Part One

3.7K 115 9
                                    

Gelap.. semuanya gelap saya tidak bisa melihat apa apa kenapa ini , Kenapa , Kenapa engkau rebut penglihatan ku Tuhan , Dewa atau siapapun yang bisa mendengarku bisakah kau menjawab pertanyaanku mengapa harus aku dari ratusan tidak bahkan ribuan.

" Anak ibu mengalami kebutaan , kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi takdir berkata lain. "

Mencengkram jas putih bersih sang dokter dengan nada yang putus asa dan tenaga yang tersisa.

" Tidak , tidak mungkin kenapa , kenapa harus anak saya yang harus mengalami ini . "

Dengan merendahkan kepala sang dokter berbicara dengan nada yang amat sangat penuh penyesalan.

" Maafkan kami , kami sudah berusaha semaksimal mungkin ".

Sang dokter beserta para perawat meninggalkan ruangan itu dengan menundukan kepala.
.
.
.
.
Masih terdiam di posisi merenungkan yang sudah terjadi sepasang pasangan yang hanya bisa melamunkan yang sudah terjadi mulai menyalahkan segalanya.

Pagi pun datang bagi sebagian yang lain mungkin ini pagi tercerah dan terindah namun tidak bagi seseorang yang sudah kehilangan cahaya nya.

" Gelap , gelap Ma Pa gelap mata Levant ko gabisa liat apa apa Ma Pa Gelap Ma mama sama papa dimana ko mata levant begini ma pa ? ."

" Vant , Levant tenang Mama sama Papa ada disini levant Mata levant ga kenapa kenapa kok itu efek obat kok kata dokter Levant sabar ya "

" Iya Levant tenang aja Papa sama Mama bakal bawa kamu ke luar negeri dokter disini ga bagus masa ngasih obat ada efeknya gitu ".

" Ma Pa kalian serius kan ini karena obat , Karena Obat kan Ma Pa bukan BUTA kan Ma Pa iya kan Ma Pa Levant gamau BUTA ma. "

" Enggak Levant kamu ga Buta kok Enggak percaya sama mama sama papa ."

" Ma tolong jangan bohongin Levant , Levant bukan anak kecil lagi Ma Pa kenapa harus Levant yang begini kenapa cuma Levant yang kena Ma Pa KENAPA!!! . "

.
.
.
.
.

" Hai semuanya salam kenal namaku Arana arti namaku Bulan kata mama sama papaku karena aku lahir waktu malam ".

" Cih , gaada yang penasaran tuh hahaha , "

Seisi kelas pun tertawa tidak peduli terhadap Arana yang berusaha menahan malu akibat ditertawakan.

Tak tak " Ayo semuanya berhenti jangan ngebully Arana , Nah Arana kamu udah selesai kan perkenalannya sekarang kamu pilih mau duduk dimana ".

" Ah iya bu terima kasih ".

Arana pun mulai berjalan kebelakang matanya hanya tertuju ke bangku kosong yang ada dibelakang ia tidak berani menatap semua orang yang ada dikelasnya akibat dipermalukan tadi.

Ia pun sampai ke bangkunya dengan tenang dan perlahan ia melihat sebelah kanan dan kirinya untuk mengenal siapa teman sebangkunya namun apesya Arana dikanan dan kirinya hanya ada pria sejauh mata memandang.

Disebelah kirinya ada pria dengan muka garang yang enggan menengok ke Arana sekalipun disamping kanannya ada pria yang tertidur.

Arana pun penasaran dengan wajahnya dengan disinari hangatnya matahari pagi rambut hitamnya yang indah ikut berkilauan disinari sang matahari apakah ia tidak kepanasan pikirku apakah matahari berbaik hati kepadanya dengan memberikan kehangatan kepadanya. Lamunanku buyar setelah guruku memanggil namaku.

" Arana dihari pertama sekolah saya harap kamu tidak melamun dipelajaran saya! " .

" Ah baik bu maaf ".

" Hmph " .

Seorang pria yang ia lihat sebelumnya bangun dan menertawakannya. Arana terkejut melihat wajah yang tampan bagaikan pria yang keluar dari komik dengan mata besar hidung yang mancung dan bibir atas yang tipis dan bawah yang tebal berwarna merah merekah bagaikan buah strawberry yang segar kulit yang putih dan pucat bagaikan Vampir hampir menarik Arana untuk melihatnya terus menerus namun Arana berhasil memfokuskan otaknya agar tidak dimarahi oleh sang guru.

Dilain sisi sang pria melihat Arana , Arana pun tergoda dan melihatnya .

" Boodooh hmph " . Ujar sang pria dengan raut wajah yang seakan meledek Arana

Arana tertegun dan hanya bisa menelan ludahnya dan berbicara dalam hati " gara gara siapa gw diomelin " .
.
.
.
.
Teng Teng Teng

Bel pulang berbunyi.

" Fuh pulang juga " eluh Arana.

Arana mencari sesosok pria yang tadi menertawakannya ia melihat tempat duduknya yang sudah kosong dan melihat ia sudah berada diambanh pintu keluar Arana pun segera membereskan tasnya dan langsung mengejar keluar pria itu.

" Tu.. tung… Tunggu sebentar ."

Sang pria tidak mendengar Arana dan terus berjalan Arana kesulitan mengejar karena terlalu banyak orang yang keluar dari kelas masing masing untuk pulang. Namun Arana tidak putus asa ia terus mengejarnya sampai ke gerbang sekolah Arana oun secara reflek menarik baju sang pria.

" Hah ... Haah " . Dengan nafas terengah engah Arana menahan si pria.

" Denger ga si lu barusan gw bilang berhenti ! ."

" Ga. Kenapa emang ? " Jawab sabg pria dengan nada dingin.

Arana pun kesal dan menatap matanya ia pun setengah kaget dan teriak namun sang pria menutup mulutnya.

" Kenapa belum pernah ngelihat orang kayak gw ? ."

Arana yang tadinya mau memarahi si pria karena menertawakannya tadi tidak jadi eksperesi Arana berubah yang tadinya kesal berubah menjadi raut wajah kasihan.

Ah inilah kenapa tadi sang surya memberikan kehangatan . Ah inilah kenapa tadi sang surya menyinari dengan begitu tenang dan lembut . Angin pun seakan menurut kata sang tuan untuk memberikan kesejukan agar ia tidak kepanasan terkena sinar hangat sang surya.
.
.
.
.


" Ka.. ka.. Kamu BUTA …"

Continue

He's BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang