DUA

41K 1.1K 21
                                    

Mario POV

Aku bangkit dari tidurku, kepalaku sakit sekali. Aku menghampiri dapur dan berhadapan dengan ibuku yang sedang meletakkan lauk dipiring

"Ada aspirin, Ma?"

"Kamu sakit?" Tanya ibuku kuatir. Aku mengangguk. Disentuhnya keningku pelan. Kemudian menuju kotak obat dan menyerahkanku sebutir. Kuminum dengan cepat. "Istirahatlah. Nanti malam Tess dan Jim akan makan malam bersama kita. Ariana juga akan datang. Kamu tidak harus hadir."

"Aku akan datang." Jawabku cepat. Mendengar nama Ariana membuatku semangat. Ibuku memandangku kaget. "Kamu tidak harus memaksakan diri."

"Aku akan datang, Ma." kataku lagi.

"Kamu sibuk." Balas ibuku.

"Tidak. Aku tidak sibuk. Sudah lama juga aku tidak bertemu tante Tess." Ibuku memandang menyelidik tetapi kemudian tersenyum kecil mengangguk. Ayahku muncul dan segera mengecup bibir ibuku dalam. Aku berdiri 3 langkah dari mereka dengan dahi berkerut. "Tau kah kalian aku masih disini?" kataku kemudian. Ayahku hanya tersenyum lebar dan mengecup bibir Ibuku kembali. Aku berlalu dari hadapan kedua orangtuaku. Aku kembali berbaring ditempat tidur. Aku menyuruh Xander untuk membawa semua berkas-berkas kantor kerumah semenjak aku berniat untuk beristirahat seharian ini.

Sudah satu tahun aku belum pernah absen di kantor. Kulangkahkan kakiku menuju kamar, Nick mengintip kedalam kamarku. "Kudengar kamu sakit?"

Aku menarik selimutku semakin tinggi. "Ehm" jawabku singkat.

"Mau aku periksa?" katanya.

Aku menggeleng, "Aku hanya merasa sakit kepala. Ibu sudah memberiku aspirin tadi."

"Beritahu aku jika sudah lebih 3 hari sakitnya tidak hilang."

"Ehm." Balasku lemah. "Thanks." Aku masih menutup mataku. "Hey. Kamu masih mengingat Ariana?" tanyaku kemudian.

Nick yang akan keluar kamarku terhenti. "Ari? Anak om Jim?"

"Ya. Kamu ada fotonya?" tanyaku.

"Aku tidak memilikinya. Mungkin Mama punya."

"Ah. Okay." Kataku lemah.

"Aneh. Kenapa menanyakannya?"

"Aku tiba-tiba mengingat aja." Kilahku.

"Mama pernah menjodohkanmu dengannya dulu. Aku rasa Tante Teressa menyetujuinya." Mendengar kata Nick, tubuhku reflex bangkit.

"Darimana kamu tau?"

"Aku mendengarnya waktu Mama mengobrol dengan tante Teressa. Saat itu Ari masih di secondary level."

Aku merenung mendengar penjelasan Nick, "Tetapi Mama tidak pernah menyinggung itu. Aku di usia menikah sekarang."

"Jadi kamu ingin menikah sekarang?" Nick tersenyum kecil. "Oh come on. Kamu anti menikah. Kamu ga bisa bertahan pada satu wanita." Nick keluar dari kamarku dengan tawa lebar.

Malam harinya aku sudah bersiap. Kukenakan kemeja biru tuaku dengan jeans putih. Aku berusaha keras tampil baik malam ini. Aku bercermin dan tertawa kecil, baru kali ini aku berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin dihadapan seorang wanita. Biasanya mereka yang berusaha membuatku terkesan bukan sebaliknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ariana (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang