~4~

18 3 0
                                    

Nala terbangun di kamar penginapannya setelah perjalanan penuh guncangan dan putarannya kemarin siang.

"Kak ayo bangun, jangan sampek adek gagal jalan - jalan lagi."

"Iya - iya ini udah melek."

"Ya udah, kakak habis mandi langsung ke ruang tamu ya dah ditungguin di sana."

Aku masuk ke kamar mandi bermaksud untuk mandi, tetapi ada suara yang menahanku dan aku yakin itu suara Rachel.

"Jangan pergi Nala, perasaanku tidak enak tentang ini."

"Tapi adekku mengajakku."

"Tinggallah di rumah kami akan menemanimu."

"Memangnya kenapa, aku juga suntuk di sini, bosan."

"Dengarkan apa kataku Nala perasaanku tidak enak."

"Sudahlah aku mau mandi."

"Na..." Perkataan Rachel terpotong karena Nala yang pergi begitu saja.

"Tenang lah Nala walaupun kamu tidak mau menurut kami akan tetap bersamamu." Guman Rachel lirih.

Setelah Nala selesai mandi dia memakai celana jeans berwarna navy dengan atasan baju hitam dengan bagian putih transparan di bagian dada atasnya. Penampilannya juga sangat cantik dengan lip balm warna pink  yang menghiasi bibir mungilnya, setelah selesai dengan dandannya dia  bergegas untuk menemui kedua orang tuanya.

"Udah kak?" Tanya Katrina.

"Udah mah."

"Ya udah, ayo berangkat sekarang."

Perjalanan berlangsung cukup lancar, tetapi tidak hanya mereka berempat yang ada di dalam mobil itu, tetapi ketiga teman ajaib Nala juga ikut serta di dalamnya, hanya untuk jaga - jaga katanya. Setelah sampai disalah satu objek wisata di Jawa Timur kami mulai berjalan - jalan, tapi entah mengapa aku merasakan ada yang mengintaiku dari tadi.

"Nala fokus saja, anggap tidak ada yang mengintaimu, tenang kami bersamamu." Kata Rachel seakan bisa membaca kata hati Nala.

Nala hanya mengangguk sebab jika dia menjawab dia takut disangka orang gila karena hanya Nala yang bisa melihat ketiga temannya itu.
Semakin lama Nala semakin tidak tenang, dia berkali - kali diingatkan ketiga temannya, tetapi hati Nala semakin tidak tenang.

"Mah, pulang yuk." Ajak Nala

"Kenapa?"

"Nala pusing mah."

"Dek, ayo pulang yuk, dah lamakan, kasian kakak kamu pusing katanya."

"Ah, kakak mah gitu."

"Udah - udah ayo pulang.  Ayo pah!" Kata Katrina kemudian

Nala memang selalu acuh akan mahluk - mahluk yang ada di sekitarnya saat berjalan ke parkiran, tetapi ada satu hal aneh yang sangat ngganjal. Nala melihat seorang mahluk yang lain dari yang lain, ya memang benar banyak mahluk aneh tapi mahluk ini sangat berbeda, dia lebih memilih diam dan bersembunyi seperti mengintai, tubuhnya besar dan berwarna hijau, mungkin jika versi jawa mirip buto ijo, hanya saja dia tidak memiliki taring dan bertubuh besar, tetapi malah seperti "ogeer" yang berada film disney  berjudul "Shark" kalau tidak salah. Nala bergidik ngeri saat melihat mahluk itu, tetapi dia juga penasaran karena mahluk itu juga seperti mengintainya dari tadi. Walaupun dia tidak tau siapa yang mengintainya tapi dia beranggapan bahwa mahluk itu juga yang mengintainya sejak tadi.

Setelah sampai di penginapan dia langsung bergegas ke kamarnya diikuti ketiga temannya yang tidak bisa dilihat manusia biasa itu.

"Dia itu siapa ?" Tanya Nala setelah menutup pintu kamarnya.

"Dia,,,"

"Siapa?"

"Dia itu mata - mata yang disuruh oleh pangeran Harry untuk memata mataimu, dia juga yang akan bilang jika kalau kamu membocorkan keberadaan dan bagaimana cara berinteraksi dengan kita mahluk - mahluk fantasi."

"Pangeran Harry ?"

"Pangeran penguasa dunia fantasi." Lanjut Gerry.

"Dia juga yang mengancam keselamatanmu." Tambah Arnolf.

Lagi dan lagi Nala hanya bisa meratapi nasib buruknya ini.

-----------------------------------------------------------------

"Pangeran Harry sudah mulai menyuruh Steven untuk memata matai Nala kek."

"Terus jaga Nala, jangan biarkan Steven, Kean, dan Jerry mendekati Nala."

"Urusan pangeran Harry biar kakek yang atur."

"Baik kek."

Perundingan yang cukup serius mengenai masalah Nala sedang dilakukan sekarang, tetapi ketika sedang berunding tiba - tiba pintu rumah Paul Iskandar diketuk, dan ketika di buka...

"Paul Iskandar, kau dipanggil pangeran Harry untuk menghadap beliau."

"Baiklah, kalian bertiga jaga rumah baik - baik." Kata Paul.

Setelah kakek Paul pergi bersama pengawal kerajaan untuk menuju ke istana, ketika oger berbincang dengan ketiga mahluk ajaib teman Nala.

"Hai cantik apa kabar ?" Kata Steven sambil menyentuh dagu kecil Rachel.

"Tolong jaga baik - baik tanganmu itu." Ancam Arnolf.

"Ada kepentingan apa lagi kalian di sini ? Silahkan pergi kalau sudah tidak ada kepentingan." Kata Rachel dengan judesnya.

" Aku hanya ingin bilang, jauhi anak manusia itu, biarkan dia urusanku. Maka selesai sudah tugas kalian." Kata Jerry dengan gamblang.

"Tidak akan, kami akan tetap menjaga dia." Kata Gerry tak kalas tegas.

"Baiklah kalau begitu, kita lihat siapa yang akan menang." Kata Steven yang kemudian berlalu pergi dari rumah Paul Iskandar.

-----------------------------------------------------------------

"Anda memanggil hamba tuan ?" Kata Paul Iskandar yang datang menghadap pangeran Harry.

"Langsung pada intinya, bagaimana anak manusia itu ?" Kata pangeran Harry dengan wibawanya.

"Ketiga bawahan saya masih terus membimbingnya dan menjaga dia tuan."

"Apakah kamu sudah pasti bahwa dia tidak akan membocorkan?"

"Yakin 100% tuan."

"Sementara ini Steven masih saya tugaskan untuk mengintai dia, jika sekali dia melakukan kesalahan atau membocorkan rahasia kita. Maka anak manusia, ketiga anak buahmu termasuk kau, tidak akan selamat."

"Baik tuan."

"Sekarang kamu boleh pergi."

Untuk menghormati  pangeran Harry, Paul Iskandar melangkah mundur sambil membungkukkzan badannya dan  keluar dari ruangan.

-----------------------------------------------------------------

"Kita akan susah untuk menghabisi anak manusia itu jika mereka terus bersamanya."

"Tenang, kita habisi selagi mereka lengah."

Ketika oger itu tersenyum licik entah apa yang mereka pikirkan setelah Steven mengatakan itu barusan.

Dengan Mereka Di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang