BAB 1 - LUNA THE CAT

1.4K 11 5
                                    

September 2007

"Dek, mulai besok kamu di rumah sendirian sama Luna ya?"

Mama yang sudah rapi dengan busana kerjanya mulai membuka pembicaraan di meja makan.

Jemarinya meraih cangkir kaca bening, berisi teh melati lengkap dengan irisan lemon yang mengambang dipermukaannya.

"Bukannya Adel sudah biasa sendirian Ma, kan mama sama papa lebih sering
di kantor daripada di rumah." Ucapku sambil mengoles selai kacang di salah satu sisi roti tawar.

Ku rasakan tangan berat papa mengusap kepalaku, "bukannya Papa udah pernah cerita kalau mau beli rumahnya Bu Ratih yang ada di sebelah kantor kita."

Iya sih, memang waktu itu papa pernah bilang kalau seandainya jadi, nanti mau beli rumah Bu Ratih yang kebetulan terletak di samping kantor usaha papa. Tapi kan, waktu itu papa masih bilang seandainya, belum ada kepastian apapun.

Aku pun hanya mengangguk pura-pura paham, bukan tidak mau membantah hanya pagi itu sedang tidak selera untuk berdebat.

*****

Sudah hampir satu minggu aku hidup sendirian di rumah ini. Bangunan sederhana di mana pertama kali mengenal dunia.

Berat rasanya kalau harus meninggalkan tempat di mana kita berasal dan bertemu dengan suasana baru. Yah, meskipun rumah yabg di maksud papa pekan lalu cuma beda beberapa blok denga rumah yang masih ku tempati sekarang.

Disini aku tidak benar-benar sendirian sih, ada Luna yang masih suka berlama-lama menatap ruang kosong di dekat tangga.

"Ntar jadi ke rumah?"

Aku pandangi ponsel keluaran Finlandia berbentuk oval, berwarna biru metalik. Masih pukul satu siang, sebentar lagi jam sekolah usai. SMS yang baru saja ku kirim ke Tiara belum juga di balas.

"Belum pulang, Del?"

"Eh, ibu... belum, ini nunggu Tiara, soalnya ada janji."

Bu Endah, wali kelasku merangkap wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Sepertinya, beliau habis sidak di salah satu kelas saat kami tidak sengaja berpapasan.

"Saya bantu, Bu?" Aku menawarkan bantuan, sambil meraih tumpukan map dan beberapa buku ajar yang didekapnya.

Beliau hanya mengangguk dan tersemyum sekilas.

"Papa sama Mama apa kabar, Del?"
Bu Endah membantu membukakan pintu bercat coklat agar aku bisa mengikutinya masuk ke ruangan.

Aku menganggukkan kepala, "baik Bu."

Beliau kebetulan adalah teman semasa sekolah dari kedua orang tuaku. Masih terlihat muda dan segar tapi dengar-dengar belum menikah.

"Lagi sibuk apa sekarang, Del?" Pertanyaan Bu Endah seketika menghentikan lamunan ngawurku.

"Oh, papa sama mama kebetulan masih sibuk pindahan rumah Bu."
Kataku sambil menyusun buku ajar satu persatu kedalam rak buku minimalis berwarna Coklat kehitaman.

"Wah, boleh dong, kapan-kapan kalau ada syukuran, ibu main." Wanita berusia kisaran empat puluh lima tahun itu memancarkan rona bahagia di sorot matanya.

Aku terkekeh mendengar ucapan Bu Endah, "iya Bu, nanti saya sampaikan ke mama sama papa."

Ku lirik jam tangan berwarna perak yang melingkar di pergelangan tangan, sudah menunjukan pukul dua dan masih belum ada tanda-tanda Tiara membalas pesan singkatku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Neighbour House (Based On True Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang