"Aku mencintaimu Ustad" aku terdiam mendengar ucapan seorang gadis yang tak pernah ku ketahui sebelumnya, gadis ini menyatakan perasaannya padaku secara gamblang seolah sudah terbiasa dengan itu.
"Apa Maksudmu?" Aku masih enggan menatap ke arahnya yang nyaris melemahkan imanku, bagaimana tidak gadis yang baru saja mengatakan mencintaiku dia berpakaian sangat minim bahkan aku sebagai lelaki saja malu.
"Aku telah lama mengamatimu, sejak pertama kau lantunkan ayat-ayat indah yang baru ku tau kau baru saja membaca Al-Qur'an" Dia semakin mendekatkan dirinya padaku, namun aku kembali mundur beberapa langkah.
"Maaf ukh, kau baru pertama berjumpa denganku, bagaimana mungkin kau mengatakan mencintaiku, bahkan kau ini seorang wanita" Astagfirullah, sepertinya perkataanku sedikit melukai hatinya, bisa ku lihat dari ekor mataku dia mulai menundukkan kepalanya, berbeda dengan tadi yang sangat berani menatapku dengan terang-terangan.
"Aku tak pantas mengatakan hal itu, tapi yang aku tau aku menginginkanmu"
"Itu hanya nafsu sesaat, jadi biarkan saya pergi maka rasa itu juga akan pergi seiring kepergian saya, Assalamu'alaikum"
Itu awal pertemuanku dengannya beberapa waktu lalu saat aku singgah di mesjid untuk menunaikan sholat ashar, dan kini aku dikejutkan dengan kehadirannya di depan pintu gerbang pesantren yang di kelola abangku.
"Assalamu'alaikum ustad, masih ingat saya?" Suatu kemajuan dia mengucap salam kali ini.
"Waalaikumussalam " Aku masih enggan berbincang lama dengannya, kali ini pakaian nya memang cukup sopan namun masih belum ada hijab yang menutupi mahkota nya.
" Ustad pertemuan pertama kita membawaku kepesantren ini" bagaimana dia tau kalau aku penasaran dengan keberadaannya saat ini.
" Namaku Aina,. Aina Mardiyah" Dia mengangsurkan sebelah tangannya sambil mengucapkan namanya, nama yang cukup indah namun entahlah aku tidak mau shu'udzon. Ku katupkan kedua tanganku di dada masih enggan menyebutkan namaku.
"Boleh ku panggil kau imam?" Aku mengernyit mendengar pernyataannya.
"Karna kelak kau akan menjadi imamku, maka sebelum ku tau namamu maka ijinkan aku memanggilmu imam"
"Ah,.maafkan aku ustad, aku harus pergi hari pertamaku di pesantren ternyata membawaku berjumpa kembali denganmu, diperjumpaan kita yang ketiga aku akan mengajakmu menikah, saat ini aku masih jauh dari kata pantas untukmu, maka semoga diperjumpaan kita selanjutnya aku mendapatkan jawaban mu untuk ku jadikan imam, Assalamu'alaikum".
"Gadis aneh"
"Siapa yang aneh gus?" Ilham salah satu santri yang sekaligus sahabat ku tiba-tiba menegurku, mungkin dia mendengar gumamanku."Kau kenal gadis yang baru saja dari sini ham?" Sejujurnya aku mulai penasaran, Astagfirullahh apa yang ku fikirkan.
"Tidak usah di jawab ham, tidak penting, dimana kiai Hasan?"
"Beliau masih memimpin istighasah mingguan di pesantren putra gus, jenengan mau langsung ke dhalem?"
"Antarkan aku ke pesantren putra saja aku mau ikut istighasah"
"Mari gus"******
Semoga Mood bagus terus buat lnjutin,.Lapak yang kemaren ditinggal lagii,.
Maafkan khilafkuuuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
EspiritualHanya cerita pendek yang tiba-tiba terlintas dan tak ingin hilang begitu saja