Chapter 2

15 6 0
                                    

Aku masih bergelut dengan pikiranku. Otakku terus mencerna perkataan Elvan tadi. Hingga aku disadarkan oleh tepukkan tangan pada bahuku. Aku menoleh. Ternyata Ibuku. '' Bukannya masuk malah melamun.'' begitu katanya.
Aku hanya tersenyum. '' Mari masuk. Diluar anginnya kencang.'' ajak Ibuku. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya masuk kedalam rumah.

Segera aku naik ke lantai dua rumahku. Kamarku berada disana. Kubuka pintu kamarku. Ku simpan tas sekolahku diatas meja belajarku. Kujatuhku tubuhku keatas ranjang milikku ini. Entah kenapa rasanya hari ini sangat melelahkan. Padahal disekolah tadi aku hanya tertidur di ruang kesehatan sekolah. Badanku lemas. Kepalaku masih sedikit agak terasa sakit. Setelah beberapa saat, aku memaksakan diri untuk bangkit dari ranjang dan bergegas untuk pergi mandi.

Aku sudah memakai pakaian piyama ku saat ini. Lantas aku turun kebawah. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat tiga puluh. Aku menghampiri ibuku yang tengah menyiapkan hidangan untuk makan malam nanti. '' Ayah belum pulang bu?.'' tanyaku pada Ibu yang tengah sibuk memasak.

'' Belum. Sepertinya sebentar lagi ayah baru akan pulang.''jawab ibuku yang masih terfokus dengan makanan yang dimasaknya.

Tak lama kemudian , Ayahku pulang. Dia terlihat sangat kelelahan. Ibu menyuruhku untuk menggantikkan posisi memasaknya. Ibu bergegas untuk menghampiri Ayah dan membawakan tas kerjanya. Tak lupa Ibu juga mencium tangan Ayah sebagai tanda Ibuku menghormatinya. 

Keluargaku memang hanyalah sebuah keluarga kecil. Dimana hanya ada Aku , Ayah dan Ibu. Walau begitu aku sangat bersyukur. Terdapat banyak cinta dan kasih sayang dalam keluarga kecilku ini.

Ibu kembali ke dapur untuk kembali memasak. Sedangkan Ayah bergegas pergi memasuki kamar untuk beristirahat. Makanan yang dimasak Ibu selesai tepat saat adzan maghrib berkumandang. '' Sudah adzan , cepat ambil air wudhu untuk shalat berjamaah. Ibu akan panggilkan ayah dulu ya. '' suruh ibuku. Aku mengangguk sebagai tanda mengiyakan.

Setelah selesai mengambil air wudhu lantas aku bergegas menuju satu ruangan dirumahku yang khusus digunakan untuk kami shalat berjamaah. Ayah dan Ibu sudah menunggu disana. Kami pun melakukan shalat maghrib bersama. Ayah menjadi Imam untukku dan Ibu.

Usai menunaikan shalat tak lupa kami untuk memanjatkan do'a. Aku selalu berdo'a untuk kesehatan Ayah dan Ibuku. Aku selalu meminta pada Tuhan untuk memanjangkan umur mereka berdua. Tak lupa juga aku selalu meminta pada Tuhan agar keluargaku senantiasa dipenuhi dengan cinta kasih dan sayang.

Kami sudah berada di meja makan untuk makan malam bersama. Aku melahap makanan yang dimasak oleh Ibu. Makan malam kali ini kebetulan Ibu memasakan makanan favoritku sehingga aku dengan bersemangat melahap makananku.

Saat aku sedang menikmati makanan favoritku , tiba-tiba saja aku merasa ada yang keluar dari hidungku. Aku mengusapnya dengan jariku. Oh ternyata darah. Ibu dan Ayah panik melihat hidungku mimisan. Segera ibu mengambilkan tissue yang ada didepannya kepadaku. Aku mengusap semua darah yang keluar dari hidungku menggunakan tissue yang diberikan Ibu. Akhirnya darah yang mengalir dalam hidungku berhenti.

Ibu mengantarku untuk beristirahat dikamar. Ibu membukakan pintu kamarku. Aku masuk kedalam kamarku dan berbaring diatas ranjang. Ibuku menyelimutiku dengan selimut. Dia berada disampingku saat ini. Duduk didekat ranjangku. '' Tidak biasanya kamu mimisan.'' kata ibu.

'' Aku juga tidak tahu kenapa bu. Tadi saja disekolah , aku mengalami hal yang sama.'' balasku pada Ibu.

'' Kenapa kamu tidak cerita daritadi saat sepulang sekolah?.''tanya ibuku.

'' Aku lupa bu.'' kataku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Ibu hanya tersenyum. Ku dengar ada yang membuka pintu kamarku. Aku dan Ibu menoleh kearah pintu. Ternyata Ayah. Ayah menghampiriku dan Ibu.

Ayah memandangku. '' Kamu pasti kecapean , jadi hidungmu mimisan.'' kata ayah sembari duduk didekat Ibu.

'' Sepertinya begitu yah.'' jawabku singkat.

'' Baiklah kalau begitu , sekarang kamu istirahat ya.'' perintah Ayah. Aku mengiyakannya dengan anggukan. Ayah dan Ibu pun berlalu meninggalkanku dikamar.

Tak lama kemudian terdengar suara adzan berkumandang. Menandakan aku harus segera mengambil wudhu untuk sembahyang. Lantas aku bangun dari tempat tidurku untuk mengambil air wudhu lalu sembahyang isya. Setelah selesai , ku lipat kembali mukena milikku dan ku simpan dekat ranjang tidurku. Aku kembali naik keatas ranjangku. Menutup mataku dan tertidur.

Tak Sempat Tersampaikan #GAPersonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang