Chapter 2

3.7K 471 34
                                    

Haechan menatap ruangan yang selama ini telah ia tempati. Ruangan yang menjadi saksi kehidupannya selama hampir 18 tahun dan kini ia harus pindah ke asrama yang tersedia di sekolah barunya.

"Channie! Ayo cepat berangkat! Kau bisa telat! Hyung akan menunggu di mobil." Taeyong, keluarga satu-satunya milik Haechan memanggilnya dari lantai bawah.

Mendengar seruan hyungnya itu, Haechan segera mengambil koper dan kardus-kardus yang sudah ia packing beberapa hari lalu.

**

"Baiklah, kita sudah sampai." Taeyong menghentikan mobilnya di depan gedung sekolah mewah milik SM Entertainment.

"Sudah hyung."

"Jadilah anak yang baik disana, channie, jangan membuat hyung khawatir. Oh! Dan jangan lupa selalu mengabari hyung. Mengerti?"

"Tentu saja hyung!" Haechan menatap Taeyong sambil tersenyum manis.

Taeyong melepaskan sabuk pengamannya lalu memeluk adik kesayangannya.
"Hyung akan merindukanmu."

Haechan membalas pelukan Taeyong sambil berbisik pelan.
"Aku juga, hyung."

"Eomma dan Appa pasti bangga disana." Taeyong mengusap lembut kepala Haechan.
"Pergilah, kau akan telat. Ingat, kabari hyung!"

"Baik hyung, sampai jumpa!"

Haechan turun dari mobil dengan barang-barang yang telah ia bawa.
Ia tidak langsung masuk melainkan menunggu mobil Taeyong hilang dari pandangannya.

**

"Haechan!" Merasa dirinya dipanggil Haechan menolehkan kepalanya keasal suara.

"Renjun! Bagaimana kau bisa menghilang dan meninggalkanku saat audisi kemarin? Kau tidak tahu betapa senangnya aku saat melihat namamu di daftar peserta yang lulus." Haechan tersenyum bahagia melihat teman yang tidak lama ia kenal namun setelah itu memanyunkan bibirnya imut.

"Maaf Haechan kemaren aku tidak mengabari mu saat audisi kemaren karena ada urusan mendadak."
Renjun terkekeh gemas melihat teman seangkatannya itu.

"Kalau begitu tidak apa-apa, yang penting kamu juga lulus audisi."

Renjun mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum tampan.
"Sini biar aku bantu dengan bawaanmu. Aku sudah meletakkan bawaanku di asrama."
Haechan menyerahkan kardus-kardus miliknya yang berisi barang pribadinya kepada Renjun setelah mengucapkan kata terima kasih.

"Oh! Kau juga menyukai NCT?" Renjun bertanya antusias ketika ia tidak sengaja melihat kipas bergambarkan 4 remaja berwajah tampan di dalam kardus Haechan.

"Ya begitulah." Haechan tekekeh malu sehingga wajahnya memerah.

"Sama dong." Renjun tertawa.
"Siapa biasmu?"

"Tentu saja Mark Lee. Ia sangat tampan dan berbakat. Ia juga terlihat seperti pria yang baik." Haechan bercerita dengan antusias tentang salah satu idol kesukaannya itu.
"Kalau kau?"

Renjun berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Hmm.. Aku suka Lucas. Ia sangat keren dan tinggi."

"Tidak sepertimu." Haechan menambahkan sambil tertawa kencang.

"Hei! Itu tidak lucu."
Renjun berkata tidak lucu namun ia juga ikut tertawa.

Tanpa mereka sadari mereka telah sampai di depan gedung asrama yang berwarna biru langit untuk siswa laki-laki dan di sebelahnya terdapat gedung berwarna merah muda untuk siswa perempuan.

"Hei! Kenapa kau membawa barangku ke gedung sebelah?"
Haechan menatap Renjun yang membawa kardus-kardus miliknya menjauh menuju gedung berwarna merah muda.

"Eh? Kukira kamu perempuan." Renjun nyengir sambil menaik-turunkan alisnya.

"Jangan bercanda! Aku pria!" Haechan lalu menghentak-hentakkan kaki nya masuk kedalam gedung biru itu.

Renjun tertawa gemas.
"Hei, jangan menghentak-hentakkan kaki mu seperti itu, kau bisa kesakitan. Dan kau mau kemana? Letakkan barangmu disini, kamar kita belum dibagi, kita harus menuju aula dulu."

Mendengar perkataan Renjun Haechan berjalan kembali menuju Renjun yang tengah menyusun kardus-kardus dan barang-barang milik Haechan di samping barang-barang miliknya.

"Ayo, kita bisa terlambat." Ajak Renjun sambil menarik tangan Haechan.

**

"Selamat pagi anak-anak, salam sejahtera bagi kita semua. Sebelum itu saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Moon Taeil, kepala sekolah kalian. Saya berada disini untuk menyambut kalian para siswa-siswi tahun ajaran baru-"

"Hoammm.. Lama sekali pidatonya." Pria tinggi dengan kulit tan berbisik pada teman disebelahnya.

"Hei, pidato baru saja dimulai dan kau sudah mengantuk. Dimana sopan santun mu? Dasar kingkong."

"Hei Jeno, Lucas, berhenti bertengkar. Untung saja kita di belakang panggung jadi tidak ada yang mendengar kalian. Dan Lucas, jangan tertidur."
Mark menegur kedua temannya.

"Asal kau tau Markeuri, pria disampingmu sudah tertidur sedari tadi." Lucas menunjuk pria berambut pink yang terduduk dengan kepala menggantung karena tertidur.

Melihat pemandangan disampingnya, Mark menjewer telinga Jaemin sampai siempunya terbangun.
"Akhh! Jangan dijewer hyung!"

Mark kembali memfokuskan perhatiannya pada pria yang memberikan pidato di atas panggung setelah menatap tajam pada Jaemin.

"-Ada alasan mengapa sekolah kita ini disebut dengan sekolah trainee dan idol, karena memang sekolah ini dikhususkan untuk mereka yang mengejar cita-cita dan mimpi. Saya sangat senang pada tahun ini, saya dapat kembali dipertemukan dengan siswa-siswi yang berbakat. Selain itu, kita juga mendapatkan beberapa siswa khusus-"

Mendengar perkataan Taeil, seluruh siswa di aula mulai berbisik-bisik mengenai 'siswa khusus' yang dimaksud kepala sekolah mereka.

"Siswa khusus?" Haechan bertanya pada Renjun disampingnya yang juga memasang wajah bingung.

"Dan, siswa khusus itu adalah para member NCT. Dipersilahkan anak-anak kami untuk memberikan sepatah dua kata." Seketika seisi aula menjadi riuh oleh teriakan-teriakan gadis-gadis.
Haechan dan Renjun tidak kalah terkejut. Mereka memandang 4 pria tampan yang berjalan memasuki panggung.

"Ekhem, selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Mark, sebelah saya Jaemin, Lucas dan Jeno. Saya sebagai leader NCT berharap kita bisa saling mengenal dan berteman dengan baik tanpa memandang siapa kami, tanpa membedakan kami. Mohon bantuannya, terima kasih."
Mark mengakhiri perkataannya dengan senyum manis.

Haechan hampir meleleh melihat senyuman Mark dan tanpa sadar wajahnya memerah.
Renjun mengipas wajah Haechan sambil berkali-kali mengumamkan kata 'sadarlah'.

"Baik, terima kasih untuk Mark dan teman-teman. Kalian akan dipersilahkan untuk memasuki asrama kalian masing-masing. Setiap kamar akan di tempati 2 orang. Pasangan akan ditentukan oleh pihak sekolah. Nomor dan teman kamar kalian akan di kirim ke akun yang telah diberikan pada kalian masing-masing untuk menjaga privasi para siswa-siswi. Sekian dari saya, atas perhatiannya terima kasih."

Seketika itu juga ratusan notifikasi handphone terdengar di aula. Para siswa-siswi antusias memeriksa siapa yang akan menjadi roommate mereka.

"Hei! Aku akan roommate dengan Chenle. Aku tidak tau dia siapa, tapi tidak apa. Toh bisa kenalan. Siapa roommate mu?" Renjun berbicara panjang lebar lalu menatap Haechan yang memandang layar hape nya dengan mata melebar.

Karena merasa tidak akan mendapat jawaban dari pemuda manis didepannya, Renjun menarik paksa handphone milik Haechan dan membaca nomor dan nama yang tertulis di layar. Seketika Renjun juga melototkan matanya.

"Astaga, Chan!" Renjun memandang temannya tidak percaya.

**

"Oh? Kamar nomor 172.. Lee Donghyuck? Seperti apa Lee Donghyuck itu?" Pria itu menatap hapenya sambil tersenyum tampan.

TBC

Thank you for reading^^

Maaf kalau ada kesalahan, jangan lupa di votment xD

See you next chapter~

Dream HighTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang