sudah berjanji dengannya.

BRUG!!

"Uh!" Jungkook seketika tersentak dengan bunyi berdebam barusan. Mungkinkah angin telah menjatuhkan satu dahan besar. Tidak. Jungkook tak ingin menduga dan meraba-raba. Dengan cergas ia berjalan ke dalam rumah sembari berseru, "Tuan Namjoon, Taehyung! Kalian baik-baik saja."

Tak ada sahutan.

Ia terus berjalan semakin ke dalam, menuju beberapa ruangan untuk mencari mereka. Namun tak ada dimanapun, dan Jungkook mulai resah, "Apa mereka pergi ke luar? Tanpa memberitahuku?!" gumamnya. "Oh, God!" dirinya terus mencari.

Semakin Jungkook melangkah, suara itu kian lemah, namun sesekali terdengar suara rintihan, rintihan yang amat lemah, hanya sedetik lamanya. Jungkook tak ingin berhenti mencari. Ia terus melangkah, berjalan dalam senyap sembari memeriksa seisi rumah. Hingga pada akhirnya dirinya teringat akan satu hal, gudang bawah tanah tempat Tuan Namjoon menyimpan perkakasnya. Lantas dirinya bergegas menuju dapur dan menuruni anak tangga kayu. Di bawah sana nampak gelap dan sunyi, Jungkook tak yakin ada seseorang di sana. Namun sekali lagi ia ingin memastikan, melihat dengan mata kepalanya sendiri. Usai menapaki bilah kayu terakhir, Jungkook berjalan mendekati pintu dan perlahan mendorongnya.

"Kau..., aku sudah lama menahan diri." Ujar seorang pria bernada parau. "Kau tidak bisa menghindar dariku sekarang." Pria itu berdiri dengan memngkuri pintu di bawah cahaya redup lampu bohlam. Meski begitu, Jungkook sudah bisa mengenalinya dari suara, dan betapa terkejutnya ia menyadari fakta itu, "Tuan Namjoon!" bisik Jungkook di belakang telapaknya.

"Ampun, Tuan. Aku sudah melakukan apa yang Tuan suruh." Sementara suara yang lain berasal dari rintihan dan isak tangis seorang gadis. Ialah Taehyung. "Aku mohon jangan lakukan itu, aku mohon!"

"Kau tidak bisa kabur lagi, gadis manis1" langkahnya kian mendekat dan hendak menerkam, "Kau tidak bisa lari sekarang. Kemarilah, Sayangku!! Kemarilah!!!" serunya merayu.

Semakin terdiam di sana, kian membuat Jungkook geli dan ingin muntah, sementara pria fedofil itu terus melancarkan aksinya. Jungkook bergerak cergas masuk dan menyambar pemukul baseball di dinding, dan..., gelegar guntur terdengar menyambar-nyambar di luar. Tak aba-aba..., BRAKK!! Jungkook memukul tempurung Tuan Namjoon dengan cukup keras yang membautnya tersungkur, "Cepat, Taehyung!" ujar Jungkook sembari mengulurkan tangannya.

Mereka lekas berlari bersama, namun satu luka pukul di tulang kering Taehyung, memperlambat langkah sempoyongannya.

"Ayo, kau pasti bisa. Aku akan membantu." Ucap Jungkook. Saat ini, kondisi fisik Taehyung amat memprihatinkan dengan bekas lukas biru di beberapa bagian wajahnya. Ditambah lagi dengan hujan deras yang mengguyur, kian mempersulit langkah kaki mereka.

"Kit-ta harus se-gera pergi, Tuan Namjoon- dia, memiliki senjata."

"Tak apa, tak apa. Kau bersamaku sekarang."

"TAEHYYUNGG!!!!!!" pria itu berteriak dari jarak sepuluh meter diantara gaduhnya hunjaman air, "Kembali kau!!!" ia mulai melangkah sembari menodongkan senapan laras panjang.

"Cepat! Cepat!" Jungkook berseru. "Berlari zig-zag, oke! Kau bisa melakukannya, go!" dengan susah payah, Jungkook berlari ke kanan dan ke kiri secara berganti, "Menuju ke pohon beasr itu." sembari terus menyerukan insteruksi. "Hampir sampai, hampir sampai. Kita akan sembunyi di semak-semak. Ayo!" seluruh luruhan keringatnya bercampur dengan butiran hujan. "Kesana, ayo!" merekapun merebos semak-semak dan mulai merunduk. "Kau tak apa, Taehyung?"

Nampak kelelahan bercampur rasa sakit di wajah gadis itu, "Jeon," napasnya turut pula tersendat-sendat, "Jungkook, aku- aku tak bisa menahannya."

"Hai, hai bertahanlah, Taehyung!" bisik Jungkook sembari mendekap Taehyung, "Bertahanlah sebentar lagi, aku mohon, bertahanlah untukku."


TBC

Koi no Yokan ( 恋の予感 ) / KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang