"Jadi ... kamu mau berperan sebagai ratu chipmunk?"
Arlea melirik ke kanan dan ke kiri kemudian menjawab pertanyaan abangnya dengan senyum tersungging di bibirnya.
"Nggak lah! Eya langsung tolak mentah-mentah," ucapnya tegas. Andra seketika mengacungkan ibu jarinya.
"Nah, gitu. Baru kembaran abang," ujarnya bangga.
"Kalau ada apa-apa hubungin abang aja, kalau perlu tawur mah tawur sekalian."
Si adik langsung memukul lengan kakaknya.
"Eh! Yang nyuruh tawuran juga siapa?" sungut Arlea kesal akan ide Andra.
"Yang nyuruh bully kamu juga siapa?"
"Apa bedanya bully sama tawuran?" tanya Arlea balik. Andra menoel hidung kembarannya kasar hingga terdengar suara kesakitan.
"Dari tulisannya aja beda..."
"Ya itu mah anak SD juga tau, keuleus."
"Maknanya beda ..."
"Sama aja, bang. Sama sama penyakit jiwa. Kagak ada yang beres. Coba abang ingat pembukaan UUD 1945."
Andra pura-pura mikir dan mengingat.
"Bahwa segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Bully dan tawuran itu sama aja menjajah kebebasan anak bangsa untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas dan sehat!"
Suara tepuk tangan terdengar membuat Arlea nyengir sendiri.
"Hebat! Ada gunanya juga mamah nggak nyemil michin waktu ngidam, jadi kamu lahirnya nggak dari telur Kinderjoy."
Mendengar ucapan Andra, Arlea langsung melempar bantal dan gulingnya. Andra tertawa puas kemudian melempar sandal rumahnya ke muka Arlea.
"Abang! Bau, tau!" sungut Arlea melemparkan tatapan membunuhnya.
"Kabur, ah ..."
Andra merealisasikan ucapannya dengan lari keluar dari kamar Arlea. Setengah berlari, Andra berteriak kencang, "inget ya! Abang nggak suka adik abang dimainin orang!"
Sedang yang berada di kamar hanya bisa memandang kepergian kakaknya dengan muram.
"Haish! Ucapnya frustasi sembari mengacak-acak rambutnya. Arlea lalu menyembunyikan kepalanya di bawah bantal.
"Maaf, Eya bohong ke abang."
***
"Eya, cepet, PR mana, PR?"
Eya yang baru saja membuka pintu kelas langsung diseret oleh temannya untuk duduk dibangkunya dan membuka tas.
"Apa sih, kan semalem udah gue fotoin, send ke grup."
"Iya, belum 5 menit lo delete. Kan mantul, mantap betul," sungut Khansa mulai memegang lengan Arlea, memintanya untuk segera membuka tas dan mengambil buku bahasa Indonesianya.
Teman-teman yang lainpun sedang sibuk menyalin PR. Sepertinya taktik Arlea untuk berangkat mepet berhasil karena yang jadi korban contekan mereka adalah si peringkat dua di kelas.
"Woy! Piket!" Seru salah satu temannya menganggu teman yang sedang menyalin tugas.
Beberapa dari mereka seakan tidak ada beban dan memilih untuk bermain di luar kelas. Urusan dengan guru bisa mereka pikirkan. Nilai bisa diatur. Itu anggapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Mimisan
Teen FictionGara-gara ngehindarin cowok brengsek, Arlea harus berurusan dengan cowok brengsek lainnya, cowok yang nggak banget ada dalam daftar cowok impian Arlea. Dan berkat itu, Arlea harus rela mendapat julukan miss mimisan. Mimpi buruk Arlea seakan tak berh...