Chapter 2

238 20 0
                                    

I hope you will like thus part.

Please, keep support with vote and commant. Thank you

Happy reading....

===========

Kenyamanan yang dirasakan di bawah punggungnya, perlahan membuat pelupuk matanya mencelik, menampakkan wajah seseorang yang kian jelas menunjukkan wajah seorang pria. Masih dalam kebungkaman sembari mengumpulkan kesadarannya, pria yang duduk di sampingnya tersebut berseru, “Kau baik-baik saja.” Sembari menunjukkan senyum ramah, “Kemarina aku menemukanmu tergeletak di tengah hutan dengan kondisi tubuh penuh noda, sudah merasa baikan sekarang?”

“Dimana, Jungkook?”

“Siapa, temanmu itu?” ujarnya, “Ia sedang bersama sepupuku.”

Tak lama pria itu menyelesaikan kalimatnya, sepasang remaja muncul dari balik pintu. Satu dari mereka adalah teman Yoongi, “Kau sudah bangun, Bro!”. Sementara seorang gadis di belakangnya berjalan mendekat dengan segelas air di atas nampan.

“Minumlah!” ujar Si tuan rumah, “Mulai sekarang kalian bisa tinggal di sini. Tak perlu sungkan, kalian juga bisa membantuku dan sepupu, Taehyung untuk mengurus ladang dan ternak.”

“Terima kasih banyak, Tuan Namjoon!” Jungkook berucap, “Aku pikir tadinya kami akan mati.”

Usai membicarakan apa yang perlu diperbincangkan—perkenalan di awal pertemuan—Pria berusia tigapuluhan yang dipanggil Namjoon itu meninggalkan kamar bersama sepupunya yang sedari tadi hanya menundukkan kepala, mungkin ia adalah seorang gadis pemalu. “Oh, ya!” Tuan Namjoon berbalik sembari berseru, “Aku sudah menyiapkan pakaian kalian di almari. Maaf saja jika sebagian terlanjur lusuh.”

“Tak apa.” Sahutnya pada mereka yang terlanjur menghilang, “Beruntungnya kita menemukan orang baik di belahan London yang sepertiganya adalah dunia kejam.” Komentar Jungkook yang seketika melangkah menjauh, “Aku akan jalan-jalan sebentar, kau mau ikut?”

“Tidak.” Jawabnya, dan tinggallah Yoongi sendirian. Dengan wajah dinginnya, ia berusaha untuk menepis segelintir memori kelam tempat terkutuk itu. Kaki-kakinya beringsur dari ranjang, “Uh!” dan sesaat bereaksi dengan sesuatu yang melurut ke lantai, satu boneka kera dari kayu. Yoongi hanya menunjukkan kediamannya, lantas pergi untuk membersihkan diri.

Di lain tempat, di depan hamparan ladang sawi yang hijau dan bunyi lenguhan sapi-sapi di kandang, sedikit lebih menyumbangkan ketenangan di pikiran Jungkook, beginilah kehidupan yang cocok untuk sikap lugunya, atau bisa dibilang “keluguan yang kelewat batas”. Hingga satu pemandangan yang sedikit mengganggu ditengah-tengah rona hijau sontak menarik perhatiannya. Jungkook lekas berlari untuk menghampiri sosok gadis yang tengah bersusah payah menjinjing seember wortel. “Akan kubantu.” Ujar Jungkook Si pria gentleman.

“Aku bisa sendiri.” Aku adalah Si gadis.

“Tak apa, urusan angkut-mengangkut, tenteng-menenteng adalah pekerjaan laki-laki.” Sembari mengambil alih keranjang rotan dan meletakkan di depan perut, “Namamu..., Taehyung, kan?”

“Yeah!” nada bicaranya acap kali terdengar lemah.

“Mulai sekarang kita berteman. Panggil saja aku Jungkook.” jelasnya, “Oh ya, sebenarnya aku sedikit jengkel jika dipanggil Jeon, dan hanya Yoongi saja yang memanggilku demikian. Tapi tak apa, karena kami sudah lama berteman, atau bisa dibilang bersaudara.”

“Begitu ya.” Taehyung menyahut singkat.

-

Sang malam pun datang untuk menggantikan siang. Jarum jam dinding yang terus berputar, mengisyaratkan bahwa waktu sudah mencapai tengah malam, “Uh!” dan Jungkook mulai merasakan nyeri yang menyerang perutnya, “Ah, perutku melilit.” Dirinya baru ingat jika belum makan karbohidrat hari ini. Tanpa mempedulikan Yoongi yang tertidur pulas, Jungkook melangkah pelan dalam kesunyian dan keremangan malam, berusaha mencari tempat menyerupai dapur, ruangan dimana semua makanan di simpan. Namun ketika dirinya melewati satu pintu kayu, pendengarannya terusik dengan suara lirih. Jungkook berusaha mendekatkan kupingnya ke arah sumber suara, dan semakin jelas jika bunyi itu adalah sebuah tangisan. Tangannya perlahan memutar kenop dan membukanya, “Taehyung, kau sedang menangis?” tanya sembari berjalan mendekat, “Kau baik-baik saja?” ia memegang bahu gadis itu.

“Aw!” sahutnya secara reflek.

Dengan cepat, Jungkook menarik bahu kaos Taehyung ke bawah dan mendapati sebuah luka lebam, “Astaga, Taehyung!”

TBC

Koi no Yokan ( 恋の予感 ) / KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang