~3~

21 3 0
                                    

"Hey, berhentilah kamu sudah hampir setengah jam mondar mandir seperti itu." Kata Rachel

"Aku harus bagaimana, aku takut dengan mereka. Bagaimana jika sebelum aku mengumpulkan 100 kebaikan atau 5 kebaikan besar itu aku sudah mati terbunuh." Kata Nala panik sambil mondar mandir dan menjambaki rambutnya pelan.

"Bagaimana kalau kita bawa dia pada kakek Paul, aku kasian melihatnya." Kata Arnolf pada kedua temannya berbisik - bisik, tetapi Nala masih bisa mendengarnya bicara.

ketiga mahluk gaib itu menggandeng tangan Nala, mulut mereka bertiga berkomat kamit entah mengatakan apa, tiba - tiba muncul pusaran cahaya dan ketiga mahluk itu menyeret Nala ke dalamnya.

"GEDEBUG!!!!"

ketiga mahluk itu mendarat dengan mulus, sedangkan Nala dia berteriak - teriak dengan posisi tubuhnya yang terbalik karena kakinya menyangkut di atas dahan pohon. Reflek mereka langsung datang dan menurunkan Nala dari dahan pohon itu. Setelah Nala turun dia mengeluarkan isi perutnya begitu saja, karena perjalanannya yang penuh dengan putaran dan guncangan.

"Ih, jorok." Kata Rachel dengan wajah alay yang membuat Nala semakin ingin muntah.

"Hustt, biarkan dia menyelesaikan muntahnya dulu." Kata Arnolf membela Nala.

Setelah Nala selesai dengan muntahnya, mereka kembali menggandeng tangan Nala menuju suatu tempat yang pastinya Nala belum tau itu di mana. Nala hanya bisa diam tanpa protes dan tanpa bertanya karena keadaannya yang lemas setelah muntah tadi. Setelah sampai disalah satu rumah Gerry mengetuk pintu sambil mengucapkan nama yang tidak terdengar begitu jelas karena Nala terlebih dahulu pingsan di tempat.

"Apakah dia sudah bangun ?" Sayup - sayup mulai terdengar di telinga Nala.

"Kamu sih dibilang jangan ambil jalan yang itu."

"Kok kamu nyalahin aku."

"Rasain ini." Kata Rachel sambil melempar sebuah benda ke Arnolf dan sialnya benda itu malah mengenai Nala lagi dan dia kemudian tak sadarkan diri lagi saat itu juga.

"Wah - wah, si putri tidur, tidur lagi nih." Kata Rachel yang menghilang dan mendapatkan teriakan dari kedua temannya.

"Aku di mana ? Kalian siapa ? Kalian apa ?" Kata Nala dengan nada yang sok imut setelah bangun dari tidurnya,, ( eh pingsannya maksudku).

"Ni bocah boleh aku lempar lagi gak pake sandal?" Kata Gerry dengan wajah datar dan sedikit menahan jengkel yang dibuat - buat.

"Eh Gerry kamu itu dari dulu gak pernah pake sandal, jangankan pake mau beli aja gak ada yang muat sama ukuran kaki kamu." Kata Arnolf dengan wajah sok polosnya.

"Eh iya lupa." Kata Gerry sambil menepuk jidatnya.

"Halo Nala apa kabar ? Masih sakit kepalanya ?" Kata Rachel yang tiba - tiba datang.

"Chel, jidat aku nambah lebar." Kata Nala sambil mengelus - elus jidatnya.

"Hehehe, iya maaf lah La, salah sasaran." Kata Rachel sambil nyengir kuda.

"Ini di mana?"

"Di rumah kakek Paul." Jawab Rachel singkat.

Nala hanya mampu terdiam sambil mengangkat kedua alisnya dan bertanya dalam hati.

"Tumben diem aja biasanya cerewet banget." Kata Gerry membuyarkan lamunan Nala.

"Hah?" Nala yang tidak fokus hanya ber hah ria saat itu.

"Santai, nanti kakek Paul juga dateng." Kata Arnolf kemudian.

Tiba - tiba terdengar suara pintu terbuka.

"Kakek ada yang ingin bertemu dengan anda." Kata Rachel sopan.

"Owh iya, aku sudah tau. Di mana dia sekarang ?" Tanya kakek Paul.

"Dia di sana kek." Kata Gerry.

Langkah kaki laki - laki tua itu semakin dekat, degup jantung Nala juga semakin cepat.

"Oh, di situ kamu rupanya."

"Astaga dia menemukan.ku bawa aku pulang sekarang." Pekik Nala dalam hati (dan itu percumah karena tidak akan ada yang mendengar suara hati Nala).

"Kakek dia di sana kek, berbaring di atas kursi."

Reflek Nala langsung melihat ke arah kakek - kakek yang bernama Paul itu. Nala menahan tawanya yang hampir meledak karena melihat kakek itu yang sedang menyapa ke arah patung yang ada di rumahnya.

"Duh, maaf kakek sedang gagal fokus."

"Kakek mah gak gagal fokus emang rabun aja yang mulai jalan." Kata Rechel lemah agar kakek Paul tidak mendengar apa yang dia katakan.

"Aku masih mendengar itu Rachel."

"Maaf kek, Rachel bercanda." Kata  Rachel yang berada di samping Nala.

"Kakek lelepin kamu lama - lama ke bak mandi." Ancam kakek Paul.

"Ampun kek, kelelep nanti Rachelnya." Kata Rachel memelas.

Kakek Paul berjalan menghampiri Nala yang terbaring di kursi ruang tamu.

"Kamu sudah sehat ?" Tanya kakek Oaul.

"Sudah kek." Jawab Nala dengan nada lemas.

"Apa yang membawamu ke sini cucuku?"

"Dia terus saja panik kek, entah kenapa aku tidak tau."

"Jangan panik Nala, kami ada bersamamu jangan takut." kata kakek Paul sambil mengelus kepala Nala perlahan.

"Kek, inget umur kek, inget umur." Kata Rachel mengingatkan.

"Rachel, sekali lagi kamu menyela, kakek tendang kamu sampai Arab." Kata kakek Paul lagi.

"Alhamdulillah, kalo gitu, bisa ketemu pangeran Arab yang gans itu." Jawab Rachel dengan wajah berbinar.

"Rachel !!!" Kata kedua temannya bersamaan.

"Iya deh iya maapin Rachel yang cantik ini."

"Muntah boleh?" Tanya Arnolf yang ternyata sudah didahului oleh muntahnya Gerry.

"Aku takut kek, aku takut aku gak akan selamat sebelum aku bisa mengumpulkan 100 kebaikan itu." Kata Nala hampir menangis.

"Hey, jangan menangis, ada kakek yang akan membentumu, ada mereka juga yang akan menjagamu." Kata kakek Paul menenangkan.


-------------------

Dengan Mereka Di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang