Fajar dan Senja - 5

22 6 2
                                    

Hari itu, Senja barusaja selesai menanam beberapa jenis bunga yang baru datang dari pemesanan. Dia begitu semangat hingga meminta Bu Lea untuk mengijinkannya berkebun. Apapun tentang tanaman terutama bunga, Senja akan sangat antusias.

Gadis itu menepuk kedua tangannya, membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel di telapak tangannya.

“Akhirnya selesai juga.” Ucapnya sambil menghembuskan napas.

“Senja.”

Secara otomatis kepala Senja bergerak untuk melihat seseorang yang memanggilnya meski tanpa menoleh pun dia sudah tahu kalau itu suara Bibi Lea.

“Ada apa Bibi?” tanyanya seraya mendekat ke tempat wanita paruh baya itu berdiri.

“Sudah jangan berkebun lagi. Lihat kulitmu jadi memerah terkena paparan sinar matahari.”

Senja menampilkan deretan giginya kala mendengar omelan Bibi Lea. Ah, betapa beruntungnya ia mempunyai dua wanita yang sangat perhatian padanya.

“Aku sudah selesai kok Bibi.”

Senja memejamkan matanya ketika merasakan sapuan tangan Bibi Lea di dahinya yang penuh dengan peluh. Bahkan wanita itu tak jijik sedikitpun ketika membasuh keringatnya langsung menggunakan tangannya. Lagi-lagi Senja dibuat terharu akan sikap perhatian Bibi Lea.

“Oh iya, tadi Paman Tomi ke sini. Katanya dia punya kaset O..osis?”

Senja tertawa kecil melihat ekspresi Bibi Lea. “Oasis, Bibi Lea.”

Bibi Lea manggut-manggut saja. “Ya..pokoknya itulah.”

Detik kemudian Senja sadar dan langsung menjerit. Bahkan Bibi Lea sampai terjingkak di tempatnya. Dengan gemas beliau menepuk kepala Senja sehingga membuatnya berhenti menjerit dan meloncat-loncat.

Senja meringis ketika melihat pelototan Bibi Lea. “Hehe.. maaf Bibi.”

Setelah mengatakan itu, Senja mengecup pipi Bibi Lea skilas dan pamit keluar untuk menemui Paman Tomi.

*****

Suara senandung mangalir dari mulut Senja. Kini di tangannya ada sebuah kaset milik band Inggris yang terkenal di era 90-an. Oasis, band kesukaannya. Sudah lama sekali Senja menginginkan kaset ini. Selain karena mahal, kaset milik Band Oasis juga sangat sulit ditemukan kerena band termasuk band tua yang lagu-lagunya masih senang dinikmati hingga saat ini.

Sepertinya hari ini adalah keberuntungannya. Paman Tomi pemilik toko kaset mendapatkan kaset Oasis dari temannya yang juga memiliki bisnis yang sama namun mengalami kebangkrutan sehingga Paman Tomi memutuskan untuk membeli beberapa kaset milik temannya. Siapa yang sangka ternyata slah satu kaset yang ia dapatkan adalah milik Oasis, band favorit Senja.

Sudah dari lama Senja berkunjung ke toko Paman Tomi dan tetap tidak mendapatkan kaset yang ia inginkan hingga hal itu berakhir dengan rengekannya yang membuat Paman Tomi mencari kaset band asal Ingris itu beberapa minggu ini.

Syukurlah ia sudah menemukannya hari ini sehingga gadis kecil itu tidak akan lagi mengganggunya dengan rengekannya yang membuat telinga Paman Tomi berdenging.

“Ayo kita pulang dan mendengarkanmu.” Ucapnya seraya mencium kaset tersebut lantas beranjak menuju sepeda merahnya.

*****

Rupanya gadis itu sudah sangat tidak sabar untuk mendnegarkan lagu-lagu Oasis dari kaset yang baru saja dibelinya sehingga gadis itu mengayuh sepedanya dengan kencang untuk sampai ke panti lebih cepat.

Namun siapa sangka, Senja yang mengira bahwa hari ini adalah hari keberuntungannya justru menjadi hari dengan tragedi yang tak dapat dilupakannya seumur hidup.

Di sebuah persimpangan, Senja yang masih mengayuh sepedanya dengan semangat terkejut melihat sebuah mobil yang melaju dari arah berlawanan. Mereka sama-sama berusaha untuk menghindar namun tabrakan itu tetap tak bisa dicegah sehingga mobil itu tetap menabrak sepeda Senja di bagian belakang. Senja jatuh dari sepedanya dan membentur aspal dengan keras. Darah mengalir deras dari kepalanya, membuat genangan merah di sekitar kepalanya.

Mobil yang berusaha menghindar itu tak menyangka kalau belokan yang ia ambil justru membawanya pada seorang anak perempuan yang sedang berlari di jalan. Kali ini sang pengemudi tak dapat lagi untuk menghindar dan ia pun sukses menabrak tubuh anak kecil di depannya.

Samar-samar Senja melihat keributan di depan matanya hingga suara dengingan memekakkan telinganya. Senja meringis tak sanggup lagi menahan rasa sakit di kepala serta tubuhnya. Perlahan kegelapan menyelimuti pandangannya. Hal terakhir yang dapat ia lihat adalah seseorang mengambil kaset Oasis miliknya dengan tangan gemetar.

*****

Senja menemukan dirinya berada di rumah sakit. Ia mengetahuinya ketika bau obat-obatan menusuk hidungnya dan matanya yang menangkap alat-alat medis berada di sekitarnya.

Namun ada yang mengganjal pikirannya hingga membautnya gelisah bahkan sampai membuatnya mengeluarkan air mata. Perlahan, tangannya merambat naik ke udara dan berhenti di telinganya. Ia menutup telinganya kemudian membukanya. Berulang-ulang ia melakukan hal itu dan hasilnya tetap sama.

Ia tak bisa mendengar.

Sekelingnya terasa hampa. Dunianya sunyi namun ia melihat banyak orang bercakap ria.

Kenyataan itu menghantamnya. Senja berteriak histeris. Tubuhnya bergerak tak beraturan. Kedua tangannya memegang telinganya. Ia berteriak lagi bahkan kali ini sangat kencang.

Namun telinganya tetap sama. Tak mendengar apa pun. Bahkan suaranya sendiri.

*****

Dua kali update yeay!

Dizvalana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fajar & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang