🎧 Ha*Ash ft. Prince Royce - 100 Años
--
Setelah sekitar dua hari yang lalu kembali dari Madrid. Aline dan Kimmich juga tentunya pemain FC Bayern lainnya kembali ke kesibukan masing-masing. Kesibukan akhir mereka menjelang liburan musim panas yang mungkin akan dimulai 2 bulan lagi. Kimmich kembali ke Säbener, sementara Aline kembali ke kantornya yang terletak agak jauh dari tempat Kimmich berlatih.
Hari ini hari pertama Aline kembali bekerja setelah kemarin mengambil cuti untuk menonton Kimmich di Madrid. Dengan cepat, ia berjalan ke arah parkiran, sementara jemarinya masih terus mengutak-atik benda tipis nan pintarnya itu, mencari kontak sang pujaan hati.
"Hai! What's good, babe?" Suara Kimmich dari seberang, memulai percakapan diantara mereka.
"Hey! Uh, i'm good. Lagi dimana, Jo?" Tanya Aline, sebelah tangannya sibuk mencari-cari tali sabuk pengaman mobilnya.
"Selesai latihan. Ini mau balik ke apartemen. Mmh... Miss you..." Ucap Kimmich pelan, tetapi Aline masih bisa mendengarnya.
Aline tersenyum, "Miss ya, too. Aku punya kabar gak baik." Kata Aline cepat.
"Apaan?"
"I can't watch your Bundesliga final. Jam 7 pagi besok juga aku udah harus flight ke Rusia buat observasi untuk pre match. So, I can't watch youuu. I'm so sorry..." Jelas Aline mencebikkan bibirnya, hatinya merasa sedikit kecewa.
Kimmich terdiam. "Oh? It's okay. Yaudah gapapa. Gak masalah kok. I promise u, I will bring back that trophy. Santai aja..." Kekeh Kimmich seketika, mengingat FC Bayern München pastinya akan membawa pulang piala berbentuk piring itu, sebab FC Bayern menduduki peringkat teratas dalam klasemen Bundesliga musim ini.
"Jehh, dasar." Aline tertawa mendengar Kimmich yang masih terkekeh sambil menyalakan mesin mobilnya. "Yaudah. Sana buruan pulang, biar cepet istirahat. Call ya later?"
"Jaaa. Eh, berarti nanti kita ketemunya lagi pas di Rusia dong? Kan kamu berangkatnya malem ini." Tanya Kimmich sedikit terkejut karena menyadari akan bertemu Aline lagi dalam waktu yang lama.
"That's why I said sorry to you, hey." Aline menghembuskan napas ringan.
"Oh, shit..."
Aline terkekeh, "Hei, it's okay. Kita bisa vidcall. Come on lah, Josh."
"Tapi kan bedaaa..." Rajuk Kimmich sok imut.
"Hidih... samain aja. Udah kan? Mau pulang nih, pengen packing."
"Yaaa. Safe flight, schatzi." Ucap Kimmich tersenyum.
'Tut..' Sambungan telepon pun diputus secara sepihak dari Kimmich.
"Anjir, woy! Belom bilang iya apa kek, udah diputus aja. Untung sayang." Tawa Aline meledak sendiri. Selalu seperti itu, gak lucu tapi suara tawanya sangat keras. Yaudahlah.
⚽⚽⚽
"Dap." Panggil Kimmich ke Alaba yang berjalan di depannya, sibuk dengan smartphonenya. Mereka berdua sedang berjalan beriringan kesana kemari dan ter-eh salah, mereka berdua sedang berjalan menuju parkiran mobil setelah selesai latihan.
"Apasi buset!" Jahh, bocah ngegas.
"Aih, ngegas mulu lu." Protes Kimmich.
"Lagian, dari ruang ganti Dap Dep Dap Dep mulu, tapi kagaa dilanjut-lanjut. Sebel gue dengernya." Cerucut Alaba.
Kimmich tertawa lalu berlari ke arah mobilnya. "Gue duluan yaa, bye sayang..." Teriak Kimmich masih dengan tawanya menginjak gas mobil Audi hitam miliknya, menyusuri jalan besar yang sepi itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/151541723-288-k136715.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KIMMICHED
Fiksi PenggemarBergelut di bidang sepakbola dan mencintai sepakbola, tapi tak pernah percaya dengan cinta dari pesepakbola itu sendiri. Nyatanya, Aline telah terkena virus cinta dari Joshua Kimmich. Berbagai permasalahan terus saja menyerang benteng percintaan m...