Chapter 3

3.4K 423 32
                                    

Haechan's pov

Aku membawa barang-barangku dengan susah payah. Aku dan Renjun berpisah di lift tadi, kamarnya berada di satu lantai di bawahku.
"Sial, kalau tau akan sesusah ini aku tak akan membawa barang sebanyak ini."
Mulutku terus mengeluarkan sumpah serapah.

Melihat nomor kamarku sudah tidak jauh, aku segera mempercepat langkahku. Aku sudah kebelet ingin buang air.
Hei! Jangan salahkan aku, itu kebutuhan manusia yang penting.

Haechan's pov ends

Haechan berhenti di sebuah pintu berwarna senada dengan gedung asrama itu. Membaca namanya dan nama seseorang yang tertulis dengan tulisan berwarna emas di sebelahnya.
"Wah, sekolah ini cepat juga ya. Keren"

Ia segera merogoh kantung celananya dan mengeluarkan kunci berwarna emas, membuka pintu itu dengan terburu-buru karna ia tidak tahan lagi. Panggilan alam sangat menyiksanya.

Setelah pintu terbuka ia segera masuk dan meninggalkan barang-barangnya di luar.

"Selamat datang Lee Donghyuck. Kau tidak tahu berapa beruntungnya kau bisa sekam-"

"Dimana kamar mandi???"

Pria yang baru saja menyambut Haechan terpaksa menghentikan ucapannya sambil menatap Haechan heran namun jarinya tetap menunjuk pada sebuah pintu yang berada tidak jauh dari tempat ia berdiri.

"Trims." Tanpa babibu Haechan segera membuka pintu putih itu meninggalkan pria itu masih terdiam dan mencerna apa yang baru saja terjadi.

**

Haechan's pov

"Akhirnya." Aku tersenyum puas sambil keluar dari kamar mandi.

"Sudah lega?"

Aku menatap pria yang akan menjadi roommate ku selama ia bersekolah di SM High School. Wajah tampan namun manis secara bersamaan. Tubuh tinggi dengan otot lengan yang tercetak di kaos kuning yang ia kenakan. Mata besar dengan bulu mata yang panjangnya kini menatap ku tidak suka.
Oh astaga, aku menelan ludahku dengan susah payah. Aku baru ingat dengan apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa aku dengan tidak sopannya mengabaikan pria tampan itu.
Aku menggigit bibirku gugup.

"Anu, Jaemin-ssi, maaf soal tadi, aku kebelet." Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

Pria itu, Jaemin, salah satu member NCT yang tengah naik daun menghelakan nafasnya panjang.
"Kau beruntung bisa sekamar dengan ku," ia terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jadi kau yang bernama Lee Donghyuck?"

Orang ini kenapa sih.
Aku tetap menganggukkan kepalaku.
"Orang biasanya memanggilku Haechan."

Kali ini giliran pria bersurai pink itu yang menganggukkan kepalanya paham.
"Kau sebaiknya membawa masuk barang-barangmu kalau tidak mau hilang karna dicuri."

Seketika aku sadar kalau barang-barangku masih berada diluar.
Aku segera keluar untuk mengambil anak-anakku.
Namun karena terburu-buru aku tidak sengaja menyenggol kardus ku hingga terjatuh dan isinya keluar semua.

"Hm? Kau adalah fans kami rupanya." Aku menatap tangan putih milik Jaemin yang terulur untuk mengambil kipas NCT ku.

"Berikan spidolmu."

Hm? Spidol? Aku tidak mengerti apa yang ia masud namun tetap merogoh isi tasku untuk mencari spidol.

Ia mengambil spidol yang kuberikan, membuka tutupnya dengan mulutnya.
Astaga, kenapa harus mulutnya? Itu menjijikkan, kalau yang melakukannya Mark sih aku tidak apa-apa. Oh ya, Mark di mana ya?

Lamunanku tentang Mark buyar saat sebuah kipas diayunkan ke depan wajahku.

"Tidak usah berterima kasih. Itu hadiah dariku." Jaemin lalu berjalan menuju tempat tidur yang berada disebelah tempat tidurku dan merebahkan tubuhnya disana.

Aku menatap kipas NCT yang ternyata sudah ditanda tangani itu dengan perasaan campur aduk.
Satu kata untuk mendeskripsikan pria yang tengah berbaring dengan telepon genggam di tangannya.
Menyebalkan.

**

"Hei~ Haechan~ di NCT kau paling menyukaiku kan??? Iya kan??? Haechan-ah~ jangan mengabaikanku."

"Jaemin-ssi, tolong jangan berguling-guling di tempat tidurku. Lagipula kita baru saja kenal dan kau sudah dengan beraninya tiduran di tempat tidurku."
Aku mencoba sabar dengan pria menyebalkan namun aku akui tampan yang tengah tiduran di tempat tidurku.
Aku hanya ingin membereskan barang-barangku dengan damai.

"Aku tidak akan beranjak sebelum kau menjawab pertanyaanku."
Jaemin memanyunkan bibirnya bertingkah (sok)imut.
Ingin rasanya aku menampar bibir itu. Dengan tangan tentunya.

Aku mencari sesuatu di dalam tas ku. Jaemin melihatku sibuk mencari sesuatu menunjukkan wajah penasarannya yang menggemaskan dengan alis bertaut dan mata yang ikut melihat kedalam tasku.
Aku mengeluarkan beberapa postcard dan merchandise milik seseorang yang Jaemin amat sangat kenal.
Pria blasteran berambut hitam dengan undercut yang tampak pas dengan wajahnya yang tampan.
Mark Lee.

Aku menjukkan salah satu foto postcard yang aku miliki di depan wajah Jaemin.
"Dia! Aku paling menyukai Mark Lee!"

Jaemin memandang postcard itu lalu aku bergantian dengan tatapan 'kenapa kau melakukan itu padaku?'

Aku mengabaikannya lalu kembali membereskan barang-barangku, tidak lupa memajang foto Mark-ku di meja belajarku.

Aku melirik Jaemin yang terlihat sedang bergumam tentang sesuatu dengan mulut yang tanpa sadar ia tekuk kebawah. Aku mendengar kata 'Mark Lee' dan 'betapa beruntungnya'. Entahlah, tidak begitu jelas.
Aku terkekeh gemas.
Ia sangat berbeda dengan saat di depan kamera.
Tunggu, Donghyuck! Kau harus setia pada Mark!
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

Tring!
Tring!

Suara hapeku dan yang kuyakini sebagai hape Jaemin berbunyi secara bersamaan.
Oh, ternyata jadwal kami sudah keluar. Aku membaca nama-nama siswa-siswi yang akan menjadi teman sekelasku.
Yes, aku sekelas dengan Renjun dan astaga, apa aku tidak salah baca??? Mark??? Aku ingin terbang rasanya. Sekelas denga idolaku, aku sangat beruntung. Aku tersenyum senang dan mulai membayangkan drama-drama romantis yang aku pernah aku tonton bersama sahabatku Yeri.

"Wah sepertinya kita juga akan menjadi teman sekelas." Suara berat Jaemin mengiterupsi imajinasiku dengan Mark.
Aku membulatkan mataku lalu segera mengambil hape ku kembali dan membaca nya ulang.
Astaga, mimpi buruk apa lagi ini.

"Mohon bantuannya Hyuckie~"
Jaemin tersenyum manis, sangat manis. Namun yang kulihat adalah senyuman yang menakutkan.

Haechan's pov ends

**

Jaemin's pov

"Wah sepertinya kita juga akan menjadi teman sekelas."
Lihat itu, ekspresinya sangat lucu. Ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak.

Haechan menatapku dengan wajah memelas.
"Mohon bantuannya Hyuckie~"
Kataku sambil mencoba tersenyum manis.

Katakan saja aku pria yang kompetitif karna memang itulah kenyataanya.
Aku tidak akan membiarkan pria yang kini duduk didepanku menjadi penggemar Mark hyung.
Mark hyung sangat populer, aku harus bisa menunjukkan kalau aku juga bisa.
Selagi bisa berjuang, kenapa tidak?

Aku beranjak dari tempat tidur milik Haechan lalu berjalan pelan menuju tempat tidur ku.
"Aku tidur dulu, selamat malam Hyuckie~"
Dan bersiaplah untuk besok, lusa, dan hari yang akan datang~

Jaemin's pov ends

TBC

Thank you for reading^^

Maaf kalau ada kesalahan dan typo.

Jangan lupa di votment!

See you next chapter~

Dream HighTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang