"Meza!"
Uca berjalan menghampiri Meza yang berada beberapa meter di depannya. Setelah sampai, mereka berjalan beriringan menuju kelas.
"Tumben, Ca. Dateng pagi." Kata Meza membuka pembicaraan.
"Aku dateng pagi ada alasannya kali, " jawab Uca. "Mau tahu untuk apa?" lanjutnya.
"Apa emang?" Tanya Meza bingung. Tapi sedetik kemudian, dia sadar akan sesuatu. "Tunggu, tunggu. Aku tahu," jedanya sebelum melanjutkan, "Kau belum ngerjain PR Matematika, kan?"
"Hehehe. Kok tahu, sih?" balas Uca sambil cengar-cengir gak jelas.
"Iyalah. Aku gitu loh." kata Meza sambil membanggakan diri sendiri. "Tapi maaf. Aku gak bisa nyontekin kamu," lanjutnya.
"Yaah, Meza. Ayolah! Kali iniii, aja." kata Uca sambil senyum dimanis-maniskan agar Meza mau mencontekinya.
"PR Matematika yang minggu kemarin bilang gitu. Yang kemarinnya lagi juga gitu. Yang kemarin-kemarinnya lagi juga gitu."
Jleb! Jleb! Jleb!
Uca seperti tertohok kenyataan yang menyakitkan.
"Kali ini terakhir deh. Janji!" Ucap Uca masih mencoba meyakinkan Meza.
"Enggak! Kamu nyontek anak lain aja sana!" Ucap Meza sambil memasuki pintu kelas. Rupanya tanpa disadari, mereka sudah sampai di kelas mereka, kelas XII IPS-4.
Uca manyun melihat rayuannya yang sia-sia. Masalahnya, Uca itu sangat tidak suka dengan yang namanya 'Matematika'. Jadi, jika jam mata pelajaran Matematika jamkos, itu kenikmatan yang hqq tersendiri bagi Uca.
Namun, kemarahan Uca hanya berlangsung singkat saat dilihatnya Kaka memasuki kelas. Dia menjadi sangat antusias untuk mencontek PR Kaka. Karena pasalnya, Kaka adalah ketua kelas dan menjadi murid rangking 1 di kelasnya.
"Kakaaa!" Kata Uca sambil menghampiri Kaka.
"Apa?" Tanya Kaka yang hendak duduk di kursinya. "Nyontek PR Matematika?" lanjutnya terlebih dahulu sebelum Uca sempat membuka mulut.
"Hehe. Kamu tahu aja." Balas Uca dengan senyuman.
"Nih." Kata Kaka sambil memberikan buku tulis Matematika-nya.
"Makasih, Kaka. Kamu emang gan-"
"Gausah sok muji. Udah cepet tulis! Tapi jangan disalin persis!" Potong Kaka dan hanya ditanggapi cengengesan oleh Uca.
Setelah mendapatkan buku dari Kaka, Uca pun duduk di kursinya. Dan dia mengeluarkan buku tulis Matematika-nya serta alat tulis lainnya, dan mulai mencatat.
Saat membuka halaman pertama PR Matematika di buku Kaka, matanya terbelalak. Tak kuasa dengan apa yang dilihatnya. Coretan disana-sini. Dan membuat Uca menelan ludah.
___
Perkenalan Tokoh
*
Nama: Dika Arif Ahmad
Panggilan: Kaka
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 18 tahun
Tanggal Lahir: 15 Oktober
Status: Jomblo ngenes...
Hallo!
Maaf ya, ceritanya pendek. Hehehe ^^"
...
|13 September 2018|
KAMU SEDANG MEMBACA
AuclAdya
Fiksi RemajaAucladya Amanda Azra. Seorang gadis yang mengetahui persis apa itu cinta. Dia sangat tahu. Tapi, dia tak tahu cara menunjukkannya. Hingga membuatnya hanya diam. "Berdiam diri lebih baik daripada melakukan kesalahan." Itulah motto hidupnya. Dia sudah...