"Apa ini? Kenapa mereka tidak menyerang bersama bangsa manusia?"
"Aku juga tidak tahu! Mereka membatalkan ramalan!"
Dua sosok bergaun biru itu menyaksikan gejolak api membakar puluhan pohon di utara dengan keheranan. Di sisi selatan mereka, ribuan elf berlari menyelamatkan nyawa mereka, tidak memperhatikan dua sosok yang semestinya mengundang mata untuk melihat mereka. Asap kelabu yang sempat pudar akibat gejolak aura saat sosok itu muncul kembali menutupi cahaya matahari.
"Tidak masuk akal. Mereka mempercepat ramalan itu," komentar Shefrina.
"Daripada terus menyaksikan penghancuran ini, lebih baik kita bantu mereka," sahut Nareil. Shefrina mengangguk. Dengan benda yang didudukinya itu Nareil melesat menuju utara, meninggalkan gemerlap biru tua yang pudar agak lama. Sementara Shefrina melompat dari tebing dan secara ajaib lenyap bagai debu.
*
"Ayo cepat!"
"Sedikit lagi!"
Dua sosok bertelinga panjang itu berlari, menghindari gejolak merah yang sabung-menyabung. Di belakang mereka adalah menara jaga yang kini runtuh dilahap api dan berubah menjadi jelaga. Dan mengejar mereka adalah segerombolan makhluk dengan zirah besi yang mengkilap merefleksikan kobar api. Di daerah lain, puluhan makhluk bertelinga panjang namun dengan pakaian kelabu menggerakkan tangan mereka, menciptakan semburat api yang membakar hutan itu. Tidak ada cahaya matahari yang tersisa untuk menerangi tanah, hanya ada abu dan bara.
Dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh kedua elf itu, salah satu makhluk berseru, "Tembak!"
Sejurus kemudian benda berujung besi runcing dan bulu di pangkalnya menancap di lantai hutan. Awalnya satu, kemudian sepuluh, lima puluh, dan mencapai ratusan. Puluhan di antaranya menyala oleh api, dan menambah bara yang membakar di hutan itu. Chetrine dan Desvien kini harus berlari menghindari anak-anak panah yang menerjang hutan itu.
"Mereka membabi buta! Aku tidak dapat menggunakan sihirku sama sekali!" seru Desvien memperingatkan Chetrine.
"Kalau begitu kita hanya bisa lari hingga mereka jauh dari kita!" sahut Chetrine. Saat itu pula ia tersandung dan jatuh tertelungkup. Sebuah anak panah hampir mengenai wajahnya.
"Oh, ayolah!" Desvien menarik tangan Chetrine, membuatnya berdiri lagi dan kembali berlari sekalipun keseimbangan Chetrine masih belum terkumpul benar.
Sedang mereka berlari menuju istana, sesuatu--seseorang, tepatnya--melesat di atas mereka berlawanan arah. Aura biru pekat membekas di udara. Kontan keduanya menghentikan kaki mereka dan melihat, apa itu. Yang nampak darinya hanya sebentuk benda sabit yang didudukinya.
*
"Menyingkir dari hutan ini!"
Nareil mengangkat tangannya, mengumpulkan aura biru pekat dan melepaskannya ke arah Goblins itu sebagai gelombang sihir. Semua yang berada di hadapannya disapu rata. Para Goblins terhempas dan terjerembap, menyisakan tunggul kayu yang tegak dan masih berasap. Akan tetapi, muncullah ratusan Goblins lain dari arah yang sama, menombakinya. Auranya membentuk lapisan pelindung dalam sekilas pandang. Beberapa dari tombak itu hancur dengan kilatan cahaya ketika mengenai lapisan itu.
Sosok lain muncul di sampingnya. Ia adalah Shefrina, yang menyiagakan tongkat kristal berwarna azurit miliknya. Aura biru es melayang keluar dari tongkat itu.
"Bagaimana?"
"Mereka terlalu banyak! Fallen Elves membantu mereka!" sahut Nareil.
"Aku mengerti. Kau urus mereka, akan kuhalangi Fallen Elves itu!" seru Shefrina. Sekejap ia menghilang lagi, bagaikan es yang menguap. Ia muncul menghadang segerombol Fallen Elf yang memusnahkan hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of the Past: Expansion of the Abyss
FantasyDi batas tiga tanah, kota itu menjadi saksi penyerangan misterius yang membuka serangkaian bencana bagi Nomius. Barat bergejolak dalam api, jurang berpesta dalam abu, timur dikikis hingga runtuh. Sementara tanah manusia dilanda kekacauan akibat berg...