Episode 2

34 3 2
                                    

"Kau di sana, balas menatapku
dengan sinar mata tajam memikat
yang masih jelas kuingat"

Please Vote and Coment. Don't be silent readers.
***

Sinar matahari dengan teriknya menyinari bumi, membuat makhluk-makhluk di dalamnya mendesah kepanasan.

Lika mengusap keringat di dahinya yang semakin banyak. Efek terjebak macet di tengah hari. Hari ini gadis itu terpaksa harus keluar di hari libur hanya untuk membelikan kakaknya yang pemalas buku.

Andai saja Lika tidak kalah taruhan dengan kakaknya untuk bermain catur pasti saat ini dirinya sedang bobo cantik di kamarnya. Tapi mau bagaimana lagi? Namanya juga kalah taruhan.

Kakaknya meminta Lika untuk membelikannya buku yang sudah tidak diterbitkan lagi, dengan kata lain Lika harus membelinya di pasar loak. Dan sialnya gadis itu sangat anti dengan benda berbau bekas.

"Ck, ngapain juga gue harus nerima taruhan? Ck, kalo aja gak ada kata gengsi pasti Kak Gilang udah gue tendang. Haaah..." dumel Lika sambil mengemudikan motor matic-nya memasuki parkiran pasar.

Lika melepas helmnya dan menaruhnya di spion motor. Gadis berperawakan tinggi itu masuk ke pasar yang tentu saja dipadati oleh para manusia pemburu barang bekas baik karena ngoleksi ataupun terpaksa karena gak ada duit.

"Tadi kakak gue minta novel apaan, dah?" gumam Lika mengingat-ngingat.

Karena tak kunjung mengingat, Lika mengambil ponselnya dan membuka note.

Trio Detektif : Misteri Bisikan Mumi

"Dasar penggemar detektif. 'Napa gak Detektif Conan aja yang banyak di jual ato pesen online aja? 'Kan sama-sama bekas." gerutu Lika untuk yang kesekian kalinya.

"Ck, mana pake duit gue, lagi." Lika menghembuskan napas kasar.

Lika berjalan pelan menyusuri pasar dengan bola mata yang terus mencari tempat menjual buku bekas. Wajahnya langsung sumringah begitu melihat sebuah terpal dipenuhi tumpukan buku berada tak jau di depannya.

"Akhirnya ketemu." Lika langsung berjongkok di depan tumpukan buku itu.

"Mau beli apa, Mbak?" tanya seorang wanita tua bertudung yang merupakan penjual semua buku-buku itu.

"Eh, anu, saya mau beli novel." jawab Lika gugup. Mungkin karena penampilan wanita penjual yang sedikit aneh dan terkesan seperti penyihir bungkuk di film-film.

"Novel di sebelah sana, Mbak." ucap wanita itu menunjuk tumpukan buku warna-warni tak jauh dari Lika.

"Makasih."

Lika bergeser beberapa centi agar bisa melihat jelas judul-judul novel. Dia segera mengambil novel pesanan kakaknya dan berniat membayar, namun sebuah buku menarik minatnya.

"Kerenn..." gumam Lika ingin mengambil buku bersampul hitam di depannya, namun sebuah tangan mengambilnya lebih dulu.

"Eh, apaan sih Lo!" ucap Lika reflek.

"Gue manusia." jawab seorang pria sambil menatap Lika tajam. Terlihat jelas kalau dia rada terganggu dengan cara bicara gadis itu.

"Buku itu, aku duluan yang nemu!" ucap Lika memperbaiki bahasanya karena sadar sedang bicara dengan orang tak dikenal.

Lika menatap cowok di depannya kesal. Tiba-tiba dia tertegun. Saat ini dia tengah menatap sepasang mata, dengan iris sehitam jelaga. Mata yang sorotannya mampu membuat semua gadis di dunia ini tidak ingin melepaskannya. Sungguh tajam dan memikat.

"Tolong, aku takut!"

"Kamu baik-baik saja? Jangan menangis, berisik!"

"Aku kangen mama, hiks.."

"Aku juga. Jangan khawatir, mereka pasti akan menemukan kita.

"Tapi bagaimana kalau me—"

"Awaass!!"

Bruaakk...

"Heh, Kamu liat apaan? Sadar, Aku bukan ponselmu!" ujar cowok itu juga merubah bahasanya menjadi aku-kamu.

Lamunan Lika langsung buyar saat mendengar suara bariton cowok tak dikenal itu.

"Ma-maaf." ucap Lika. Entah kenapa dia terkenang kejadian buruk yang menimpanya saat dia kecil.

"Santai aja. Aku sadar kalo aku ganteng." celetuk cowok asing itu dengan nada sombong.

"Yang benar saja. Itu bukuku, aku duluan yang nemu! Balikin, aku mau beli itu." pinta Lika menatap buku yang dipegang laki-laki di depannya.

"Sori nggak bisa. Di dunia ini rumusnya siapa cepat dia dapat." sahut cowok berparas tampan itu tersenyum sinis.

"What? Tapi aku—"

"Beli aja yang warna putih. Lagian bukunya juga sama." cowok itu menunjuk sebuah buku putih yang sama persis dengan buku di tangannya.

Lika berpikir sejenak. Buku itu memang sama persis, hanya warnanya saja yang berbeda. Putih, dengan potongan hati hitam, kebalikan dari yang satunya. Seperti ..... berpasangan.

***
Salam damai from Mayo Naka.

Fast Update.

Walaupun  sebenernya saya nggak niat update hari ini😂😂

See you in next chapter.

#shafanisfa

Couple Books [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang