T/N:
Fuqin: ayah
Muqin: ibu
weishema: mengapa? Kenapa?
Wo de fuqin: ayahku
Lai: mari, kemari----
"HUAAAAAA-HUAAAAA!!!" Teriakan sang putri yang kini dimanja seantero kediaman ini mengejutkan Huahua yang sedang menikmati teh di kamarnya.
"Astaga! Astaga.." ia tersentak dan mengelus dadanya sejenak. Ia setelah itu buru-buru menghadap majikannya dan membungkuk sejenak. "Ya, Xiaojie?"
"HUA'er!" Yue dengan buru-buru menuju bilik ganti di kamarnya itu.
"Cepaaat bantu akuuu!! Ayo, ayo!" Ujarnya tak sabar dan mengambil potongan gaun secara acak. Huahua hanya bisa menghela nafasnya dan segera membantu tuannya untuk berpakaian.
----
"Fuqin!" Luise tergopoh-gopoh memasuki ruangan besar di kediaman tersebut.
"Wo de Fuqiiiinn!!!" Teriaknya lagi dan menerjang seorang pria berumur yang sedang berbicara dengan wanita berumur namun amat cantik.
"Ahh, Yue'er." Pria tersebut mengerang sedikit akan terjangan sang puterinya dan segera menepuk-nepuk punggung gadisnya itu.
Tuan Lan tidak memperdulikan betapa kagetnya saudara perempuan dan laki-lakinya melihat ketidaksopanan sang bungsu. Ia mencintai gadis kecilnya itu, dan mereka sebagai keluarga utama merupakan pemegang otoritas di keluarga Lan.
"Yue'er, apakah beratmu bertambah?" Ujar sang Fuqin dengan usil dan mengecup pucuk kepala anaknya itu.
Yue'er berang. Mengembungkan pipinya dan mencubit ganas pipi sang ayah. "Yangyue. LAN YANGYUE MASIH LANGSING LOH. WO DE FUQIN!!"
Ayahnya tertawa. Suara kekehannya itu bergema seantero ruangan besar itu. Namun terhenti saat sang istri mencubit pinggangnya kuat.
"Ampun. Ampun. Fuqin bercanda." Pria itu berdeham. "Kamu gak kangen Fuqin? Fuqin kangen loh, setelah melewati seminggu ini mengerjakan tugas negara untuk menantimu pulih."
Yue menggembungkan dirinya dan menyandarkan kepalanya di dada sang ayah. "Yue'er tentu kangen. Tapi fuqin kayak gini Yue'er tidak jadi kangen."
Ibunya, Madame pertama Lan terbatuk pelan menandakan agar puterinya tetap tenang, "Yue'er."
Yue memalingkan wajahnya dan beringsut menuju ibunya, "Muqin, Yue'er kangen muqin." Rajuknya dengan cemberut.
Ibunya dengan segera merangkulnya dan merapikan rambutnya, "Yue'er, ibunda tau engkau masih berumur 14 tahun. Tapi, jangan memamerkan kasih sayangmu terhadap ayahmu. Jangan lupakan paman dan bibimu." Tegur sang ibu dengan lembut dan senyuman yang lembut.
"Baik, Ibu." Yue dengan cepat berdiri dan menuju paman bibinya, membungkuk didepan mereka satu-persatu dengan elegan.
Persis seperti apa yang telah ia latih dari masa depan, demi mempersiapkan diri kalau ia beruntung mendapatkan time slip kalau tidak menjadi pemain drama sejarah.
"Paman kedua, bibi kedua, maafkan Yue'er yang terlalu asyik meramaikan suasana. Salam kepada paman dan bibi kedua." Pamannya mengangguk-angguk puas dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Yue'er."
Bibi ketiganya tiba-tiba menceletuk, "Walau nona kedua telah membenturkan kepalanya, tampaknya ia masih dapat mengendalikan dirinya."
Yue'er tertawa kecil dan dengan cepat menuju ke paman dan bibinya ketiga, "Ah, bibi. Kalau saja Yue'er tidak dapat mengendalikan dirinya, mau ditaruh dimana muka ayah tersayangku dan keluarga Lan?"
Yue'er tersenyum dan membungkuk, "Salam, paman dan bibi ketiga."
Sebelum bibi ketiga Yue'er membuka mulutnya, Tuan pertama Lan menepuk keras meja. "Baiklah, di hari berbahagia ini, mari kita merayakannya! Kapan lagi aku dan adik-adikku dapat bertemu sesantai ini? Lai!"
Tuan pertama menyodorkan gelas anggur kepada kedua adik laki-lakinya, dengan segera suasana kembali menjadi seperti perayaan biasanya.
----
Diantara keramaian ini, pikirannya mengambang. Setelah bersama sang ayah, ia menjadi tertegun.
Weishema?
Mengapa, keluarganya... seperti keluarganya di masa depan? Ayahnya bahkan mencintainya dan memperlakukan dirinya sama seperti di masa depan.
Bahkan, pada saat ini, tidak ada yang mengeluh betapa tindakannya berubah menjadi 180 derajat. Menjadi amat aktif.
Ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya sama sekali persis baik fisik dan sifat seperti orangtuanya.
Paman-bibinya...., walau ia tidak tau apakah mirip apa tidak dikarenakan keluarganya terpisah jauh dari keluarga ayah dan ibunya, ia tidak yakin. Tapi, mereka tetap saja baik. Tidak komplain dan berlaku seperti keluarganya di masa depan.
Apakah drama TV hanyalah propaganda?
Ia tidak yakin, karena hidup tidak sebaik ini. Terlebih, ia bukanlah orang yang memiliki dosa sedikit dimasa lalunya.
Hm... entahlah,
Tapi...
Hanya satu yang bertambah dikeluargaku, dan aku tidak mengerti apa maksudnya?
------
( *´︶'*)hope u enjoy it
KAMU SEDANG MEMBACA
Wife, you are so annoying.
Historical Fiction[DISCONTINUED] Transmigrasi? Terlalu banyak dosaku!! JANGAN JADIKAN AKU BELALANG HUWEEEEE~~~~!!! "Istriku, pada akhirnya, lebih baik kau jadi belalang!!!"