Akad (MidoxUra)

26 2 1
                                    

Sudut pandang Midoriya

"Assalamualaikum warahmatullah,
assalamualaikum warahmatullah."

Aku mengusap wajahku sehabis beribadah kepada-Nya.

Setelah itu, aku menengadahkan kedua tanganku seraya berdoa.

Setelah selesai, aku mengusapkannya ke mukaku lalu melepas kopiahku dan melipat sarungku. Aku pun keluar masjid mha (bukan my hero academia tapi muhamadiyah :v) untuk melakukan patroli karena tugas.

❤❤❤

Sudut pandang Uraraka

"Uravity, bantulah korban kebakaran di gedung apartemen X."

"Baik, aku akan segera kesana."

Sesampainya di gedung apartemen X, aku melihat ada seseorang yang membutuhkan pertolongan. Dengan menggunakan quirkku, aku melayangkan diriku dan menolong orang tersebut yang berada di lantai 10. Cukup tinggi juga, namun tidak apa-apa.

Aku pun menggendong orang tersebut yang ternyata adalah seorang nenek-nenek. Lalu kami pun menuruni gedung tersebut dengan menggunakan quirkku.

"Alhamdulillah, terima kasih ya nak. Kau telah menolongku. Apa jadinya aku apabila tidak ada yang menolongku." Ujar nenek tersebut.

"Ah, sama-sama nek. Lagi pula itu memang sudah menjadi tugasku."

Loh? Kenapa ini? Kenapa kami jadi melaju lebih cepat? Astaga, jangan bilang aku lepas kendali atau tidak bisa mengontrol? Tenang Ochako, tenang.

Ah sial, maafkan aku nenek.

❤❤❤

Tsuzuku.

































































Ga deng :v lanjut atuh.

Sudut pandang Midoriya.

Aku ditugaskan berpatroli di sekitar Nagoya. Pada saat aku belok ke Jalan Shigaraki, aku melihat apartemen X terbakar. Dan disaat yang sama, aku melihat ada seseorang yang jatuh dari gedung tersebut. Tidak, bahkan dua orang. Tanpa pikir panjang, aku pun segera menolong kedua orang tersebut.

"Alhamdulillah nak, terima kasih nak sudah menolong nenek." Ujar nenek tersebut.

"Sama-sama nek, itu memang sudah menjadi tugas saya."

"A-ano, Deku-kun. A-arigatou telah menolong kami. Ma-maaf, sepertinya tadi quirkku tiba-tiba tidak bisa dikeluarkan. E-entahlah, a-aku juga tidak tahu." Ujar Uraraka gelagapan.

"Kimishinai Uraraka-san. Santai saja. Memang sudah menjadi tugasku, kok." Ujarku sambil menggerakkan kedua tangganku.

"Yasudah, aku pergi dulu Uraraka-san. Hati-hati. "

"Jaa na, Deku-kun."

Sudut pandang Uraraka.

"Nak, apakah dia kekasihmu?" Tanya nenek itu.

"Ah, bukan nek." Jawabku.

"Ohohohoho... Kukira dia kekasihmu. Padahal, kalian sangat cocok lho."

"Ah nenek ini bisa saja. Padahal bukan lho." Aku pun tersipu malu.

Sepanjang Hidup (BNHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang