Sound of Breeze

702 97 45
                                    

Putra Mahkota telah kembali dari tugas mulia yang diberikan oleh Raja. Pulang dengan selamat dan utuh, setelah bekerja keras menjaga wilayah perbatasan selama musim dingin berlangsung. Masyarakat menyambutnya dengan suka cita, mengelu-elukan namanya di sepanjang jalan menuju Istana.

Sebuah prestasi membanggakan kembali dibuat semenjak Putra Mahkota memutuskan untuk menikahi seorang Putri dari kerajaan tetangga. Sudah pasti jika Putra Mahkota akan merasa senang setelah berhasil menjalankan tugas sulit dan melelahkan di perbatasan sana, karena akhirnya Putra Mahkota dapat bersama sang Putri. Seharusnya.

Pernikahan adalah sebuah hal yang umum. Dengan atau tanpa rasa cinta. Meski begitu Putra Mahkota ikut menikmati pesta yang dibuat Raja untuk menyambut kepulangannya.



















"Karena malam ini adalah pestamu, kau harus minum banyak, putraku" Raja tak berhenti mengembangkan senyum di wajahnya yang penuh kharisma, mengoper botol-botol arak yang masih terisi penuh di hadapan Putra Mahkota yang hanya menganggukkan kepala.

Raja yang mengajak Putra Mahkota untuk minum berdua saja, antara ayah dan anak. Meninggalkan hiruk pikuk pesta yang suara bisingnya masih terdengar dari paviliun Raja yang kini sepi, hanya 3 orang penjaga yang berada di luar ruangan.

Putra Mahkota adalah sosok yang tak banyak bicara, eskpresinya selalu sama meski seseorang berusaha melucu untuknya, atau pun saat tak sengaja mendengar cerita sedih dari para dayang yang beristirahat setelah tugas mereka selesai. Sedikit banyak begitu mirip dengan Raja, terutama rupanya.

Keluarga Kerajaan Selatan dikenal dengan sosok-sosok tampan yang mempesona, berkharismatik, dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Karena itulah banyak sekali Kerajaan yang ingin berbesan dengan mereka, sayangnya Putri dari Kerajaan Timur-lah yang disetujui oleh Raja untuk menjadi menantunya.

"Dari wajahmu, kau seperti lebih senang berada di perbatasan, daripada pulang dan bertemu istrimu. Apa aku benar, Yifan?" karakter suara keduanya juga sama.

Mulai dari cara menatap, hidung, tulang pipi, dan suara. Jika saja kedua sosok itu berada diusia yang sama, sudah pasti mereka akan terlihat seperti saudara kembar.

Putra Mahkota menegak araknya untuk yang kesekian kali, kembali mengisi gelasnya kembali dengan cairan beraroma menyengat itu setelah kosong. Satu kakinya tertekuk di depan, sementara yang lain terlipat ke dalam, Putra Mahkota hanya mengikuti keinginan Raja yang berkata jika malam ini mereka akan mengobrol seperti selayaknya ayah dan anak. Dan dia mengabulkannya.

"Bagaimana mungkin aku tidak senang, ayahanda? Di sini adalah rumahku" suaranya terdengar stabil, tak terindikasi jika cairan berfermentasi yang mereka konsumsi berefek padanya.

"Apa yang kau lakukan diperbatasan pantas diberi apresiasi. Kau selalu membuatku bangga. Dan aku berpikir untuk memberimu hadiah, tapi aku tidak tahu hadiah apa yang harus ku berikan padamu. Sementara kau sudah memiliki istri yang sangat cantik"

Putra Mahkota Yifan menyingkirkan botol arak yang telah kosong ke samping meja, dan mengambil botol arak lainnya. "Aku tidak membutuhkan hadiah, ayahanda. Aku hanya membutuhkan restu dan do'a mu agar dapat menjadi penerus yang baik kelak"

Raja Jia Heng tertawa halus, menepuk bahu Yifan dengan rasa senang bercampur bangga. "Tapi kau pantas mendapatkannya. Apa ada yang sedang kau inginkan?"

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang