Sebuah mobil HRV berhenti tepat di depan pintu pagar berwarna coklat. Ardhan mengamati sekilas rumah yang lumayan luas dengan dua tingkat. Bagian depan halamannya lebar dan banyak tanaman bagus tumbuh di tamannya. Bisa dilihat Eya dari keluarga mampu. Cowok itu merenung sejenak memikirkan gosip tentang Eya yang lumayan santer terdengar.
"Ini rumah lo?" tanya Ardhan seakan nggak yakin.
"Iya, kenapa? Ada yang salah?" Eya langsung keluar dan menutup pintu mobil. Dia melirik sebentar ke belakang, berharap Ardhan nggak usah keluar dari kendaraannya tapi harapannya sirna ketika mendengar suara pintu mobil ditutup, dan begitu menoleh Ardhan sudah ada tepat di belakangnya.
"Sepi ya? Orang tua lo nggak ada di rumah kah?"
"Biasanya jam segini, papa masih ngantor. Kalau mama jemput adik yang masih SD."
Ardhan mengangguk angguk masih celingukan melihat ke dalam.
"Gue boleh mampir nggak?"
Mendengar permintaan Ardhan, Eya lumayan kaget juga.
"Bo ... eh jangan!" tiba-tiba Eya teringat apa yang sudah dia lakukan. Dirinya mengerang dalam hati mengingat curhatannya ke Andra beberapa waktu yang lalu. Kalau kakaknya tahu dia membawa Ardhan ke rumah, mereka pasti berantem hebat. Yang pastinya Andra bakal mukul Ardhan duluan.
"Maksud gue, ada yang galak di dalem," ujar Eya menyembunyikan kegelisahannya.
"Lo punya anjing galak?"
"Ha?" seperti tersadar Eya langsung mengiyakan. "Iya, anjing gue galak."
"Mana?"
Lagi-lagi Ardhan celingukan melihat ke dalam pagar.
"Belum pulang sekolah, eh bukan, lagi dikandangin cuma kalau ada orang asing suka teriak. Takutnya dia khilaf gigit orang," Eya langsung tersenyum kaku memamerkan gigi gingsulnya. Melihat senyum Eya, Ardhan walau merasa aneh tapi terpesona juga dengan manis ukiran di bibir Eya.
"Oke, kapan-kapan gue main ya?"
"Kapan-kapan," ujar Eya membeo.
"Kalau gitu gue duluan deh."
"Makasih banyak ya dah dianterin, makasih juga dah dibantuin nyalin."
"Santai, hal biasa kok," ucap Ardhan. Sejenak remaja itu menatap mata Eya hingga membuat Eya berkedip cepat dan mengalihkan pandangannya ke arah jalanan. Saat itulah matanya membulat sempurna dan mulutnya membuka seperti goa.
Mati gue! Si Madara datang!
"Lo kenapa, Ya?"
Tanpa basa basi, Eya langsung mendorong Ardhan masuk ke mobil sambil menepukkan tangan tepat di depan mukanya, memohon pengertian Ardhan.
"Tapi, Ya. Ini..."
Ya daripada berdebat cukup lama, Ardhan mengalah masuk ke mobil lewat pintu kiri. Saat cowok itu memposisikan diri di belakang kemudi, dilihatnya dari spion,ada motor yang mendekat pelan dan melewati mobilnya kemudian berhenti di depan pagar rumah Eya. Sekilas dari gerakannya dagu yang menunjuk ke arahnya serta cara Eya melotot membuat Ardhan sadar, itu adalah kakak Eya yang terkenal over protektif ke adeknya. Ardhan memilih menyalakan mesin mobilnya kemudian beranjak pergi dengan memberi tanda klason ke Eya.
"WOY!! BERHENTI! BAN LO ADA EMPAT!!
**
"Eh, bang! Apa apaan lo!" panik Eya melihat mobil Ardhan sempat berhenti sejenak kemudian tancap gas lagi.
"Ya biar cowok tadi keluar dari mobil lah! Cemen banget. Gue datang langsung kabur," protes Andra kesal masih nangkring di atas motornya.
"Mana ada dia cemen, orang gue yang ngusir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Mimisan
Fiksi RemajaGara-gara ngehindarin cowok brengsek, Arlea harus berurusan dengan cowok brengsek lainnya, cowok yang nggak banget ada dalam daftar cowok impian Arlea. Dan berkat itu, Arlea harus rela mendapat julukan miss mimisan. Mimpi buruk Arlea seakan tak berh...