SATU

56.8K 1.3K 22
                                    

Ariana POV

Aku tidak pernah berpikir akan di beri kesempatan untuk mengenal seorang yang membuat duniaku jungkir balik dengan keras. Mario Alexander Batmajaya adalah sahabat masa kecilku. Kami bersekolah dari level Nursery hingga secondary di sekolah yang sama. Kakekku adalah orang kepercayaan Kakeknya dan ayahku adalah orang kepercayaan ayahnya. Ibunya yang sangat cantik, Diana Santoyo Batmajaya yang biasa kusapa tante sangat memanjakanku. Ibuku,Teressa adalah sahabat baik ibunya sejak dari level secondary. Kami tumbuh bersama meski dia 5 tahun lebih tua dariku. Aku tidak pernah heran bagaimana dari dulu saat aku masih di level Primary 1 dan dirinya di Primary 6, dia sudah sangat terkenal dan digilai oleh banyak wanita. Dengan wajah yang tampan dan rupawan, senyum menawan, tubuh tinggi atletis, ditambah dia adalah Pangeran pertama Batmajaya. Di akademik pun dia menonjol. Aku menyadari aku menyukainya sejak di secondary low level (Grade 7) dan dia berada di secondary high level (Grade 11). Karena kepandaianku selama bersekolah, aku melewati dua tahun percepatan. Ayah dan Ibunya sangat melindunginya terutama saat pergaulan disekolahnya. Meski dia dikelilingi banyak wanita cantik dan popular, tak satupun pernah menyentuhnya secara langsung. Mario tumbuh menjadi anak yang dingin dan kejam. Setiap selesai bersekolah, Diana akan memanggilku kerumahnya untuk bermain bersama Mario, Nick dan Chloe. Aku tumbuh menjadi sahabat baik Chloe meski Chloe berada 2 tahun kelas dibawahku. Mario mulai mendekati saat aku menginjak 14 tahun (Grade 10) dan dia berada di University (19 tahun). Aku berpikir dia tulus mendekatiku karena menyukaiku. Aku menyadari aku mencintainya dan dialah cinta pertamaku. Kami bahkan melakukan seks pertama kami di rumahnya kala itu. Pada saat itu baik Mario dan aku masih sama-sama virgin. Aku merasa sangat bahagia akulah orang pertamanya dan dialah orang pertama bagiku. Semua itu sirna saat teman-teman secondary nya datang kerumahnya waktu itu untuk perayaan kembalinya Mario ke Cambridge University.

"Jadi serius kamu uda tidur sama Ariana?" kudengar Juan berkata kemudian. Mereka sedang duduk ditaman belakang dan aku bermaksud mengantarkan minuman tambahan untuk mereka. Aku berhenti di balik tembok dan mendengarkan mereka.

"Sudah." Jawab Mario.

"Mantap. Jadi taruhannya berlaku bro?" kata Ben dengan nada tertawa.

"Pastinya. 50 juta kan?" kata Ronny.

"Jadi perjaka aku juga seharga 50 juta?" Mario tertawa.

"Aku, Ben sama Ronny masing-masing 50 juta." Tambah Juan. Mendengar itu hatiku teriris, aku sudah tulus mencintai Mario dan dia hanya mempermainkanku. Tanpa sadar botol ditangan kuterjatuh dan mengagetkan mereka semuanya. Mereka menoleh kearahku dengan tatapan kaget. Mario memasang tampang dinginnya.

"Sejak kapan kamu nguping?!" desisnya. Aku tidak mampu berkata dan perlahan airmataku mengalir keluar.

"Well...Ariana... kamu dengar semua yang kami bicarakan?" Tanya Ben bangkit menghampiriku dengan wajah kikuk. Dengan gemetar aku mengangguk pelan.

"Itu tidak ada artinya, Oke? Jangan memberi tahu ayah ibuku mengenai ini. Dari awal kita tidak ada hubungan apa-apa. Ayahmu adalah bawahan ayahku, aku tidak ingin menghancurkan harapan keluargaku." Mario bangkit dan berdiri menjulang dihadapanku. Meski aku memiliki tinggi 170 cm,aku masih terlihat kecil dihadapannya. "Jangan terlalu besar kepala mengharapkan apapun. Kita tidak berada di level yang sama." Mendengar itu airmataku perlahan semakin deras. Juan, Ben dan Ronny hanya menatapku dengan pandangan tidak enak hati. Mario berlalu dari hadapanku dengan angkuh.

"Ariana..." panggil Juan lembut. "Kami..."

"Kalian bertiga kemari!" suara Mario menggelegar memanggil 3 sahabatnya. Mereka langsung berdiri dan melewatiku dengan pandangan simpatik.

Sejak dari itu aku bersusah payah bangkit dari rasa trauma. Disamping trauma terhadap hubungan seksku yang menyebabkan nyeri diarea kewanitaanku selama 7 hari, aku harus berjuang melawannya sendirian. Aku mengurung diri dikamar dan tidak pernah lagi menginjakkan kakiku dirumah Mario. Chloe berulangkali datang menjengukku. Tidak ada satupun yang mengetahui kenapa aku seperti ini. Ibuku berulang kali mencoba membawaku di dokter spesialis tetapi selalu kutolak. Disekolah kami masih bertemu, dan Mario tidak mempedulikanku sama sekali. Semenjak itu aku mendengar Mario mulai tidur dengan banyak wanita baik di Indonesia maupun di tempatnya berkuliah. Aku mendapat beasiswa secondary level di New York dan melanjutkan study ku di Harvard University dengan full beasiswa. Dari awal mendengar pengumuman itu, aku memutuskan untuk menerimanya. Selama berkuliah di Harvard, aku tidak pernah ingin pulang di Indonesia sehingga ayah dan ibuku lah yang menjenggukku disana. Tanpa sepengetahuan ayah ibuku, aku menjalani terapi psikis selama 2 tahun lamanya. Beruntung aku bertemu dengan Leo, salah satu psikiater yang membantuku berjuang melawan traumaku. Ayah Leo adalah orang Amerika sedangkan Ibunya Indonesia – Belanda. Usia kami terpaut 7 tahun. Aku mendapatkan gelar bachelor ku di usia 19 tahun di jurusan bisnis dan memutuskan melanjutkan master di bidang manajemen dengan beasiswa di universitas yang sama hingga usia 21 tahun. Sambil berkuliah aku mencoba membuka bisnisku di bidang fashion dan berkembang dengan pesat.

Ariana (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang