CHAPTER 5 [Problem Solving]

33 5 0
                                    

“Aku pulang…”Ucapku sembari masuk kedalam rumah dan seperti biasa kulihat Liya sedang berbaring diatas sofa dan membaca sebuah majalah.

“Oh kau sudah pulang kak…tumben pulangnya agak telat dan apa apaan dengan wajahmu itu kak?” Tanya Liya sambil membalik halaman majalah wanita edisi terbaru yang sering dia beli setiap hari jumat ditoko buku seberang jalan.

“Yaah tadi ada urusan sedikit disekolah sampai aku harus pulang terlambat”

“Tciih merepotkan.” Ujarku.

“Hoo hoo pasti ada hubungannya sama kak Riza ya? Waah waah mulai menarik nih.” Liya tampak sedang menggodaku untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi hari ini.

“Bukan cuman itu saja,masih banyak hal merepotkan yang terjadi tadi.” Aku membuka kulkas dan mengambil segelas jus lalu duduk disofa tepat bersebelahan dengan sofa yang digunakan Liya.

“Kuanggap itu jawabannya ya.” Liya mulai mengubah posisinya yang tadinya berbaring kini mendekat kearahku untuk mendengar lebih lanjut cerita hari ini.

“Jadi sudah ada perkembangan apa sama kak Riza hari ini?”

“Apaan sih gak ada apa-apa,perkembangan apaan coba?” Ucapku datar sambil meminum jus jeruk kesukaanku.

“Yaaah lagi-lagi kakak gak seru ah,gak mau cerita ke liya hmmp.” Untuk sekian kalinya aku melihat ekspresi Liya yang lucu saat sedang marah,kakak mana yang tidak terpengaruh oleh ekspresi yang begitu manis itu,akhirnya aku menceritakan soal pelaku saat kejadian seminggu silam yang ingin pindah kesekolahku hanya untuk meminta maaf soal kejadian tersebut tetapi Liya hanya mengangguk entah apa dia paham atau tidak.

“Jadi gimana pendapatmu?” Tanyaku pada Liya yang tampaknya masih berusaha memahami situasinya.

“Hmmm klo menurut Liya sih niat cewek yang menabrak kakak dulu sudah baik ingin minta maaf tapi masalahnya…apa kakak yang sebagai korban malang ini bisa begitu aja nerima permintaan maafnya? Atau kalau mau kakak bisa ngasih suatu persyaratan sebagai permintaan maaf,itu lebih baik sih jaman sekarang mana ada yang gratis kan?” Pikir Liya yang baru saja paham dengan situasinya.

“Bisa kau hilangkan bagian malangnya itu gak?!”Ucapku dalam hati.

Untuk sejenak aku terdiam dan berpikir kalau apa yang diucapkan Liya sepenuhnya benar,tidak ada salahnya juga memberi suatu persyaratan untuk permintaan maafnya.

“Ahh kau memang adik kakak yang paling pinter.” Aku mengelus rambutnya yang halus sebagai tanda terima kasih karena sarannya yang barusan.

“Hehehe ya dong adiknya siapa dulu…kalau gitu kakak berhutang satu kebaikan padaku oke? Suatu hari aku pasti memintanya.” Ucapnya sambil tersenyum manis,senyumnya yang kala itu sangat menenangkan pikiranku.

“O-oke oke kapanpun kau mau.” Sweatdrop.

“Sudah kuduga pasti dia bakal minta imbalannya kan tcih.” Geramku dalam hati

“Yaps tugas Liya disini sudah selesai,kalau masih ada yang ingin ditanyakan silahkan hububungi nomor dibawah ini,saatnya Liya undur diri sekian dan terimakasih hehe” Ucap Liya yang berlagak seperti pembawa acara ditelevisi sambil berlari girang menuju kamarnya,tapi tiba tiba dia berhenti dan menoleh kearahku lagi...

“Oh iya kak lupa,kalau mau makan Liya udah buatkan telor ceplok mata ulet hehe silahkan dimakan.” Setelah itu Liya kembali kekamarnya.

“Benar benar adik yang sangat idaman,aku bersumpah sampai kapanpun gak akan kubiarkan adikku ini jatuh ke tangan laki-laki yang salah.” Ucapku kagum dalam hati.

“Okelah kebetulan pas lagi laper juga.” Aku berjalan menuju meja makan dan benar saja disana terlihat makanan yangsudah disiapkan…

“EEEH?? I-ini gak seperti yang kubayangkan,harusnya aku sudah tau makanannya akan jadi seperti ini” ucapku bingung mematung sambil menatap makanan telur ceplok gosong dengan olesan saus yang tidak merata seperti bentuk ulat dan juga ada potongan ceri diatasnya.

“Dikira ini kue ulang tahun apa? Itu ada potongan cerinya astaga,tapi ya sudahlah makan seadanya toh udah dibuatin juga.” Facepalm lalu duduk dimeja makan dan memakannya dengan terpaksa,perpaduan rasa pahit,pedas dan juga manis dari potongan cerinya sangat tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
.
.
“GAAAGHH…akhirnya habis juga makanan yang menyiksa lidah ini,sial rasa pahitnya masih terasa dilidahku.”

Setelah makan malam aku kembali kekamarku  untuk segera tidur tetapi ketika ingin memejamkan mata tiba tiba ada bunyi yang sangat familiar ditelingaku yaa itu ponselku yang berdering entah siapa yang menelpon malam malam.

“Aaaah siapa lagi sih ini…gak tau apa ada yang mau tidur ganggu aja.” Aku turun dari ranjang dan mengambil ponselku untuk melihat siapa yang iseng menelpon.Saat kulihat nama penelponnya tertera *☆RIZA☆ PSP♡*

“Ewhh sepertinya aku tau siapa orang dibalik nicknya yang alay itu…anak ituu ngapain telepon malem malem begini sih,” Tanpa pikir panjang kureject panggilan teleponnya lalu kembali lagi kekasurku yang sangat nyaman.Tak lama sebelum sempat aku membaringkan tubuhku ini telepon berdering lagi lagi dan lagi setelah beberapa kali kureject panggilannya,aku baru tersadar…sejak kapan dia punya nomor ponselku padahal aku belum sama sekali memberitaunya.

*PIIP*

Oiii berisik…ada apa sih telepon? Malem malem lagi?” tanyaku kesal.

“Ehh? Akhirnya kesambung juga.” Suara Riza yang khas terasa sangat berbeda ketika ditelepon,sampai sampai aku hampir tidak mengenali suara siapa itu.

“Heem kenapa? Lagipula kau tau nomor ponselku darimana?” tanyaku agak sedikit kesal.

“Mmmm anu…jadi begini,sebelumnya aku minta maaf udah ganggu tidurnya.”

“Iya teruss intinya aja langsung atau kututup teleponnya”

“SABAAR ATUHH IH!…aku juga bisa marah nih,bentar lupa kan mau ngomong apa kamu sih”

“Hee…eh? O-oke si-silahkan dilanjut” Aku terdiam kaget karena untuk pertama kalinya mendengar suara Riza saat marah.

“Oh udah ingat…jadi aku tadi dikasih tau sama Miss Prima kalau jadwal kedatangan murid pindahan itu dimajukan karena suatu hal.”

“Haah seriusan?” Tanyaku lagi meyakinkan omongan Riza tadi.

“Serius lah buat apa bohong juga? Mmmm udah sih aku mau ngasih tau itu aja,sekalian ngetest nomor ini beneran nomor kamu apa bukan hehe.”

“Astaga…baru juga dibahas tadi sama Liya soal si cewek yang nabrak aku dulu.Bodo’ ah,ngomong ngomong  kamu belum ngasih tau darimana kamu tau nomor ponselku.”

“Ahh haha anu soal itu…tadi sewaktu kamu keluar dari ruang BK aku sempat meminta nomor ponselmu ke Miss Prima untuk jaga-jaga semisal ada apa apa."

“Haaahh…yauda ga peduli,simpan aja buat ucapan makasih sudah repot repot ganggu jam tidurku dan juga ngasih info tadi.”

“Ehh kamu marah lagi? Iya maaf lah udah gak sopan tiba-tiba minta nomor keguru terus ganggu jam tidurmu juga.”

“Gak.Hoaam…Sudahlah aku mau tidur aku matikan teleponnnya.” Ucapku datar sambil menguap karena sudah mengantuk.

“Oh iya oke oke,selamat malam sekali lagi maaf mengagang-….”

*PIIP*

Belum sempat Riza menyelesaikan kata katanya aku sudah menutup telepon,melempar ponsel kearah kasur.

“Haaaah hari ini benar benar hari yang melelahkan,aku berani bersumpah kalau besok juga akan ada kejadian yang lebih merepotkan dari ini.” Kutarik napas panjang sambil mencoba membaringkan tubuh kekasur.

“Ingin rasanya besok bolos sehari,tapi apa kata Liya nanti pagi…kena semprot air ujung-ujungnya.Lagipula aku gak mungkin mencoreng prestasiku selama ini yang tidak pernah alpha sama sekali...”

Setelah beberapa perbincangan dengan tembok tadi tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas.

Menurut dari berbagai pandangan orang masalah seperti ini lebih baik diselesaikan dengan cara baik-baik,tapi entah kenapa didalam diriku masih menentang hal tersebut yaah mau gimana lagi,ini terlalu merepotkan toh aku juga tidak terlalu peduli,akan kuseleseikan secepatnya bagaimanapun juga caranya.

My Different LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang