5. SEPTIAN JELEKKKK

1M 82.8K 28.5K
                                    

5. SEPTIAN JELEKKKK

Mencintaimu itu luka dengan segala konsekuensinya. — Jihan Halana

“SEPTIAN! SEPTIAN! KAPAN DONG LO NERIMA CINTA GUEEEE???” Jihan sedang mengikuti Septian.

Cewek itu berjalan di samping Septian yang sengaja mempercepat langkah kakinya di lorong sekolah yang sedang sepi.

“Septian! Ihhhh! Jadi kapan dong kita pacaran?!” tanya Jihan, tidak mau menyerah juga dengan sikap diam Septian.

“Septiaannnn! Jaket Ravispa lo masih di gue nih! Kalau lo ngasih ini ke gue itu artinya lo peduli sama gue kannnn??!” tanya Jihan namun Septian tetap defensif dengan sikapnya.

“Apa jangan-jangan selama ini lo suka sama gue ya tapi pura-pura gak suka?!” tebak Jihan, hiperbola. “Ih serem dong kalau lo kaya gitu! Gak kebayang deh gue bisa diamuk ratusan cewek di SMA Ganesha kalau bener kejadian!”

“SEPTIAANN!! IHHH DIEM AJA TERUS!”

“DASAR JUTEK! SAYANG GANTENG TAPI BISU! DASAR PENDIEM!«

“SEPT—” Septian memotong ucapan Jihan membuat Jihan mundur karena Septian merangkum kedua tangannya di pipi Jihan. Membuat bibir Jihan jadi mencebik karenanya. Septian sangat dekat dengannya. Wajah cowok itu ada di depannya yang membuat kedua mata Jihan membulat merasakan deru napas hangat Septian.

“Lo bisa diem gak? Gue pusing denger lo teriak-teriak terus,” Septian berkata tajam membuat Jihan tercekat. “Lebih baik lo pulang dan jangan ganggu gue lagi. Lo ngerti gue terganggu sama lo?”

“Bagus dong! Terganggu juga kan akhirnya? Makanya cepet dijadiin pacar biar gak ngeganggu terus!” Jihan terus mendesak.

Septian menghela napas malas. “Gue gak suka sama lo,” kata Septian, masam. Lalu cowok itu melepaskan tangannya dari wajah Jihan.

“Kenapa sih gak suka sama gue? Emangnya gue kurang apa? Gue tinggi, putih. Muka? gak cakep-cakep amat sih. Tapi lumayan buat dijadiin pacar. Buat orang yang mukanya kaya gue yang pas-pasan emang susah dapetin lo yang udah ganteng sejak lahir.”

“Apa jangan-jangan lo homo ya? Lo gay Septian?” tanya Jihan membuat Septian melotot padanya.

“Jangan sembarangan.”

Jihan mengembuskan napas sebal. “Iya terus kenapa gak mau jadi pacar gue?”

Septian berhenti. Cowok itu mengambil jaket Ravispa yang dipegang Jihan. “Serendah itu harga diri lo sebagai cewek?”

Jihan tercengang mendengarnya. Perempuan itu menatap Septian dengan pandangan tak bisa dibaca. “Maksud lo apa?”

“Lo itu perempuan. Bukan tugas perempuan ngejar-ngejar cowok. Kalau emang gue gak suka sama lo harusnya lo mikir. Ngapain juga lo ngejar-ngejar orang yang gak suka sama lo? Kurang kerjaan. Mending lo belajar di rumah biar pinter.” dibalik sikap Septian yang ketus. Jihan tahu Septian hanya ingin Jihan menggunakan waktunya dengan baik.

“Hidup lo belajar muluuu! Ah, gak asik banget!” dengus Jihan. “Sekali-kali pacaran kek!”

“Iya nanti tapi gak sama lo,” jawab Septian.

“Ihhhhh kenapa? Boong kan? Boong? Boong dong Sep?” tanya Jihan melotot pada Septian. Perempuan ini benar-benar menuntutnya ini dan itu yang membuat Septian muak.

“Udah sana balik lo belajar jangan gangguin gue. Belajar biar lulus yang bener.”

“Makanya ajarin dong,” ucap Jihan manja membuat Septian menghela napas, mundur lalu geleng-geleng kepala, heran.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang