Two : Song Mino

1K 177 12
                                    

Happy Reading~ ^^

"Seulgi, bagaimana menurutmu jika aku menyukai Mino?"

Irene kini tengah berada dikamar milik Seulgi, yang sudah ia anggap sebagai kamarnya sendiri sebenarnya.

Tangannya bergelayut manja dilengan milik sahabatnya itu, matanya ia kerjap-kerjapkan dan seketika membuat Seulgi menarik napas jengah.

"Kalau kamu memang menyukainya, kenapa harus meminta pendapatku?" Irene mungkin tidak peka, tapi nada tidak suka terdengar jelas dari pertanyaan Seulgi tadi.

"Yaaa, kamu kan sahabatku. Kamu juga kan biasanya tau yang terbaik untukku, Gi." balas Irene.

"Lalu, jika aku bilang kalau Song Mino itu tidak baik untukmu—kamu akan berhenti menyukainya begitu?" tanya Seulgi malas.

"Tentu saja tidaaak! Hehehe, aku terlanjur menyukainya sih, duhhh bucin nih aku Gi." kata Irene cengengesan.

Ingin rasanya Seulgi menggeplak kepala sahabatnya ini, tapi Irene terlalu manis; Seulgi tidak kuasa untuk melakukan hal itu.

Yah, Song Mino memang satu-satunya laki-laki yang pernah Irene sukai. Semenjak kecil hidup bersama, baru akhir-akhir ini Seulgi mendengar Irene cerita padanya mengenai jatuh cinta dan Song Mino.

Menurut Irene, Mino itu sangat keren dan tampan! Entah kenapa, Irene sang bidadari kampus itu tertarik pada Mino yang jelas-jelas bahkan tidak pernah menunjukkan ketertarikan kepadanya.

Kabarnya sih, Mino ini adalah seorang gay. Tapi, Irene tidak mau percaya. Laki-laki setampan Mino adalah seorang gay? Cih, apakah dunia sudah gila ya, sekarang?!

"Rene, kamu pasti tau kan gosip yang beredar tentang Mino itu bagaimana?"

Irene memutar bolamatanya jengah saat mendengar Seulgi melontarkan pertanyaan.

"Gi, kamu percaya pada rumor murahan seperti itu, ya? Tidak classy sekali sih Kang Seulgi ini. Dasar menyebalkan, kamu harus percaya pada Mino, Gi!" Irene tidak mau kalah.

Seulgi memilih untuk diam, Irene itu keras kepala. Sangat. Akan susah untuk mendebatnya sekarang.

"Kamu tau tidak? Kemarin sore saat aku selesai kelas dengan Pak Siwon, aku bertemu dengan Minooo! Ia menyapaku, Gi! Dia bertanya kenapa aku belum pulang. Lalu, aku jawab sedang menunggumu yang terjebak macet."

Irene mengerucutkan bibirnya kala ia sadar kalau Seulgi tidak memperhatikannya.

"Ugiii! Kamu mendengarkanku tidak, sih?" marah Irene.

Seulgi menoleh, tersenyum kecil melihat Irene yang tampak sangat lucu saat tengah merajuk.

"Huwaaaa dengarkan aku beruaaaang!" Irene memukul-mukul tangan Seulgi.

"Iya, iya aku dengarkan. Lalu, setelah itu dia mengatakan apa lagi?" akhirnya Seulgi memilih untuk memperhatikan, sebelum Irene benar-benar menangis.

"Dengarkan yaaa!"

"Iya, Nyonyaaa!"

Terkekeh, "Saat aku bilang sedang menunggumu, dia tiba-tiba tertawa kencang. Lalu meninggalkanku dan mengatakan selamat bersenang-senang." kata Irene dengan bingung.

Deg!

Seulgi tentu tau dengan sangat ada rumor apa dikampus tentang dirinya dan Irene, sahabatnya.

Kedekatan mereka begitu intens, warga kampus pasti berpikir kalau mereka berpacaran atau semacamnya.

Padahal nyatanya, Seulgi justru menjelma menjadi seorang Kakak yang melindungi Adik cengengnya—meskipun usia Irene lebih tua darinya.

Namun, entah kenapa Seulgi tidak ingin protes mengenai rumor yang pastinya tidak diketahui oleh Irene.

Karena dengan begitu, ia jadi lebih mudah menjaga Irene dari para bajingan diluar sana.

Bagaimanapun juga, orangtua Irene telah menitipkan anak kesayangan mereka kepadanya; sudah tanggung jawab Seulgi untuk menjaga Irene dengan sepenuh hati.

"Gi, kok malah diam saja?"

Seulgi terkejut, berusaha tersadar dari lamunannya.

"Tidak apa-apa."

"Menurutmu Mino itu punya maksud apa ya kemarin?" tanya Irene dengan polosnya.

Seulgi mengernyitkan dahi, "Mungkin dia berpikir kalau kita akan kekuar bersama untuk urusan wanita. Salon, belanja, dan semacamnya. Makanya dia mengatakan selamat bersenang-senang kepadamu." Seulgi menjawil hidung mancung milik Irene.

"Aish, sakit tauk!" Irene mengusap hidungnya.

"Lagian cerewet."

"Biar!"

Seulgi kembali memutar perkataannya barusan. Urusan wanita? Membayangkannya saja Seulgi sudah merasa jijik duluan.

"Gi?"

"Apa lagi, bawel?"

"Aish, dasar menyebalkan."

"Biar!" Seulgi menggoda Irene.

Irene tidak menanggapi godaan Seulgi, jemarinya sibuk meremat lengan Seulgi—menandakan kalau ia tengah gugup sekarang.

"Ada apa?" Seulgi yang paham dengan sikap Irene segera melontarkan tanya.

"Eum... Bagaimana... Bagaimana..."

"Bagaimana apanya?"

"Bagaimana kalau aku menyatakan cintaku kepada Song Mino?"

Seulgi rasanya ingin mati saja.

🌚🌚🌚

Jahat ah aku jahat, wkwkwk 😂

By the way, gais; maaf ya itu covernya gak niat, wkwk :( nanti kalau ada waktu aku buat lagi deh yang lebih bagus.

Terimakasih yang sudah memberikan dukungannyaaa! 😚

-Ra

Writed • SeulReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang