Sebulan sebelum aku bekerja diasuransi.
"mba di panggil ayah tuh"
"bentar nis, mba baru selesai mandi. Emang kenapa tumben?"
"ngak tau, datengin aja dulu."
Aku penasaran kenapa ayah memanggilku. Karena biasanya ayah langsung saja mendatangiku jika ada yang perlu dibicarakan. Akhirnya aku pun menghampiri ayah dengan masih menggunakan bathrobe dan handuk kecil dikepalaku.
"kenapa yah?" Ayah meliriku dari balik korannya "tumbenan ayah manggil, emang mau ngomongin apaan?" tanyaku sambil duduk di kursi lalu sedikit menyesap kopi milik ayah.
"kamu tuh ya kebiasaan. Ganti baju dulu sana baru ke sini lagi." Ayahku kembali membentangkan korannya dan melanjutkan rutinitas paginya tersebut.
"ya udah melly mau ganti baju dulu. Ayah jangan kemana-mana." aku pergi sambil tertawa kecil melihat ayahku mengeleng-gelengkan kepalanya.
Dalam hati aku masih penasaran hal apa yang akan ayah bicarakan. Ah...sudahlah mungkin ayah akan menanyaiku akan melanjutkan kuliah dimana? Yah kurasa itu.
Aku bergegas mencari pakaian di lemari. Karena aku adalah pengangguran sejak baru lulus sekolah empat bulan yang lalu. Seperti biasa aku hanya menggunakan baju casual kaos dan celana pendek di atas lutut.
"tunggu. Apa jangan-jangan ayah mau ngajakin jalan karena kemarin aku bilang smartphoneku habis jatoh, padahal masih bisa dipake tapi ngak papalah." aku buru-buru mengganti pakaianku dengan kemeja putih bergaris navy dan riped jeans. Menyisir rambut sebahuku dan mengikat bagian poni kesamping.And all clear. Tunggu aku lupa sling bag kecilku. Lalu aku berlari kecil ke teras depan rumah tempat ayah duduk.
"ayah Melly sudah siap." aku sedikit berteriak lalu saat aku melewati ayah kemeja belakangku seperti di tarik.
Aku menegok.
"ayo jalan! ayah pasti mau beliin ka Mel smartphone baru. Iya kan."
Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik oke cukup.
"kenapa ayah lihat aku kaya gitu?"
"kamu tuh dewasa sedikit kenapa sih, ka." ayah melepaskan tangannya dari kemejaku dan melepas kaca matanya. Sementara aku masih berdiri melihat sikap ayah yang aneh.
"duduk." perintah ayah pelan tapi tegas. Aku mulai merasa semakin aneh dengan sikap ayah. Sungguh tidak seperti biasanya.
Aku pun mengikuti perintah ayah dan menatapnya curiga.
"ayah marah ka Mel rusakin hp lagi?" tanyaku takut-takut.
"engak." hufffttt syukurlah aku menghela napas lega.
"ka Mel. Umur kakak kan sekarang sudah dewasa. Sudah menginjak 17th. Ka Mel juga sudah pinter masak bantuin ibu." ayah menjeda perkataannya. Aku semakin bingung sebenarnya ayah membawa kemana arah pembicaraan ini.
"iya dong yah. Walaupunn ibu sedikit cerewet tapi ibu paling jago kalo urusan dapur. Dan itu nurun ke ka Mel." aku berusaha mengikuti alur pembicaraan ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHILOPHOBIA
Fiksi Remaja"Philophobia" pernah denger ngak? dalam bahasa yunani "philo" itu cinta kalo "phobia" berarti takut. Dan parahnya gue rasa gue terkena philophobia AAARRRRGGGGHHHH....