About My Feeling

4 0 0
                                    


Waktu itu cepet banget ya rasanya berlalu, kalo udah ngomongin tentang waktu itu terkadang membuat gue jadi berpikir hal "apa aja sih yang udah gue laluin kemarin?" kalo pemikiran atas pertanyaan itu muncul untuk diri gue, udah pasti gue akan merenung, ibaratnya seperti mereview pelajaran atau materi yang udah di dapetin saat didalem sebuah kelas. Ada beberapa hal sekiranya yang sudah terjadi selama bulan Agustus kemarin, yang bikin gue merenung dahsyat, dimulai dari gue yang sangat memberanikan diri dateng kesebuah acara pesta pernikahan temen gue dan berhubung dia juga kenal sama mantan gue jadi, gue beresiko bertemu dengan sang mantan,. Sebenernya gak ada hal yang sangat spesial dari hal tersebut, tetapi gue merasa diri gue bisa banget senekad itu dateng ke acara yang berdampak mempertemukan gue dengan masa lalu gue. Meskipun pada akhirnya gue gak bertemu dengan dia, padahal Cuma beda beberapa menit, bahkan mungkin detik perbedaan waktu gue sama dia dateng ke acara wedding itu. Padalah gue sudah menyiapkan mental jikalau bertemu dengannya.

Entah, seperti itu aja membuat gue merenung, bukan merenung terus berpikir karena kecewa gak ketemu dengan si mantan, bukan, tapi lebih kepada perasaan gue yang merasa bertanya, karena pada awalnya rasa males, rasa takut untuk ketemu sama si mantan itu ada didalam lubuk hati gue, tapi karena gue deket banget sama temen gue yang nikah ini, masa gue gak dateng demi keegoisan gue semata, supaya apa? Gak ketemu mantan! Ya ampun Drama banget sih kalo dipikir-pikir, tapi begitulah adanya. Dan dari kejadian itu gue belajar bahwa, ketakutan atau kekahawatiran kita bertemu dengan masalalu a.k.a mantan kekasih itu hanyalah perasaan yang sungguh kekanakan, kenapa? Karena ternyata hal apapun yang berbau masalalu atau suatu hal yang membuat kita takut untuk bertemu itu gak baik buat diri kita sendiri, malah terkesan seperti seseorang yang tidak bisa bijaksana dalam menyikapi keadaan yang sekarang. Gue bukan bermaksud menggurui atau mengejudge orang manapun yang tidak mau menerima bahkan mungkin mengelak untuk mengakui tentang masalalunya bersama seseorang, itu haknya mereka dan jika itu sudah menjadi keputusannya yasudah tidak perlu di permasalahkan. Gue Cuma mau membahas persepektif tentang diri gue aja kok di tulisan ini, kalau bermanfaat ambil kalau tidak, ya dibaca saja terimaksih. Lanjut mengenai masa lalu, kadang memang hal ini tidak terlalu suka untuk dibahas bagi sebagaian orang, termasuk gue sebenernya.

Dulu gue beranggapan masa lalu ya Cuma masa lampau yang tidak perlu di bahas lagi karena kita sudah hidup dimasa depan, yang sebaiknya kita renungkan adalah kehidupan kita dimasa yang akan datang, gak perlu tuh ngungkit-ngungkit masa lalu, apa lagi untuk bertemu seseorang yang pernah ada didalam masa lalu kita. Tapi ternyata gue salah, tentang pandangan tersebut, justru dengan adanya masa lalu diri ini jadi belajar untuk tidak melakukan kesalan yang sama, diri ini jadi tau mana yang baik atau mana yang buruk, diri ini gak mungkin menjadi diri yang sekarang tanpa adanya masa lalu. Memang masa lalu itu tidak semuanya mengandung hal yang patut buat dikenang, tapi justru kalau kepahitan itu tidak ada, kita gak akan pernah belajar untuk mencari cara membuatnya menjadi suatuhal yang manis atau disyukuri keberadaaanya. Ibarat kopi, kopi itu rasa aslinya pahit bukan?, pasti ada cara untuk menikmati kopi tersebut untuk menjadi kopi yang bukan hanya manis, tapi enak untuk dinikmati. Mau dihindari seperti apapun masalalu itu hal yang sudah terjadi, sekarang tinggal balik lagi ke diri sendiri, mau menerimanya dengan cara yang seperti apa?. Itu yang menjadi esensi gue saat ini dalam memandang masalalu. Pemikiran itu yang membuat gue akhirnya memberanikan diri untuk dateng kesebuah acara yang berdampak akan mempertemukan gue dengan si masalalu itu.

Kalau tadi merenung tentang masa lalu sekarang yang membuat gue merenung adalah tentang masa depan, biar komplit seperti nasi goreng pake telor. Seperti yang udah pernah gue ceritakan di tulisan sebelumnya gue saat ini adalah Mahasiswa yang sudah masuk tahap semester akhir, yang insha Allah tahun depan sudah wisuda, kebayang dong gue akan membahas apa?. Yup, perenungan gue itu tentang, setelah wisuda gue mau kemana, menjadi apa, dan mau melakukan apa? Hal itu adalah hal yang sangat lumrah bagi sebagian Mahasiswa tingkat akhir. Sebenernya gue lagi berperoses menjadi jurnalis karena beberapa waktu lalu, tepatnya di sekitar akhir bulan Agustus gue mengikuti pelatihan Jurnalistik, yang alhamdulillah dari pelatihan itu gue akan mendapatkan kartu pers pertama gue, tapi sayangnya belum jadi sampai sekarang, entah kapan, gue hanya dapat menunggunya dengan sabar. Terus, saat ini selain menjadi Mahasiswa, gue juga sedang merintis usaha kecil-kecilan sama salah satu temen deket gue di kampus, kita itu bikin usaha kripik singkong namanya Enak Singkong di follow deh ignya @enaksingkong, yang sudah berjalan selama 6 bulan, alhamdulillah hasilnya bisa buat jajan dan ngerjain tugas kampus hehehe.... sebelum-sebelumnya gue sempet galau, bertanya terus sama diri sendiri, "gue mau ngapain ya, setelah lulus?" gue memang punya impian dan cita-cita tapi itu semua selalu gue jalanin dengan kepasrahan aja, tergantung Allah mau mengarahkannya kemana. Kenapa gue bisa punya pemikiran seperti itu?, karena gue belajar dari pengalaman yang dulu, gue punya impian atau punya suatu rencana untuk mewujudkan impian gue itu, sudah gue rencanain, sampe sedetail apapun tetep aja manusia itu hanya punya rencana tetapi Tuhan yang menentukan, itu bener banget, maka dari itu gue gak begitu terlalu lagi mempunyai ekspetasi yang tinggi untuk berencana, buktinya gue ketika dihadapkan hal yang terkesan mendadak atau tanpa direncanakan bisa-bisa aja jalaninnya, malahan gue bingung justru suatu hal yang butuh keputusan cepat itu malah menjadi hal yang bisa membuat gue bertahan, dan menjalaninya itu penuh dengan rasa bersyukur. Terkadang kita memang di buat bingung dulu sama Tuhan, di buat bertanya-tanya, bahkan sampai dibuat menangis atau mengeluh. Dan ketika kita sudah menemukan jawabannya, kita baru tau apa maksud dari Tuhan membuat kita menjadi seperti sekarang, membuat kita menjalani hal yang awalnya tidak kita rencanakan.

Berawal dari pemikiran itulah gue bangkit, untuk tidak terlalu menghawatirkan masa depan gue, gue jadi punya jawaban bahwa masa depan itu sebenarnya tidak punya kepastian yang mutlak, karena kita tidak pernah tau kedepannya akan seperti apa, mau menjadi apa?, akankah rencana-rencana yang sudah tersusun itu terwujud atau tidak, kita tidak pernah tau , bahkan mungkin tidak harus terlalu dipikirkan. Yang harusnya kita pikirkan adalah hari kini kita, hari saat ini dimana kita benar-benar hidup, hari dimana semuanya itu terliat pasti, jadi jalanin aja apa yang saat ini di jalainin. Bener dari omongan seseorang yang mengatakan, bahwa yang menentukan kita kelak dimasa depan kita itu ya, masa sekarang, masa dimana kita saat ini hidup dan bisa melalukan apapun yang kita bisa lakukan. Kalau saat ini kita menanam kebaikan akan kebaikan pula yang kita dapat, kalau kita menanam keburukan ya keburukan juga yang kita dapatkan. Hidup ini penuh banyak kejutan di setiap detiknya, maka nikmati saja prosesnya, dan terus berusaha serta berdoa, semoga dimasa kita hidup kini dari kebaikan yang kita lakukan, bisa membawa kebaikan-kebaikan pula dimasa yang akan datang , amin. Jadi kesimpulanya, masalalu ada bukan untuk di takuti atau dihidari, begitupun dengan masa depan. Masa lalu dan Masa Depan adalah dua hal yang berbeda namun sama, sama-sama akan kita alami. Yang paling terpenting adalah masa kini, masa yang akan menjadi akhir dan menjadi awal atas kehidupan, begitu seterusnya. Terimakasih ya sudah sempat membaca, maaf bila ada format penulisan yang salah saya hanya manusia biasa yang masi terus belajar, dan beritahu jika saya salah. Salam.

Coffe BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang