Chapter 3

192 16 0
                                    

Pagi yang cerah untuk menyibukkan diri di peternakan. Suatu pemandangan yang bisa dibilang jenaka dan sedikit iba tengah terjadi diantara dua remaja yang berjalan keluar dapur. Satu dari mereka tengah menenteng sebakul penuh sayuran sebesar lingkar lengannya hingga nyaris menutupi pandangan, sementara yang lain hanya berjalan santai dengan tangan hampa, "Hei, Bro! bisakah kau membantuku membawa ember wortel itu." tanya Jungkook pada Yoongi.

"Sisakan saja bagian lain untukku."

"Baiklah....," sembari terus melangkah, "Oh, hai Elly!" ia menyapa seekor keledai seolah sudah akrab belasan tahun, "Aku membawakanmu kangkung, bukankah kau suka. Ini makanlah gadis kecilku." Sejujurnya ukuran tubuh keledai itu dengan Jungkook tak terpaut jauh. Yeah..., begitulah Jungkook seorang hiperbola dan sesekali litotes. "Dan sekarang aku akan meninggalkanmu." Ia beranjak ke kandang kelinci dan mulai menarik perhatian mereka dengan worltel di genggaman. Usai Si Kelinci, Jungkook harus berlanjut ke hewan-hewan lainnya yang jumlahnya belasan. "Huh!" sungguh pekerjaan itu membuat keringatnya mengucur deras. "Lebih baik aku minum sebentar." Gumam Jungkook sembari berjalan menuju dapur.

Di tempatnya berdiri sekarang sembari mengisi gelas, Jungkook mendengar suara berdebam dan tak berselang lama sosok Tuan Nick datang dengan membawa pemukul baseball, "Kau baik-baik saja, Tuan Namjoon?"

"Yeah, terkadang aku sedikit lupa meletakkan pemukulku di gudang. Aku harus mengusir tupai-tupai dan hewan liar yang memakan sayuranku." Ujarnya sembari melangkah meninggalkan Jungkook.

Dan tak jauh dari tempat Si pemilik rumah itu keluar, muncul sosok Taehyung yang menenteng ember, lagi-lagi, pandangannya selalu memunduk dan sedikit tertutup dengan rambut panjangnya. "Hai, Taehyung!" sapa Jungkook sembari mendekatinya, "Bagaimana keadaan bahumu, sudah membaik."

Dia adalah tipikal pendiam yang hanya mengangguk sebagai sahutan.

"Mau kau apakan ember itu? bolehkah aku membantu?" ia terus menguntit langkah gadis itu tanpa pernah mendapatkan jawaban darinya. Langkah mereka bermuara di dalam kandang sapi. Taehyung lebih dulu berjongkook di bawah puting sapi dan bersiap untuk memeras susunya, namun Jungkook selalu ingin 'mengusik', "Aku saja yang melakukannya." Ia mengambil alih tempat Taehyung dan mulai melakukan pekerjaan, "Begini?" sembari sesekali meminta pendapat, "Oh, ah, sial!" satu dari pancuran air putih itu mengucuri sebagian wajahnya, "Tak apa, ini mudah." Celotehnya.

"Terima kasih!"

"Uh," reaksi Jungkook nampak terkejut, "Sama-sama!" dan lantas tersenyum girang. Di sepnnjang jalan berumput mungil, Jungkook tak henti memandangi Taehyung, "Kau ini pendiam sekali, ya. Aku jadi bingung harus bicara apa?"

Taehyung hanya menunjukkan sekilas senyum.

"Kau sudah lama merawat kebun dan ternak Tuan Namjoon? Oh ya, dimana orang tua dan saudara-saudaramu, tolong ajarkan aku mengelola lahan ya, " tak henti-hentinya Jungkook berceloteh. "Berapa bulan sekali buah dan sayuran itu harus dipanen?"

"Kau itu banyak bicara ya, " dengan nada lemah, Taehyung berusaha menyahut, "Aku jadi bingung menjawabnya."

"Oh iya, konyolnya aku." Merekapun menyelesaikan tugas ringan bersama.

Di tengah meja makan, satu persatu dari mereka mulai berkumpul untuk makan siang, "Astaga, Tuan Namjoon. Kami sudah merepotkanmu sehingga kau harus membaca koran pagi di saat jam makan siang." Serunya kepada seseorang yang wajahnya terhalang lembaran loyo. "Oh!" Jungkook kembali menunjukkan reaksinya tatkala sekilas menangkap tajuk terdepan dari surat kabar lokam itu. "Bisakah aku meminjamnya sebentar."

"Tentu."

Usai semua telah menempati kursi masing-masing, acara makan siang bersamapun dimulai, "Ini," Tuan Namjoon berseru sembari menuangkan secentong nasi ke dalam piring Taehyung, "Makanlah yang banyak. Kalian juga jangan sungkan-sungkan."

"Terima kasih." Tanggap Yoongi.

Selepas beberapa menit terlewatkan untuk mengenyangkan perut dengan satu demi satu pekerjaan rumah terselesaikan. Jungkook dan Yoongi memilih rebahan di teras sembari memnadangi bentang langit biru. "Bro," Jungkook memanggil, namun sejenak terdiam, "Sunny Flowerz terbakar."

"Begitu, ya!"

"Kau tidak tersentak?!"

"Untuk apa, aku sudha melupakan tempat itu. Aku hanya bermimpi pernah tinggal di sana."

"Baiklah...., " dengan satu gerakan cergas, Jungkook lekas bangun, "Tuan Namjoon meminta kita untuk ke kota mengantarkan susu. Karena tukang pengantar susu sedang absen hari ini. Dia bilang tidak bisa menyimpan susu-susu itu lebih lama lagi. Ayo!"

Di atas trotoar kota yang ramai oleh lalu lalang pengguna jalan, Jungkook dan Yoongi berjalan menyusuri deretan pelataran toko. Halte bus ada di seberang jalan sehingga ia harus menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Dan dua detik berikutnya lampu lalu lintas berubah warna seirirng dengan kendaraan roda empat yang berhenti. Merekapun melangkah beriringan menyeberangi zebra cross bersama penyeberang lainnya, "Bro, kau tidak ingin membeli munuman?" tanya Jungkook disela-sela langkah mereka.

"Tidak."

"Oh, ayolah!" dan Jungkook terus memaksa dengan nada khas bocah lima tahunan.

"Tidak." Ujar Yoongi datar. "Kau bis—"

"Yoongi!!!"

serta-merta sebuah seruan terdengar. Begitu Yoongi berbalik, nampan seorang gadis berambut blonde tengah berlari mendekat, dan tanpa aba-aba begitu saja memeluknya, "Yoongi, aku sangat merindukanmu." Ucapnya lirih seraya kian mengeratkan pelukannya.

"Si-siapa kau?"

Ia melepaskan rangkulannya dengan pandangan berkaca-kaca, "Kau tidak mengenalku, kita tinggal bersama di asmara."

"Sunny Flowerz!" timpal Jungkook. "Ah...., aku ingat!" imbuhnya sembari menjentikkan jari, "Bukankah kau gadis yang melampai kepada kami waktu itu."

"Ya, aku Jimin, akulah orang yang selalu mengirim surat kepadamu dan juga...., dan, boneka monyet itu."

TBC

Koi no Yokan ( 恋の予感 ) / KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang