Chapter 6

215 11 0
                                    

Di balik pohon mahogani, Yoongi dan Jimin berusaha mengintai pergerakan seseorang di dalam tempat itu. "Ayo!" bisik Yoongi seraya melangkah maju. Tidak banyak petugas yang berjaga di luar, hanya dua orang bertubub kekar tanpa senjata di pintu masuk dan sisanya, mereka berpatroli. Mereka terus mengendap-endap dengan melewati titik buta para penjaga. Hingga mereka sampai di depan jalna rahasia di bawah tanah.

"Lewat sini!" sekarang giliran Jimin yang memimpin. Jalanan itu mirip seperti tangga menuju basement rumah-rumah, ge;ap dan pengap. Namun tanpa ragu, Jimin terus menuntun Yoongi masuk hingga mulai tampak seberkas cahaya putih. Mereka telah sampai di lorong yang sepi. "Belok kiri!" instruksi Jimin kembali. Mereka terus menyambung langkah, dan berhenti di depan sebuah pintu besi. Beberapa tombol berbagai warna dan angka nampak menghiasi permukaannya, dilanjut oleh Jimin yang mulai memencetnya.

"Kau tau kodenya?"

"Aku sedang mencoba." Sahut Jimin dalam bisikan. Keberuntungan tak datang begitu cepat, namun tak pula lama. Dipercobaan keempat, Jimin berhasil membukanya. "Serunya girang." Suasana di dalam cukup gelap. Yoongi tak mendengar apapun. Sedetik berikutnya lampu berkedip dan memperlihatkan beberapa manusia berpakaian putih dan mengenakan masker serta kacamata.

"Selamat datang, taeget satu-satu-empat-satu, atau...," ujar Seorang pria berdasi, "Anakku, Min Yoongi." Sontak orang-orang itu bergerak cergas meringkus Yoongi tanpa memberikan kesempetan untuk lari lagi. "Cepat, lakukan sekarang!" titahnya kepada para pekerja. "Terima kasih, anak manis!" lantas ia memuji Jimin.

"Maafkan aku, Yoongi! Aku minta maaf! Maafkan aku!" bola matanya nampak berkaca-kaca. "Aku akan pergi."

"Mau kemana kau?" pekik Si pria, "Kau tetap di sini, lihatlah dan tunggu giliranmu."

"Tidak."

"Kemarilah..., , duduklah di sini." Nada bicara pria itu terdengar menjijikan dengan gerakan tangan yang menepuk-nepuk pahanya. "CEPAT!!" pekikannya membahana. Alhasil.., Jimin pun hanya menurut. "Anak baik," imbuhnya, "Lakukan dua sekaligus." Ia memerintah orang-orang bermasker itu lagi. Mereka lantas menarik satu ranjang dorong untuk Jimin.

"Pak, kami kehabisan obat bius dan serum itu."

"Cepat, ambillah di gudang. Tunggu apa lagi?" ujarnya seraya bangkit dari kursi dan melangkah mendekati Yoongi, "Kau snagat bodoh, Nak. Kau terlalu bodoh!"

***

"Jungkook, Jungkook!"

Suara itu terdengar jelas di kepalanya, "Jungkook, bangunlah!"

Seketika, Jungkook membuka matanya, "Taehyung!" ia melihat gadis itu berdiri memungkuri langit malam yang penuh bintang dan cahaya jingga bulan purnama.

"Kemarilah!" ajaknya sembari melambai. "Lihat!" ia menunjuk titik-titik berwarna di atas kanvas hitam, "Baguskan?"

"Em!" sahut Jungkook dalam anggukan.

Tanpa diduga-duga, taehyung seketika menggenggam tangan Jungkook. Merekapun saling pandang untuk beberapa saat, "Kau sudah menepati janjimu, dan bisakah kau berjanji sekali lagi?"

"Tentu."

"Tetaplah menjadi bulan. Bulan untukku dan semua orang. Tetaplah menjadi bulan yang tak meninggalkan malam, tetaplah menjadi bulan yang menemani bintang-bintang. Tetaplah menjadi bulan yang tak pernah bisa bersinar sendirian." Ujar Taehyung yang perlahan mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir Jungkook...................................................

Mendadak, Jungkook membuka matanya dengan cergas. Bunyi 'tut' di layar monitor sedikit menyadarkan. Seorang suster memintanya untuk menunggu di luar, sementara Si dokter tengah melakukan pekerjaannya. Jungkook hanya bisa pasrah dengan prosedur. Toh, dirinya masih bisa melihat melalui kaca pintu. Di sana, nampak dokter sedang memeriksa mata Taehyung, menggunakan alat pendenyut jantungnya beberapa kali, dan sesaat berikutnya berhenti melakukan apa-apa. Ia mengucapkan kalimat yang tak bisa di dengar Jungkook, lantas Si suster berjalan ke luar, "Tuan Jungkook!" panggilnya. "Kami sudah melakukan yang terbaik, maafkan kami."

Koi no Yokan ( 恋の予感 ) / KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang